Kadang kalian pasti bingung menghabiskan libur akhir pekan. Kalian pengin tahu, sebaiknya nonton film atau serial TV, atau mendengar musik apa ya? Atau kalian butuh info tambahan jalan-jalan atau referensi tempat nongkrong pas malam mingguan? Tenang, VICE siap membantu. Berikut rekomendasi dari awak redaksi kami untuk mengisi Sabtu-Minggu agar kalian terus berbahagia.
Mengenang Kepiawaian J Dilla dan Nujabes di Sesi Rest in Beats vol.2
Banyak yang bilang “Tuhan butuh DJ makanya J Dilla/Nujabes dipanggil duluan ke surga.” kelakar kayak gini sebenarnya ada benarnya juga. J Dilla atau Nujabes meninggalkan jejak dan kenangan yang kuat pagi para penggemar dan penggerak skena hip-hop di mana pun itu. Kali ini, kolektif Interrupted bakal menggelar acara untuk mengenang kedua beat master itu di Mondo by the rooftop Jakarta, Sabtu, 24 Februari ini. Rasanya pantas bila kita menutup bulan ini sembari ngumpul dan memberikan hormat setinggi-tingginya pada mendiang Dilla dan Nujabes. Selama acara berlangsung, silakan ngobrol santai dan leyeh-leyeh, kamu bakal disuguhi track-track kerendibawakan oleh Greybox, Spydee, Klapr, Matter Mos, Gilang, Rhst, dan El Gringo. Sampai ketemu di Mondo!—Dini Lestari
Videos by VICE
Baca (Lagi) Buku Keren Dilarang Gondrong!
Menurut almarhum Gus Dur, kebodohan terbesar seorang tukang baca adalah meminjamkan bukunya pada orang lain. Saya mengamini ucapan beliau, karena sudah banyak buku atau majalah langka yang tak jelas rimbanya gara-gara perilaku tukang pinjam laknat. Salah satunya adalah buku Dilarang Gondrong! Praktik Kekuasaan Orde Baru Pada Anak Muda Awal 1970-an. Sebuah buku penting untuk melihat bagaimana Indonesia pernah melakukan eksperimen sosial ekstrem, mengebiri budaya pop atas nama menjaga stabilitas nasional.
Buat kalian yang sama seperti saya, tak lagi punya buku tersebut, atau malah belum pernah baca sama sekali, sekarang tampaknya waktu yang tepat. Penerbit Marjin Kiri menerbitkan edisi anyar buku dari Aria Wiratama Yudhistira tersebut. Buku ini adalah versi populer dari skripsinya yang legendaris ketika masih kuliah di jurusan sejarah Universitas Indonesia. Pada prinsipnya, buku ini penting karena membahas topik yang sering terabaikan: obsesi Orde Baru, sejak 1966 hingga awal 1970-an, pada budaya pop. Petinggi rezim khawatir melihat banyak pelajar SMA dan mahasiswa bergaya hidup hippies. Kampanye massif digelar langsung oleh ABRI, menangkapi anak muda yang gondrong—karena mereka dianggap berpeluang menjadi kritis dan mengancam agenda kapitalisme terpimpin Orde Baru. Dalam periode kelabu itu juga banyak media massa mengamplifikasi paranoia rezim, ikut merilis berita kalau lelaki gondrong identik sama penjahat. Rupanya selain komunis, anak hippies sempat ditakuti Orde Baru. Kajian menarik yang perlu diketahui pembaca dari generasi kekinian.—Ardyan M. Erlangga
Jangan Ke Mal, Mendingan Nonton ‘Project Panda’ di Kenobi Space
Gue salah satu orang yang emoh ngabisin uang buat nonton film blockbuster di mal dalam bioskop. Alasannya? Film-film ini toh ujung-ujungnya bakal nongol di Netflix atau TV selama gue sabar nunggu barang beberapa bulan. Black Panther, yang lagi rame-ramenya diomongin itu termasuk yang gue gituin. Paling tahun depan nongol di TV. Sebaliknya, gue sangat menghargai dan mencintai bioskop kecil yang menayangkan film-film yang enggak dilirik jaringan bioskop raksasa macam 21Cineplex.
Dulu, waktu gue tinggal di Seattle, bioskop kecil kesayangan gue bangkrut. TV setempat lalu mewawancara gue cuma biar tahu sesedih apa gue setelah bioskop itu ditutup. Sekarang di Jakarta, gue nemu beberapa bioskop kecil yang repertoire filmnya enggak standar, makanya tempat-tempat macam ini harus SELALU didukung. Sabtu 24 Februari nanti, Kenobi Space bakal memutar Project Panda, film panjang arahan Dom Dharma yang berkisah tentang seorang pakar farmasi yang nyawanya terancam setelah berhasil bikin obat super populer bernama Panda. Setelah film diputar, bakal ada sesi tanya jawab dengan kru dan para pemain Project Panda. Jangan nonton sendirian—Alia Marsha
Dengarkan Dua Album Punk Seru Rilisan Dugtrax Records
Saya paham banget. Weekend ini masuk tanggal tua. Sisa uang di rekening sudah hampir nihil, sementara gajian baru turun minggu depan. Bagi penikmat musik—saya salah satunya, akhir bulan bukan kondisi mengenakkan. Seenggaknya hasrat crate digging di toko-toko plat langganan harus direm. Begitu juga keinginan datang ke gig sebab gig boleh gratis tapi merch yang minta banget dibeli enggak. Terus gimana dong caranya biar bisa dapat menikmati musik baru tapi dompet tepat aman? Gampang. Ada yang netlabel baru yang namanya Dugtrax Recorda. Sebenarnya netlabel ini enggak baru-baru amat, wong masih turunan YesNoWave. Bedanya Dugtrax khusus mengedarkan album-album punk yang bisa diunduh cuma-cuma. Saat ini, Dugtrax memang baru punya dua roster: Amok dan Netsov (FYI, ini pelesetan dari Setnov). Cuma sepertinya, album dua band ini sudah cukup memenuhi hasrat berburu musik baru akhir pekan ini…setidaknya sampai rekening kembali terisi.—Manan Rasudi