Menanangani ekses gunung meletus sama sekali bukan hal gampang. Gejala alam yang satu ini karakternya agak beda dengan bencana-bencana lain: tak ada yang bisa memprediksi sampai kapan harus terus mengungsi dan berjaga-jaga. Bisa sepekan, sebulan, bisa juga hingga berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun sebagaimana terjadi pada Gunung Sinabung.
“Bagi seorang ahli gunung yang paling susah itu kan menentukan golden time,” kata Ahli Vulkanologi Surono,” saat dihubungi VICE Indonesia. “Memprediksi munculnya awan panas sampai letusan, agar warga tak terlalu lama di pengungsian, itu memang sulit sekali,” katanya.
Videos by VICE
Hingga hari ini, hampir sepekan sejak Gunung Agung dinyatakan awas, sudah lebih dari 120 ribu warga diungsikan, tersebar di setidaknya 511 titik, sebagaimana ditulis oleh Detik.com. Tentu bukan hal gampang mengungsikan sekian banyak orang dalam waktu kurang dari sepekan.
Surono yang pernah menjabat Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan setelah berhasil mengungsikan warga, dan menangani masalah kebutuhan pangan, berikutnya pemerintah harus bagi-bagi tugas. Proses evakuasi warga di radius 9-12 kilometer dari Gunung Agung sebagian besar dikontrol langsung oleh pemerintah pusat. Selebihnya, sebaiknya pemerintah daerah mengambil porsi tanggung jawab lebih besar.
“Apa lagi kalau pengungsian terlalu lama. Mungkin dikasih hiburan untuk anak-anak, atau gimana diusahakan biar anak-anak tidak putus sekolah. Ya paling tidak pemerintah daerah harus mencari cara mengatasi kejenuhan di pengungsian,” kata geolog yang akrab dipanggil Mbah Rono itu.
Dia tak bisa memastikan karakteristik aliran lahar panas seandainya Gunung Agung meletus nanti. Menurut Surono, bisa saja lahar yang keluar tak berhenti mengalir sampai setahun lamanya, sebagaimana yang terjadi pada 1963 saat Gunung Agung terakhir meletus. “Bisa saja meletus seperti itu lagi, tapi tak tahu kapan. Bisa juga bukan sekarang,” katanya.
Surono mengimbau ratusan ribu pengungsi bersabar menghadapi fluktuasi Gunung Agung. Memang untuk bersabar tak semudah itu, apalagi tak ada kepastian sampai kapan gunung akan mereda. Surono meminta warga memaklumi gejolak yang terjadi pada Gunung Agung. Ibaratnya, Gunung Agung adalah tuan rumah sementara manusia yang tinggal di sekitarnya adalah tamu. “Seperti bertamu, kan kita harus bertamu di saat yang tepat,” katanya. “Kalau kita bertamu saat yang punya rumah sedang beres-beres, ya kita harus bersabar.”
Langkah pemerintah dan warga yang bahu-membahu mengevakuasi warga terdampak dinilai Surono sudah tepat. Berkaca pada pengalaman yang pernah terjadi tahun 1963, bisa saja mereka terkena awan panas jika tak mengungsi. “Kenapa mereka harus mengungsi? itu karena kemungkinan besar mereka kena awan panas,” kata Surono. Jika sudah keluar dari perut bumi, kecepatan awan panas bisa mencapai sekitar 300 kilometer per jam, sementara temperaturnya bisa mencapai 600-800 derajat celcius. “Makanya sebelum awan panas datang ya sebaiknya mengungsi saja,” kata Surono.