Seorang pemilik rumah sakit di Bangladesh ditahan kepolisian pada 15 Juli lalu, setelah kabur sembilan hari. Dia memperjualbelikan sertifikat hasil tes bebas Covid-19 kepada orang yang butuh supaya boleh bepergian.
Mohammad Shahed, 42 tahun, termasuk dalam puluhan tersangka yang dicokok kepolisian Bangladesh selama dua pekan terakhir. Mereka semua dikenai tuduhan yang sama, yakni menjual hasil tes negatif tanpa benar-benar memeriksa pasien. Shahed sempat berusaha kabur ke luar negeri, dan selama buron mengenakan burqa.
Videos by VICE
Shahed termasuk tersangka dengan kedudukan penting, karena posisinya adalah pemilik sebuah RS swasta di Ibu Kota Dhaka. Dia diburu langsung oleh Tim Buru Sergap Kepolisian Bangladesh, karena disinyalir yang paling rajin memperjualbelikan sertifikat macam itu. Tersangka lain rata-rata pegawai RS atau pegawai laboratorium.
“RS yang dia kelola mengklaim sudah melaksanakan 10.500 tes, tapi ternyata hanya 4.200-an yang benar-benar dilakukan dengan memeriksa sample darah pasien. Sisanya diberikan kepada yang bersedia membayar,” kata Kolonel Ashique Billah, juru bicara kepolisian, saat dikonfirmasi kantor berita AFP.
Atas tindakan curangnya, Shahed memperoleh keuntungan hingga US$350 ribu. Padahal RS-nya termasuk yang mendapat subsidi dari pemerintah Bangladesh untuk melaksanakan tes swab secara cuma-cuma.
Sindikat penjualan hasil tes negatif Covid-19 terlacak di beberapa negara kawasan Asia Selatan. Kasus serupa, meski detail pelakunya berbeda-beda, juga muncul di Asia Tenggara. Di Bangladesh sendiri, bukan cuma Shahed pemilik fasilitas kesehatan swasta yang bertindak curang. Pada 24 Juni lalu, kepolisian sudah menangkap Ariful Chowdhury, CEO klinik swasta di Dhaka yang menjual hasil tes kepada yang bersedia membayar. Surat macam itu dibutuhkan, untuk mereka yang hendak bepergian ke luar negeri dan luar kota, atau kembali bekerja ke kantor di Bangladesh.
Dampak dari maraknya penjualan sertifikat bebas Corona ini langsung dirasakan satu negara. Italia kini melarang semua penerbangan dari Bangladesh masuk negara mereka, lantaran kasus pekan lalu ketika delapan penumpang dari Dhaka terbukti positif Covid-19, padahal mereka membawa sertifikat negatif dari tes swab.
Di Bangladesh, sudah ada 196 ribu kasus positif Covid-19, dengan 2.496 orang tewas. Perekonomian Bangladesh turut terdampak, mengingat banyak penduduk negara itu bekerja sebagai buruh migran di mancanegara, yang terancam ditolak masuk akibat kasus maraknya sertifikat bebas corona palsu.
Kasus RS nakal ini juga tercatat di India, tepatnya di Negara Bagian Uttar Pradesh. Pada 6 Juli lalu, petinggi RS di Kota Meerut diperiksa otoritas kesehatan, karena memperjualbelikan sertifikat bebas Covid-19. RS itu kini izin operasinya telah dicabut.
Follow Shamani Joshi di Instagram.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE News