FYI.

This story is over 5 years old.

Kesehatan Mental

Akibat Sering Khawatir Akhir Pekanku Membosankan, Aku Jadi Stres

Bagaimana caranya untuk mengatasi kecemasan di akhir pekan? Ternyata ada lho stres akibat bingung mau ngapain pas libur sabtu-minggu. Pakar berbagi tipsnya untuk kita semua.
Ternyata ada lho stres akibat bingung mau ngapain pas sabtu-minggu
Foto ilustrasi oleh The Creative Exchange / Unsplash 

Rasanya kamu sudah kerja seminggu penuh, padahal sebenarnya baru hari Rabu. Kamu tidak sabar pengin cepat-cepat hari Jumat, tapi kok ya waktu seakan berjalan sangat lama. Eh, tapi giliran Jumat sore akhirnya tiba, kamu malah cemas memikirkan Senin tinggal tiga hari lagi. Kamu mau istirahat di rumah, tapi kepingin main juga. Ada teman yang nyuruh nonton dia manggung, tapi kamu harus bangun pagi keesokan harinya.

Iklan

Kamu berencana pergi ke galeri seni yang baru dibuka di kotamu Sabtu siang nanti. Sepupumu sudah ke sana minggu lalu, dan foto-foto di Instagramnya bagus banget. Kamu jadi tertarik mengunjunginya juga. Habis itu, sahabat kamu mengajak nonton stand-up komedi, tapi takut malam Minggumu terbuang percuma kalau acaranya ternyata jelek. Kamu pengin lari pagi hari Minggunya, tapi bakalan nge-gym saja kalau udaranya terlalu dingin.

Meskipun bukan istilah medis resmi, Weekend Anxiety Syndrome atau Sindrom Kecemasan Akhir Pekan membuatku tidak bisa menikmati hari libur. Kenapa sih kita bisa seperti ini? Karena penasaran, saya bertanya pada beberapa pakar untuk mendapatkan jawabannya. “Setelah bekerja keras, orang-orang merasa akhir pekannya harus sempurna,” kata Catherine Cook-Cottone, peneliti mindfulness dan yoga di University of Buffalo yang mendalami gangguan psikososial. “Apakah menyenangkan? Apakah seru? Mereka mungkin merasakan banyak tekanan sosial untuk bersenang-senang saat akhir pekan.”

Waktu libur yang singkat ini membuat orang tertekan karena berbagai alasan. Gara-gara media sosial, kita takut ketinggalan tren baru sehingga segan untuk sekedar bersantai di rumah. Setiap buka Instagram, saya selalu melihat isi Instastory teman-teman yang memamerkan kebahagiaannya pakai filter-filter keren.

Saya merasa hidupku begini-begini saja, di saat mereka sudah sering jalan-jalan ke luar negeri atau ke tempat yang sedang hype. Yang jadi masalah, saya tidak sadar kalau standar ini sudah ketinggian. “Orang hanya memamerkan momen bahagianya saja,” kata Mary Helen Immordino-Yang, dosen pendidikan, psikologi dan ilmu saraf di University of Southern California. “Ini menciptakan kesan yang salah. Kita mengira setiap orang hidupnya selalu menyenangkan.”

Iklan

Saya sudah tahu ini, tapi saya tetap merasa kecewa kalau keseringan buka medsos. Tak peduli betapa santai waktu liburnya, saya merasa akhir pekanku sia-sia jika tidak melakukan aktivitas seperti orang-orang di Instagram. Saya harus ikut kelas yoga, nongkrong di kafe, atau nonton konser. Dan saya gelisah bukan main jika pulang kemalaman.

Bukan cuma media sosial saja yang bisa menyebabkan kecemasan akhir pekan ini. Apabila pekerjaan menyita waktumu dan kamu gagal merawat diri selama seminggu—misalnya seperti makan secara teratur dan tidur tujuh jam setiap malam—kamu cenderung menjadikan akhir pekan untuk bermalas-malasan. Kamu akan mendapat banyak tekanan selama dua hari ini. Menurut Cook-Cottone, kamu tidak bisa mengembalikan semua hal yang kamu abaikan di hari kerja. “Sistem saraf tak berfungsi seperti itu.”

Kecemasan sangat membebani kita, terutama saat akhir pekan hampir berakhir. Sindrom Minggu malam memengaruhi orang-orang di mana saja mereka berada. Meskipun stres menghadapi Senin pagi berperan penting, Sunday Blues ini juga ada kaitannya dengan kecemasan akhir pekan. Jika kamu menganggap akhir pekan sebagai satu-satunya waktu untuk beristirahat, kamu sangat mungkin merasa depresi atau terancam saat hari liburnya berakhir.

Kamu tidak mesti benci pekerjaan atau hidup untuk mengalami Sunday Blues. Sindrom ini bisa sesederhana krisis eksistensi yang meluap pada akhir waktu libur. Cook-Cottone menerangkan bahwa wajar-wajar saja kalau kamu merasa sudah kerja berlebihan. “Saya biasa menghabiskan akhir pekan dengan mendaki atau minum-minum, dan saya tidak yakin hidup bakalan dibawa ke mana.” Itu berarti hidupmu tidak selalu membosankan. Hanya saja, kamu tidak bisa menyingkirkan kecemasan ini. Menurut Cook-Cottone, kamu bisa melihatnya sebagai perantara. Pertimbangkan apa yang hilang dari hidupmu sampai-sampai kamu takut menghadapi hari baru.

Iklan

Menghindari media sosial dapat membuat perubahan besar. Kamu bisa merebut kembali akhir pekan, dan memanfaatkannya untuk bersantai. “Nonaktifkan ponselmu selama libur kalau benda ini mengingatkanmu akan dunia luar,” kata Immordino-Yang. Apabila dirasa mustahil, kamu bisa menahan diri untuk tidak membuka media sosial. “Jauhkan diri dari semua hal yang berhubungan dengan dunia luar.”

Kamu perlu mengingat satu hal dari Sunday Blues ini: apabila kamu mudah kesal dengan orang terkasih, sulit fokus saat kerja, atau takut akan apa yang terjadi di masa mendatang, maka kamu punya masalah yang lebih besar daripada kecemasan akhir pekan. Cook-Cottone mengatakan bahwa ini bisa saja menandakan gangguan kecemasan, dan kamu harus segera konsultasi ke dokter kejiwaan.

Metta McGarvey, dosen ilmu pendidikan dan dekan fakultas Mindfulness for Educators di Harvard Graduate School of Education, menganjurkan untuk menikmati hari libur guna mengatasi Weekend Anxiety Syndrome. “Sangat penting bagi kita untuk mengembangkan pendekatan yang lebih bijaksana saat menjalankan rutinitas sehari-hari,” katanya. Gunakan akhir pekanmu untuk melakukan satu ritual sederhana. “Kamu bisa ngeteh atau ngopi, mandi, menghabiskan waktu bersama keluarga, atau bersih-bersih rumah. Lakukan dengan santai. Nikmati saja prosesnya.”

Kita juga bisa menyingkirkan kecemasan akhir pekan dengan lebih banyak bersenang-senang pada hari kerja. Kalau kamu meluangkan waktu untuk melakukan hal yang kamu sukai pada hari kerja (termasuk setelah jam kerja), kamu takkan merasa tertekan untuk menjajal semua pengalaman seru di akhir pekan.

Cooke-Cottone menyarankan pasiennya untuk memikirkan hari mereka selama tiga jam. Dalam tiga jam itu, kamu harus meluangkan waktu untuk makan sesuatu, minum air, dan beristirahat. Ketika akhir pekan datang, jadwalkan acara-acara yang kamu nikmati bersama orang-orang yang kamu sukai.

Satu tip terakhir: Menghabiskan waktu di luar ruangan (alam) dapat mengurangi stres. Bernapas dalam-dalam, mendengarkan musik, dan menghabiskan waktu bersama teman-teman juga dapat membantumu menikmati masa sekarang. Tapi demi dirimu sendiri, simpanlah pengalaman itu untuk dirimu. “Saya menyarankan tidak mempostingnya di Instagram,” ujar Immordino-Yang. Kalau kamu masih memposting pengalamanmu di Instagram, maka kamu masih membandingkan akhir pekanmu dengan akhir pekan teman-temanmu. “Tenanglah dan jangan merasa kamu harus membagikan semua yang kamu lakukan.”

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic