Pakai Celana Pendek Dukung Trump, Petinju Amerika Songong di-KO Lawan asal Meksiko

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Sports

Sebuah laga olah raga selalu sengit jika dilatari dengan konteks politik tertentu. Saya contoh pertarungan antara tim hoki es Rusia dan Amerika Serikat atau saga timnas Sepakbola Belanda versus timnas bekas jajahan mereka di Piala Dunia, atau laga timnas bulutangkis Indonesia kontra Malaysia.

Contohnya bisa lebih banyak dari itu, tapi semuanya punya satu kesamaan: konteks politiknya cuma benar-benar jadi latarbelakang semata. Beda kasusnya dengan pertarungan tinju penuh aroma politik yang berlangsung semalam beberapa hari lalu.

Videos by VICE

Kali ini, konteks politiknya terang benderang, pertarungan yang dimaksud adalah laga kelas bulu super antara Rod “Lightning” Salksa dari Amerika Serikat dan Franscisco “El Bandido” Vargas dari Meksiko. Dalam saga tersebut, Salka naik ring dengan celana yang sepertinya bakal dapat acungan jempol dari Presiden Donald Trump: celana bertulis “America 1st” dan “motif tembok bata.”

Dalam pertarungan tinju yang digelar di Indio, California, petinju 35 tahun kelahiran Pennsylvania bertemu dengan lawan yang enggak terima dengan gimmick yang dia pilih. Dan parahnya lagi, ini pertandingan tinju. Jadi, Vargas yang dua tahun lebih muda dari Salka menunjukkan ketidaksukaannya dengan jotosan demi jotosan. Lihat saja video Vargas mengubah Salka jadi sansak berjalan berikut ini:

Meski videonya dipotong, kalian bisa mendengar komentatornya berkata:

“Kami sebenarnya tak mau membahas hal ini, tapi menurut saya kita telah memaksa mengeluarkan karakter asli penduduk Amerika Latin—hatinya, caranya bertarung, [tak terdengar]. Bisa dibilang keputusan Vargas untuk melayani Salka adalah keputusan yang tepat.

Semua pihak sepertinya memang ingin Salka dikanvaskan hari itu. Maka, itulah yang terjadi.

Setelah Vargas (25-1-2, 18 KOs) menjotos habis-habisan Salka (112 pukulan. Sementara Salka hanya mampu melesakkan 75 jotosan) sepanjang enam ronde, Salka ( rekornya kini 24 menang 5 kalah 4 KO) dan regunya terpaksa harus melempar handuk putih, pertanda dia mengakui kekalahan.

Pendeknya, petinju songong asal Pennsylvania itu datang dengan songong dan pulang dengan muka penyok.