Zikirullah Alfarisi termasuk rutin terbang ke luar daerah. Pria pekerja lepas tersebut tinggal di provinsi paling ujung di barat Indonesia, Aceh. Pekerjaan yang dilakoninya kadang membawanya ke berbagai pulau di Indonesia. Dalam sebulan Zikri, begitu ia biasa dipanggil, bisa terbang empat kali pergi-pulang.
Harga tiket yang harus dirogoh Zikri buat ke Jakarta tergolong mahal. Kalau lagi murah, ia bisa mendapat tiket pesawat seharga Rp1,5 juta. Kalau lagi apes, harganya bisa mencapai Rp2,5 juta. Jalan keluar dari masalah klasik tersebut muncul beberapa waktu lalu ketika Zikri dan kawan-kawan menemukan bahwa harga tiket ke Jakarta via Kuala Lumpur ternyata jauh lebih murah. Zikri lantas membuat paspor beramai-ramai demi menghemat biaya perjalanan.
Videos by VICE
Harga tiket pesawat rute Banda Aceh – Jakarta, saat diperiksa pada Senin (14/1), sebesar Rp2.962.00 memakai maskapai Garuda Indonesia. Sementara Batik Air Rp2.768.000. Tapi kalau transit Kuala Lumpur Rp1.457.000. Sejak akhir tahun situasi harga seperti itu. Praktis Zikri dan kawan-kawan bisa menghemat Rp1 juta lebih.
“Ide pertama muncul saat seminggu hendak ke Jakarta,” kata Zikri. “Sebenarnya ide ini muncul dadakan. Salah seorang kawan menyarankan untuk buat paspor dan berangkat ke Jakarta dengan transit Kuala Lumpur. Setelah dihitung-hitung, ternyata biaya buat paspor dan harga tiket lumayan lebih murah. Maka munculah ide tersebut.”
Perkara harga tiket, dan polah beberapa warga Aceh yang ramai-ramai bikin paspor, ini rupanya jadi buah bibir di media sosial. Anggota DPR asal Aceh dari Partai NasDem, Teuku Taufiqulhadi dikutip awak media merasa prihatin penumpang Aceh-Jakarta harus membawa paspor. Menurutnya, negara bisa ditertawakan atas fenomena ini.
“Jika ini dibiarkan, otoritas perhubungan kita jadi diskredit, negara akan ditertawakan. Saya berharap hal aneh ini segera mendapat perhatian Kementerian Perhubungan,” kata anggota Komisi III DPR itu.
Budayawan Sudjiwo Tedjo lewat akun Twitternya, menyatakan dengan nada sedikit satir bahwa Malaysia telah menjadi bagian dari Indonesia.
Harga tiket pesawat memang kadang sukar ditebak. Kadang, dari Jakarta, lebih murah pergi ke Singapura daripada ke Bali. Atau kadang lebih murah pergi ke Bali daripada ke Yogyakarta. Tiket pesawat ke Singapura hari ini cuma Rp500 ribu, tapi ke Bali malah Rp534 ribu. Beda tipis sih, tapi kan itu tetap duit.
Awal tahun ini terjadi kenaikan harga tiket yang cukup signifikan yang akhirnya membuat pemerintah turun tangan. Bukan cuma warga Aceh yang menjerit. Penglaju dari Papua, Kalimantan, Sulawesi, hingga Sumatra mengeluhkan ketidakwajaran serupa. Kalangan yang melakoni pacaran jarak jauh (LDR) turut merasa jadi korban. Makanya petisi di change.org yang menuntut penurunan harga tiket domestik, ditambah ramainya kisah warga Aceh ke Jakarta bawa paspor, memaksa pemerintah berbenah sejak akhir pekan lalu.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengakui keluhan konsumen ada benarnya. “[Harga tiket domestik] sudah mencapai tahap yang memprihatinkan.”
Asosiasi maskapai Indonesia berkelit bahwa kenaikan harga tiket pesawat diakibatkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Ketua Umum Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Akshara Danadiputra mengatakan bahwa pelemahan tersebut tidak sebanding dengan harga tiket pesawat domestik.
“Dari 2016 sampai 2018 kurs kita sudah melemah sekitar 170 persen. Sedangkan maskapai penerbangan dari April 2016 tidak ada kenaikan,” tutur Akshara.
Atas desakan pemerintah, menyusul kontroversi harga tiket, akhirnya INACA mengalah juga. Asosiasi tersebut sepakat menurunkan harga tiket pesawat. Keputusan ini diambil setelah mendiskusikannya dengan para maskapai. “Kita berkomitmen menurunkan harga tiket diikuti komitmen positif para stakeholder,” ujar Askhara dikutip Kompas. Pemerintah pun menjamin bahwa penurunan harga tiket tersebut tidak akan membuat maskapai rugi.
Penetapan harga tiket pesawat memang dipengaruhi oleh beberapa variabel. Kementerian Perhubungan menetapkan harga berdasarkan tarif jarak, pajak, iuran wajib asuransi, biaya tambahan (surcharge).
Sementara maskapai penerbangan punya komponen tersendiri diantaranya meliputi tarif dasar, pajak dan biaya bandara, bahan bakar, bagasi, gaji pegawai, dan banyak komponen lain. Jadi jarak tempuh juga sebenarnya jelas berpengaruh ke harga tiket. Tak heran bila rute Jakarta-Jayapura bisa mencapai Rp4juta sekali jalan.
Kenaikan, dan disusul penurunan, harga tiket pesawat ini cukup dramatis walau enggak sampai membuat rakyat berdemo seperti saat kenaikan BBM. Setidaknya cukup menggembirakan, termasuk buat orang seperti Zikri. Menurutnya harga Rp1,5 juta buat terbang dari Aceh ke Jakarta sudah seperti harga mati. Dia pun mengaku tak habis pikir, karena akhirnya banyak warga negara Indonesia yang biasanya tak akur, terutama di media sosial, kini bisa satu suara menentang kenaikan harga pesawat domestik.
“Jangan sampai harga tiket ke Kuala Lumpur jauh lebih murah ketimbang ke Jakarta,” ujarnya. “Masa iya ke ibukota negara tetangga lebih murah ketimbang ke ibukota negara kita sendiri?”