FYI.

This story is over 5 years old.

Pembantaian Rohingya

Ratusan Balita Muslim Rohingya Tewas Dalam Sebulan Operasi Militer Myanmar

Ribuan anak lainnya menjadi korban pembersihan etnis teraniaya di Asia Tenggara itu, tanpa ada intervensi serius dari dunia internasional.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Mari memulai kabar menyedihkan ini dengan melihat angka berikut:

734

Angka tersebut adalah jumlah balita yang terbunuh tewas dalam di bulan pertama pertama persekusi yang terhadap suku Rohingya di provinsi Rakhine, Myanmar. Data tersebut dibeberkan dalam laporan terbaru organisasi kemanusiaan Médecins Sans Frontières. Dokumen yang sama memperkirakan lebih dari 6.700 warga etnis Rohingya tewas hanya dalam bulan pertama operasi militer aparat Myanmar terhadap etnis minoritas muslim tersebut yang dimulai 25 Agustus lalu. Kedua angka tersebut baru dugaan kasar yang diperoleh dari enam penelitian berskala besar digalang oleh organisasi kemanusiaan yang mengurusi masalah orang-orang terusir dari kampung halamannya. Penelitian MSF digelar di Cox’s Bazar, Bangladesh, kamp pengungsian yang kini menampung lebih dari 600.000 pelarian Rohingya. MSF mengungkapkan bila angka korban sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi dari perkiraan di laporan ini. Dalam rangka memetakan seberapa besar imbas krisis di Rohingya, survei tersebut menanyai tiap kepala keluarga siapa saja anggota keluarga yang terbunuh dalam aksi kekerasan aparat militer Myamar. Hasil penelitian yang menyasar populasi besar etnis Rohingya mengungkap sebuah fakta mengerikan tentang betapa instensnya persekusi yang dialami mereka, Angka statistik yang dihasilkan dari survey ini sangat bikin miris. Sebagain besar kematian tragiis—69,4 persen—disebabkan penembakan. Adapun 9 persen balita meregang nyawa setelah dibakar hidup-hidup dalam rumah mereka, 5 persen lainnya dipukuli sampai tewas, 2,6 persen korban tewas setelah mengalami kekerasan seksual, sementara 1 persen korban lain menjadi korban ledakan ranjau darat.


Baca juga laporan VICE Indonesia tentang para pengungsi Rohingya di Indonesia yang terus mengalami trauma:

Anak-anak pun tak ikut-ikutan jadi korban kekerasan. Hampir 60 persen anak-anak yang jadi korban tewas karena ditembak. Lima belas persen lainnya dibakar hidup-hidup di rumah mereka sementara dua persen lainnya mati karena ranjau darat. Beragam laporan yang dikeluarkan organisasi internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, membuktikan bahwa aparat militer Myanmar menggalang operasi sistematik yang mencakup pembunuhan, penyiksaaan, pemerkosaan dan pembakaran untuk mengusir populasi etnis Rohingya dari Provinsi Rakhine—sebuah operasi yang menurut salah satu petinggi Komisi Asasi Manusia PBB hampir bisa digolongkan sebagai genosida atau pembersihan etnis secara terencana. Sayangnya, terbatasnya akses menuju wilayah lokasi persekusi membuat para staf komisi hak asasi manusia PBB hanya mampu menyuguhkan estimasi kasar terkait skala kekerasan yang terjadi di sana. Seorang staf senior PBB memperkirakan dalam dua minggu pertama operasi militer Myanmar, setidaknya 1.000 anggota etnis Rohingya terbunuh. Sekali lagi, angka riil di lapangan bisa lebih tinggi lagi.

Laporan yang dirilis bulan lalu oleh Human Rights Watch, secara gamblang mendokumentasikan bagaimana militer Myanmar melakukan “pemerkosaan besar-besaran” menyasar gadis dan perempuan dewasa Rohingya dalam operasi militer mereka.