Panduan Mendalami Musik Björk Buat Pemula

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.

Ada masa-masa ketika Björk merasa yakin tidak akan bisa merilis album solo. Dia memberi pengakuan ini saat diwawancarai majalah SPIN pada 1993, tepat sehari sebelum perilisan album solo pertamanya yang diberi tajuk Debut. Akhir dekade 80an dan awal 90an, Björk mulai dikenal pendengar musik Eropa karena bergabung sama grup rock alternatif Islandia Sugarcubes. Namun ketika menginjak usia 27 tahun, didorong perasaan kalau “waktu hidupnya semakin menipis,” Björk memberanikan diri merilis lagu-lagu yang sejak lama dia tulis dan hanya disimpan selama bertahun-tahun. “Lagu-lagu saya sangat pribadi sifatnya,” ujarnya saat itu.

Videos by VICE

Sejak itulah, tentu saja, musik Björk dikenal publik. Berselang dua dekade lebih setelah diwawancarai SPIN, karir solo Björk ternyata bertahan lama. Dia sukses merilis sembilan album studio, dan telah manggung di seluruh penjuru dunia. Dia sempat merain nominasi Academy Award untuk soundtrack terbaik “I’ve Seen It All,” yang kemudian dia nyanyikan secara live di depan stasiun televisi nasional, sambil mengenakan gaun Marjan Pejoski membuatnya terlihat seperti seekor angsa. Meminjam kata-kata Björk dua dekade lalu, dia merasa gabung Sugarcube itu “seperti lelucon.” Jika memang demikian, bolehlah kita sebut karir solonya terasa bagaikan sebuah tawa yang panjang.

Tapi daftar pencapaian yang panjang ini tidak otomatis menggambarkan keunikan karya-karyanya yang penuh kontras—misalnya fakta bahwa dia menyanyikan lagu-lagu yang sangat pribadi di depan publik. Sepanjang karirnya, lirik buatan penyanyi bernama lengkap Björk Guðmundsdóttir ini membahas cinta yang mekar dan nantinya berakhir pahit; terutama mengacu pada kandasnya hubungan Björk bersama seniman Matthew Barney, yang sempat memicu krisis eksistensial. Mengikuti jejak karya musisi 52 tahun ini ibaratnya menonton perjuangan manusia menghadapi dirinya sendiri di atas panggung dunia. Yang berbeda dari kebanyakan orang, Björk sukses mengubah peristiwa paling menyakitkan bagi dirinya menjadi lagu-lagu pop futuristik mewah penuh warna yang berani.

Tentu tidak semua orang bisa ‘mengerti’ musik Bjork, karena imejnya sebagai musisi nyentrik. Dia sering manggung memakai kerudung atau make up luar biasa, menampilkan diri sebagai alien. Semua ingar bingar citra tersebut menyembunyikan sisi emosional musiknya. Menurut saya, sisi emosional Björk sangat kontras dengan kostum warna-warni dan riasan wajah lebay yang dia kenakan.

Mudah bagi pendengar musik yang tak akrab sama Björk mengejeknya sebagai ‘orang aneh’. Tapi, perlu saya ingatkan, kesan aneh itu muncul kalau kalian hanya peduli sama penampilan luarnya, atau mengabaikan inti lagu-lagunya. Itulah risiko bila kalian melewatkan apa yang ditawarkan seniman besar masa kini bernama Björk. Supaya kalian bisa mengapresiasi katalog karya Björk lebih mendetail, Noisey membuat panduan berikut.

Björk baru saja merilis Utopia, kumpulan lagu-lagu yang menyelami rekahnya cinta di era modern. Kami akan membantumu memilah lagu-lagu Björk, dibagi per tema-tema tertentu, supaya pilihannya bisa sesuai dengan selera atau mood yang ingin kalia dapat.

Selamat membaca!

Sisi Galau dan Emosional Björk

Dalam katalog yang penuh dengan lirik ‘dalem’ tentang kebingungan dan ekstasi dari keterikatan pribadi, ada satu lagu yang sangat menggambarkan Björk, yaitu “Jóga” : “Emotional landscapes / They puzzle me.” Dia biasanya tidak menemukan solusi dari pergolakannya, tapi dia lumayan ahli melacak kondisi internal mentalnya sendiri—membuat peta detil akan ruang yang membuatnya kebingungan.

Sepertinya itu yang dia maksud ketika dia mengatakan lagu-lagunya bersifat “pribadi,” bahwa lagu-lagu terbaiknya merupakan arsip dari pikiran-pikirannya yang tersembunyi. Apabila dibaca dengan teliti, kamu akan menemukan gairahnya yang terdalam dan rasa takut yang dipendam, kekuatannya dan perasaan yang melukainya. Dia selalu menulis lagu-lagu macam ini dengan santai—dan terdengar jelas di Vespertine dan Vulnicura, dua album yang dirilis berjarak hampir satu setengah dekade, mendokumentasikan pasang surut hubungannya dengan Barney. Mendengarkan mereka berurutan terasa menggembirakan namun juga brutal. Lagu macam “Pagan Poetry” dan “Undo” menunjukkan kekuatan yang muncul dari membuka diri terhadap dunia, tapi “Black Lake” yang dirilis beberapa tahun kemudian mengingatkanmu bahwa melakukan ini akan membuatmu rentan terhadap kesedihan. Tapi di luar kedua album ini pun, dia secara konstan menulis lagu-lagu potret kehidupannya sendiri tanpa kompromi.

Kunci dari karya seni yang sangat pribadi adalah kemampuannya untuk mencerminkan pendengar sekaligus pencipta. Sulit untuk tidak memahami ketika dia bernyanyi tentang berakhirnya sebuah hubungan dari sudut pandang realis (“You’ve Been Flirting Again”) atau menemukan secercah gairah biarpun nantinya pudar juga dengan waktu (“The Dull Flame of Desire”). Dia menulis dengan penuh empati dan kasih sayang, baik ke orang lain dan dirinya sendiri.

Playlist: “Jóga” / “Undo” / “Pagan Poetry” / “Blissing Me” / “Black Lake” / “I’ve Seen It All” / “The Dull Flame of Desire” / “Desired Constellation” / “You’ve Been Flirting Again” / “Venus As a Boy”

Spotify | Apple Music

Sisi Björk Sang Bintang Pop

Björk adalah musisi eksperimental yang suka berkolaborasi dengan seniman-seniman aneh, tapi bahkan momen-momen terbaik dalam karyanya masih berakar di penulisan lagu pop. Bahkan dalam lagunya yang paling aneh, dia masih sanggup membungkus eksperimentasinya dalam bentuk lagu. Tidak jarang dia sukses besar karenanya. Lagu ala house rave “Big Time Sensuality” dan “Earth Intruders” sempat masuk ke chart Billboard Hot 100, dan album Volta (2007) duduk di posisi 7 chart album.

Ada ekstasi dalam lagu-lagu seperti “Hyperballad” dan “Violently Happy” yang memberikan daya tarik seperti lagu-lagu radio pada umumnya, melodi yang mengambil alih telingamu dan mencuri perhatian. Tapi tentu saja Björk memiliki pendekatan khasnya sendiri. Alih-alih menggunakan synth manis seperti banyak musik pop dalam beberapa dekade terakhir, dia justru menggunakan campuran musik elektronik yang tidak umum: tekno monokrom, ambient new age, drum and bass, dan masih banyak lagi. Ini membuat hook-hook lagunya bahkan lebih menonjol—neon selalu terlihat lebih terang di ruang gelap.

Playlist: “It’s Oh So Quiet” / “Big Time Sensuality” / “Hyperballad” / “Army of Me” / “Hidden Place” / “Bachelorette” / “Alarm Call” / “Stonemilker” / “Violently Happy”

Spotify | Apple Music

Björk Sang Pakar Akrobat Vokal

Ada sebuah video YouTube berdurasi enam setengah menit berjudul “Bjork Super Notes and Screams” yang bisa menjadi perkenalan yang baik dengan dirinya. Video tersebut menampilkan 13 momen dari katalog musiknya yang sangat sulit untuk ditiru. Diambil dari penampilan live dan studio, Björk mengubah suaranya ke dalam bentuk absurd yang asing. Dia mencicit, begumam dan membakar suaranya menjadi sesuatu yang ngeselin namun juga indah.

Momen-momen macam ini bahkan lebih menonjol dalam konteksnya. Suara vokal Björks selalu menarik, kadang mengayun melewati melodi yang bengkok dan jarang dicoba oleh penyanyi lain (ada alasan majalah Rolling Stone menobatkannya sebagai salah satu vokalis terbaik sepanjang masa). Namun momen-momen manis ini kerap ditemani oleh nada-nada kuat yang menyerang telinga. Fakta bahwa vokal ini keluar dari tenggorokan manusia sangatlah luar biasa. Cara dia membawakan lagu “Big Time Sensuality” selalu mengubah nuansa seksual lagu menjadi sesuatu yang lebih emosional—penuh rasa gembira tapi juga menyedihkan.

Tapi itu hanyalah satu lagu. Hampir setiap lagunya memiliki momenvokal “njir, itu gimana dia nyanyinya?”.Album terbarunya dibuka dengan lagu berjudul “Arisen My Senses” di mana dia melapis lima vokal take yang luar biasa sulit bersamaan. Vokal manusia harusnya memiliki batas berapa banyak timbre yang bisa dihasilkan, tapi nampaknya ini tidak berlaku bagi Björk.

Playlist: “Arisen My Senses” / “All Is Full of Love” / “Human Behavior” / “Big Time Sensuality” (Live MTV Unplugged) / “Cocoon” / “Oceania” / “Possibly Maybe”

Spotify | Apple Music

Sisi Björk Sebagai Ilmuwan Gila di Studio

Setelah membaca wawancara Björk dengan Pitchfork di 2015, banyak orang baru menyadari kemampuannya sebagai arsitek bunyi dari album-albumnya. Dari awal pun, album-albumnya selalu diwarnai oleh kemauannya untuk bereksperimen dengan produksi. Björk bekerja sama dengan sosok-sosok terdepan dalam kancah musik dance dan membentuk ramuan musik ambient, tekno, dan trip-hop dan mengubah kerangka penulisan musik elektronik. Homogenic dan Vespertine masih terdengar seperti album masa depan bahkan setelah dua dekade banyak ditiru.

Tapi luar cara dia bermain-main dengan batasan musik, dia juga salah satu pengadopsi awal teknologi musik baru. Di Medulla, dia membongkar sound organik, men-sampling ulang dan menguliknya untuk membuat orkestra dan instrumen statik menggunakan suara manusia. Di Vespertine, dia membangun beberapa kotak musik raksasa yang meminjamkan melodi berulang-ulang, menciptakan rasa ngeri. Di Biophillia, dia menggunakan sebuah software yang terkenal karena fitur Auto-Tone untuk menciptakan harmoni yang tidak terduga.

Dia juga menggagas penciptaan beberapa instrumen baru, termasuk alat setinggi 30 kaki yang disebut sebagai Gravity Harp, memberikan album bunyi-bunyi siulan dan desir. Dijamin Björk menawarkan banyak bunyi yang belum pernah kamu dengar sebelumnya.

Playlist: “Triumph of a Heart” / “Thunderbolt” / “Crystalline” / “Stonemilker (Vulnicura Strings Version)” / “Solstice” / “Frosti” / “Paradisia”

Spotify | Apple Music

Sisi Björk Sebagai Penguasa Lantai Dansa

Tur menjadi semakin jarang dilakukan Björk seiring aksi panggungnya semakin ambisius dan ribet. Tapi kalau kamu ingin menyaksikannya di dunia nyata, ada banyak peluang karena sekarang dia hobi nge-DJ. Biarpun sering memainkan lagu-lagu yang secara tradisional tidak ramah klub, Björk sudah lama sekali terlibat dengan kancah dance.

Produksi di album Debut—dibantu oleh Nellee Hooper, yang juga bekerja sama dengan Massive Attack dan Madonna—meminjam energi yang kerap dihasilkan oleh kancah musik house New York dan kultur rave tenda Inggris. Paska album tersebut, dia terus memasukkan elemen tersebut dalam karya-karyanya. Di album berikutnya, Post, dia bekerja sama dengan Hooper dan produser trip-hop Tricky, dan banyak seniman avant garde elektronik untuk membantunya menciptakan atmosfir android yang menjadi sound khasnya kelak.

Sisi Björk yang ini juga telah menghasilkan banyak album remix, di mana suaranya telah digunakan sebagai pusat dari track-track jungle (seperti remix “Cover Me”nya Dillinja, dan “Isobel”nya Goldie). Dia juga telah membuktikan kemampuannya mengubah lagu menjadi tembang joget ketika memproduksi “Stressed Out”nya A Tribe Called Quest.

Playlist: “Violently Happy” / “Who Is It” / “I Miss You” / “Courtship” / 808 State, “Ooops (feat. Björk)” / “Cosmogony (El Guincho Remix)” / “Crystalline (Omar Souleyman Remix)”

Spotify | Apple Music

Sisi Björk Sang Ratu Konser

Rekaman live dan bootleg biasanya menjadi ranah penggemar berat dan kolektor, tapi seharusnya kamu sudah sadar bahwa Björk tidak seperti musisi lainnya. Tidak pernah menolak kesempatan untuk mengulik musiknya dalam bentuk apapun, dia biasanya menggunakan album live sebagai kesempatan untuk mengotak atik struktur lagu. Yang terbaru, dia merilis rekaman live paska perilisan Vulnicura dimana dia bermain ditemani pemain-pemain string dan Arca.

Ini berarti dia mengaransemen ulang beberapa lagu lamanya, termasuk “Come to Me,” dari Debut. Mengingat beban emosional dari era album tersebut—dia sempat membatalkan beberapa jadwal manggungnya sendiri, akibat beban emosional yang muncul dari menyanyikan lagu tentang akhir hubungannya dengan Barney—nuansa hangat lagu orisinil dibuang, diganti menjadi ballad dingin penuh dengan bunyi elektronik Arca. Ketika dia bernyanyi “You know that I love you,” rasanya lebih terdengar seperti ancaman. Dia mengubah lagu cinta lama menjadi sebuah senjata, dan ini tentunya bukan pertama kali dia mentransformasi lagu-lagunya sendiri di album live.

Dia pernah mendorong “Declare Independence” lebih jauh ke ranah elektro-punk anarkis dan mengaransemen ulang “Big Time Sensuality” sebagai track breakbeat di Post Live. Hampir setiap album livenya memiliki momen-momen seperti ini, yang membuat mereka layak didengar. Kamu tidak akan pernah tahu apa yang akan kamu dapatkan, dan memang itulah intinya.

Playlist: “Come to Me (Vulnicura Live Version)” / “Unravel (Vespertine Live)” / “Declare Independence (Voltaic Version)” / “Earth Intruders (Voltaic Version)” / “All Neon Like (Homogenic Live Version)” / “Anchor Song (Post Live)”

Spotify | Apple Music


Baca Juga Panduan Noisey lainnya buat pendengar pemula yang selama ini malu karena tak sempat mendengar katalog karya musisi besar. Jangan malu, tak ada kata terlambat untuk musik yang keren!

Panduan Bagi Pemula Yang Ingin Mengenal Metallica

Panduan Bagi Pemula Yang Ingin Mengenal The Cure

Panduan Bagi Pemula Yang Ingin Mengenal Soundgarden