Pemerintah Cina lagi-lagi mendiskriminasi minoritas Muslim Uighur. Kali ini, mereka menyerang orang yang sudah meninggal.
Hasil riset AFP dan gambar satelit Earthrise Alliance yang dirilis pekan ini menunjukkan lahan pemakaman Uighur di Xinjiang telah dihancurkan, hanya menyisakan batu nisan dan tulang-belulang yang sudah rusak. 45 kuburan Uighur telah digali sejak 2014, dan 30 lainnya terjadi dalam dua tahun terakhir.
Videos by VICE
Penjelasan resmi menyebutkan kuburannya diratakan untuk pengembangan kota, dan merupakan bagian dari “standardisasi” kuburan tua. Gambar satelit menunjukkan beberapa kuburannya berubah jadi lapangan parkir dan taman bermain.
Pemakaman Uighur di Aksu kini menjadi “taman bahagia” yang tersedia danau buatan, wahana permainan, dan panda palsu. Penyair Uighur Lutpulla Mutellip juga dimakamkan di sana. Pemakamannya dipindahkan ke kawasan industri di tengah gurun pasir.
Di Shayar, tempat wartawan menemukan tulang-belulang tersebar di tiga lokasi, pemerintah setempat membangun kuburan baru di situs lama. Kadier Kasimu, wakil direktur biro urusan budaya Shayar, memberi tahu AFP “kuburan baru sudah terstandardisasi, bersih, dan layak untuk warga.”
Namun bagi suku Uighur, ini hanyalah cara Cina mendiskriminasi mereka.
Kuburan buyut Salih Hudayar juga kena penggusuran. Salih berujar perataan makam adalah “upaya Cina menyingkirkan bukti keberadaan kami seutuhnya.”
Dalam dua tahun terakhir, sekitar 1 juta orang Uighur telah dimasukkan secara paksa ke “kamp pendidikan khusus” di Xinjiang. Investigasi rahasia VICE pada Juni menemukan pemerintah Cina menggunakan alat pengawasan untuk mengintai kelompok minoritas Uighur. Polisi juga menangkapi lelaki Uighur di tengah malam, dan memisahkan anak-anak dari keluarganya.
Pada Selasa, pemerintah AS mengumumkan akan membatasi visa pejabat Cina terkait dengan penahanan dan penyiksaan minoritas Muslim Uighur.
Dalam pernyataan, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Cina “harus segera mengakhiri penindasannya di Xinjiang, membebaskan tahanan, dan menghentikan pemulangan paksa warga etnis Uighur yang tinggal di luar negeri.”
Keputusan ini dikeluarkan setelah AS memasukkan 28 organisasi yang terkait dengan penindasan Xinjiang ke daftar hitam.
Akan tetapi, Geng Shuan selaku juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina membantah adanya perlakuan buruk. Dia mengklaim pada Senin bahwa “Kami tak pernah melakukan ‘pelanggaran hak asasi manusia’ seperti yang dituduh Amerika Serikat.”
Follow Edoardo di Twitter dan Instagram.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.