Pastor di Filipina mengaku dirinya “Utusan Tuhan”, memerintahkan paduan suara perempuan untuk menyanyikan pujian baginya dalam kebaktian gereja yang disiarkan televisi, pernah memarahi gempa agar segera berhenti dan meminjamkan jet dan helikopter pribadi kepada Presiden Rodrigo Duterte selama kampanye pilpres 2016.
Namun, pemimpin gereja Kingdom of Jesus Christ (KOJC) Apollo Quiboloy kini terjerat kasus perdagangan seks. Lelaki 71 tahun itu dituduh menyelundupkan anggota ke Amerika Serikat untuk melakukan aksi penipuan berkedok minta sumbangan. Sementara itu, beberapa anggota lain dipaksa memenuhi segala kebutuhannya, termasuk memuaskan hasrat seksual sang pastor.
Videos by VICE
Berdasarkan pernyataan yang dirilis pada 18 November, Departemen Kehakiman AS mengajukan tuntutan terhadap Quiboloy dan sejumlah petinggi gereja yang mengancam anak-anak dan perempuan muda untuk berhubungan seks dengannya jika tidak mau mendapat “kutukan abadi”.
Sebelum menimpa Quiboloy, tiga pengurus KOJC telah didakwa dalam kasus serupa pada awal 2020. Namun, dalam kasus Quiboloy, para terdakwa semuanya perempuan. Perwakilan Quiboloy belum menanggapi permintaan VICE World News untuk berkomentar.
Menurut keterangan, dia dan dua terdakwa diduga merekrut perempuan dan gadis remaja berusia antara 12-25 untuk menjadi asisten pribadi pastor. Korban diperintahkan untuk menyiapkan makanan Quiboloy, membersihkan rumahnya, memijat dan “berhubungan seks” dengan sang pastor dalam “tugas malam”. Surat dakwaan menyebutkan ada lima penyintas, tiga di antaranya masih di bawah umur saat menjadi korban perdagangan seks.
Para penyintas diberi tahu tugas malam ini merupakan “kehendak Tuhan”, “hak istimewa” dan bentuk kesetiaan kepada “Utusan Tuhan”. Jika menolak, mereka akan dicap “kerasukan iblis dan terancam kena kutukan abadi.”
Quiboloy diduga mengancam dan menganiaya penyintas yang berusaha kabur, tidak melakukan tugas malam atau berinteraksi dengan laki-laki lain. Sementara itu, dia akan memanjakan anggota yang menurut kepadanya. Apabila penyintas berhasil meninggalkan gereja, Quiboloy memanfaatkan khotbah dan platform siarannya untuk mengutuk mereka seumur hidup karena telah melakukan pergaulan bebas.
Departemen Kehakiman AS lebih lanjut menuduh terdakwa menggunakan visa yang diperoleh secara curang untuk mengirim anggota gereja ke Amerika dan menggalang “kegiatan amal palsu”. Uang hasil sumbangan nantinya dipakai untuk “membiayai gaya hidup mewah para pemimpin”. Anggota yang berhasil mengumpulkan dana lalu dipaksa melakukan pernikahan palsu atau memperoleh visa pelajar gadungan supaya bisa tetap melancarkan aksinya di AS.
Hasil penyelidikan menunjukkan aksi mereka berlangsung setidaknya selama 16 tahun, dimulai dari 2002 hingga 2018. Tiga terdakwa masih menjadi buron, seperti Quiboloy yang diyakini berada di Filipina. Selain di negara asalnya, dia dilaporkan memiliki tempat tinggal di California, Nevada dan Hawaii.
Quiboloy sempat ditahan setibanya di bandara Honolulu pada 2018 silam. Agen federal menemukan uang tunai senilai US$350.000 (setara Rp4,9 miliar) yang disembunyikan dalam kaus kaki dan suku cadang senjata di dalam jet pribadi. Pada 2019, mantan pengikutnya di Kota Davao menuduh Quiboloy melakukan pemerkosaan, pelecehan anak dan perdagangan manusia. Namun, dia menyangkal tuduhan tersebut.
Berlokasi di Kota Davao, gereja KOJC mengklaim memiliki tujuh juta anggota di seluruh dunia. Presiden Duterte menganggap Quiboloy teman lama dan penasihat spiritualnya.
Pemuka agama seperti Quiboloy memiliki pengaruh yang sangat besar di Filipina. Banyak politikus meminta dukungan mereka agar menang dalam pemilu.
Follow JC Gotinga di Twitter.