Pada era musik digital merajalela seperti sekarang, rasanya semakin susah menemukan musisi yang bertahan dengan akar musik yang mereka geluti. Apalagi mereka yang tetap kukuh memproduksi musiknya secara analog dan merilis karya mereka dalam bentuk vinyl. Payfone salah satunya. Duo diawaki Phil Passera dan Chika Ononye ini menjadi perbincangan di kancah modern disco Inggris, berkat campuran elektro disco yang mereka suguhkan.
Baru-baru ini, Tim Laksmana dari VICE Indonesia ngobrol bersama satu awak Payfone, Phil Passera. Topik yang diulas tentang kebangkitan vinyl, musik pop modern, dan bagaimana Hillary Clinton bikin mereka geram lalu menjadi inspirasi EP terbaru Payfone yang dirilis oleh label disco cult, Golf Channel.
Khusus untuk VICE Indonesia, Payfone memberikan track eksklusif yang bisa didengar serta diunduh di bagian bawah artikel ini.
Videos by VICE

Foto oleh: Alan Clarke
Bisa cerita tentang EP terbaru kalian “Justified/We Are Chains.”
EP kami kali ini sebenarnya sangat politis. Saya sendirinya orangnya sangat politis. Setahun kemarin saya banyak mengamati pilpres di Amerika Serikat. “We Are Chains” sejatinya adalah “komentar” saya tentang kehidupan modern dan sistem politik (yang melingkupi kita). Ini sebenarnya lagu yang murung tentang nestapa yang kita rasakan sebagai umat manusia di luar kaum 1 persen yang menguasai perekonomian. Kamu ngerti lah. Liriknya seperti ini “ We are the chains, we are the slaves…” Kami menulisnya sambil memikirkan Hillary Clinton
Beneran Hillary Clinton?
Iya. Hillary adalah salah satu manusia paling menjijikan di muka bumi. Clinton Foundation dalam satu dekade kemarin jadi biang kerok banyak bencana di muka bumi. Institusi ini telah masuk ke negara-negara miskin, mengobrak-abrik wilayah itu dan membawa pulang uangnya. Perasaan saya kacau balau setelah pemenang pilpres lalu diumumkan. Di satu sisi, saya cemas dengan kemenangan Trump. Di sisi lain, diam-diam saya senang Clinton tak lagi berkuasa.
Selalu menarik mendengarkan track dance musik yang politis. Saya merasakan sedikit “protes” dalam vocal. Kalau “Justified” bagaimana? Politis juga?
Oh, kalau “Justified” beda kasusnya. Ide di balik track ini adalah kami mencoba membuat lagu yang soundnya mirip live recording rave dari tahun 1988. Tempo rave pada saat itu cuma dua antara keras banget, 130bpm atau lambat banget. Kami pilih yang kedua.”Justified” itu kayak tribute untuk era warehouse rave di Inggris.
Apa yang berubah dari Payfone pasca debut kalian, “International Smark?”
Awalnya kami lebih banyak main di ranah nu-disco, tapi saya kemudian berpikir sudah banyak musik nu-disco di luar sana. Kebanyakan “lebay”, instrumental dan repetitif. Saya lebih tertarik dengan club musik dekade 80an. Isinya cuma analog simple dan drum machine, tak ada synths yang berlebihan dan berhasil banget bila dimainka di club. Saya juga ingin menulis lirik dalam musik saya karena vokal membuat musik punya tujuan dan identitas. Kira-kira begitulah perjalanan musik kami.
Yang menarik dari Payfone adalah di era teknologi digital sekarang, kalian masih memprogram dan memainkan musik kalian dengan sound original tanpa sampling sedikitpun
Dulu ketika masih berumur 17 tahun, saya mulai ngeDJ dan membuat musik sepenuhnya dengan sampling. Moniker saya waktu Kitty Bronx (tertawa). Ini berjalan selama 10 tahun. Sekarang 20 tahun kemudian, saya sepertinya merasa cukup memainkan sampling. Ideologi saya bergeser. Saya kini punya tekad musik yang saya buat 100% bikinan saya. Saya tak lagi menggunakan musik orang lain sebagai sample. Malah sekarang saya punya tape 8 track. Masih belum sempurna sih, saya sedang memperbaikinya. Kalau sudah beres, saya bakal membuat musik secara analog sepenuhnya tanpa bantuan komputer.
Bakal keren dong!
Tiap kali kamu mendengar musik yang dimainkan dengan instrumen elektronik asli,
kamu bakal ngerasa musiknya lebih hidup dari yang dibuat dengan komputer.
Apalagi dirilis dalam bentuk vinyl dan dimainkan dengan sound system club yabg nampol
Nah! Membandingkan vinyl dengan digital itu seperti membandingkan bensin dengan solar. (tertawa)
Ada komentar tentang kebangkitan format vinyl yang terjadi belakangan?
Vinyl sudah jadi barang retro. Orang cuma menyukainnya karena sedeng ngetren saja. Vinyl bisa dipajang di tembok misalnya sebagai sebentuk karya seni. Hari ini saja, aku pergi ke sebuah toko. Saya kaget ada tembok di toko itu yang dipenuhi vinyl 12inch klasik dari Michael Jackson, Prince, The Ramones. Album-album itu dipasang bersama vinyl Adelle baru dan versi reissue album Ella Fitzgerald, Chet Baker, Louis Armstrong… pokoknya kerenl! Saya juga baru sadar sleeve vinyl sekarang berbeda, lebih tipis dan dibuat dari kertas kardus yag lebih kuat. Benar-benar era baru vinyl.
Menurutmu bagaimana perkembangan tren musik terbaru, maksudku yang mainstream?
Saya tak tahan mendengarkan musik pop modern. Karena kita sudah dewasa, kita tak lagi mengkonsumsi makanan anak dan mendengarkan musik anak-anak. Kira-kira begitu lah. Sekarang ini kita kan disuguhkan musisi paling tak berbakat di muka bumi:; Katy Perry, Drake, Ellie Goulding… Kontribusi mereka ke musik apa coba? Inikah mengerikan…pokoknya saya engga tahan.
Hahaha, pendapat yang menyegarkan! Payfone punya rencana apa tahun ini?
Kami berusaha menyelesaikan satu track “Be Somebody” yang sudah kami kerjakan sejak 2013. Kami juga berharap bisa nge-DJ di seluruh penjuru Eropa dan—yang terakhir—kami ingin selamat menjalani tahun ini tanpa ditimpa bencana ekonomi, politik, apalagi militer.
Simak single KITTY BRONX: Show Me How You Feel yang dirilis sebelum proyek Payfone. Download lagunya lewat tautan berikut.