Respons Gaje Pemprov Sumbar Saat Tak Akui Kalista Wakili Mereka di Ajang Putri Indonesia

Pemprov Sumbar Tak Akui Kalista Iskandar Tidak Hafal Pancasila Wakil Resmi Sumbar di Ajang Putri Indonesia

Tren cuci tangan untuk mencegah penularan virus corona dipraktikkan secara berlebihan oleh Pemprov Sumatera Barat dalam menanggapi obrolan masyarakat tentang Kalista Iskandar, wakil Sumbar dalam Pemilihan Putri Indonesia (PPI) 2020. Gara-gara doi salah sebut sila Pancasila saat acara puncak kompetisi tersebut, Pemprov Sumbar langsung mengeluarkan rilis yang isinya tidak mengakui Kalista sebagai wakil daerahnya.

Dalam acara PPI 2020 yang disiarkan di televisi Jumat (6/3) pekan lalu, Kalista Iskandar diminta Ketua MPR Bambang Soesatyo menyebutkan kelima sila Pancasila dalam waktu 30 detik. Ketika tiba di sila ke-4 dan ke-5, Kalista salah menyebutkan isinya. Peristiwa ini langsung viral dan berbuah serangan ke Kalista.

Bukannya mengayomi atau seenggaknya, tidak menambah serangan ke dara 21 tahun itu, sehari setelah kejadian Pemprov Sumbar malah mengumumkan pernyataan publik yang isinya enggak enak tadi.

Pemprov menyatakan tidak mengetahui sama sekali, tidak dilibatkan, dilaporkan, atau diberi tahu oleh yayasan penyelenggara PPI 2020 bahwa Kalista adalah wakil provinsi mereka. Pemprov juga tidak memberi rekomendasi atau izin kepada Kalista untuk mewakili Sumbar dalam ajang PPI 2020. Kebaca kalau rilis ini sebenarnya cuma mau bilang, kesalahan Kalista tidak usah dikaitkan sama Sumbar.

“Rilis itu lahir karena banyaknya pertanyaan masyarakat. Seakan-akan pemprov terlibat. Padahal, kami tidak tahu sama sekali. Apakah dengan berfoto [bersama] telah diartikan secara legal formal administratif ada dukungan Pemprov? Sekali lagi, apakah dilarang orang bertamu ke rumah dan dilarang berfoto,” kata Biro Humas Setdaprov Sumbar Jasman Rizal kepada Kompas. Memang beredar foto Kalista berfoto bersama istri gubernur Sumbar Nevi Zuairina, yang menyiratkan pemprov tahu kok Kalista ikut PPI mewakili Sumbar.

Jika usaha cuci tangan ini udah cukup nyebelin, ada yang lebih parah. Peristiwa ini bikin Pemprov Sumbar mengatur, seterusnya siapa pun yang memakai nama Sumbar harus izin pemprov. Aturan yang tentu saja enggak bakal dan enggak perlu diindahkan oleh siapa pun.
Pengamat politik dan komunikasi Universitas Andalas Najmuddin M. Rasul menyesalkan keputusan pemprov ini. Menurutnya, tindakan tersebut justru mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemprov. Iya lah, bagian mananya sih yang memalukan dari seorang perempuan yang tidak lancar baca sila Pancasila saat sedang ditonton jutaan orang?

“Harusnya jujur saja, bahwa kami memang mengetahui bahwa Kalista Iskandar sebagai perwakilan Putri Indonesia dari Sumbar, tapi terkait keikutsertaannya tidak ada rekomendasi dari kami,” kata Najmudin kepada Covesia, merumuskan jawaban lebih bijak yang bisa dipilih pemprov.

Videos by VICE

https://twitter.com/nnjungxrn/status/1236073066209226752

Putri Indonesia 2019 Frederika Cull turut marah. Melalui akun Instagramnya, Frederika mengatakan tugas negara adalah melindungi dan membantu rakyatnya, bukan menjatuhkan seorang perempuan karena kesalahannya. “Pertanyaan untuk dia itu bukan tipe yang diajukan saat pemilihan puteri makanya itu mengejutkan bagi dia. Buat mereka yang sudah mengumumkan (penolakan itu) sungguh mengecewakan,” kata Federika. Kayaknya perlu nih tahun depan bikin Women’s March di depan kantor Pemprov Sumbar.

Pembelaan juga datang dari presenter, jurnalis, dan manusia yang menurut saya sempurna, Najwa Shihab. Dalam unggahan Instagram pribadinya, Najwa menganggap salah ngomong gara-gara gugup pas ditonton banyak orang adalah hal manusiawi.

Najwa sendiri pernah salah mengucap nama sendiri pas pertama kali menjadi pembaca berita. Yang lebih mantep, Najwa mengingatkan bahwa Bambang Soesatyo pernah salah mengucap sumpah saat dilantik jadi ketua DPR RI, padahal ngucapinnya udah dituntun orang. “ We are all humans after all,” tulis Najwa. Betul, Mbak Nana, Roy Suryo aja pas jadi Menteri pernah salah lirik lagu “Indonesia Raya”.

Staf Khusus Dewan pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Antonius Benny Susetyo turut masuk dalam pusaran biar kelihatan relevan dengan isu terbaru. Ia menyarankan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan kembali upacara bendera setiap Senin.

“Masalah bukan kesalahan finalis Putri Indonesia saja, tetapi sejak reformasi pendidikan moral Pancasila dan upacara bendera tiap Senin diadakan,” kata Antonius kepada Tempo. Menurut Antonius, upacara Senin penting untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila dengan menghafal, baru habis itu memahami.

Menghafal, baru habis itu memahami. Gini nih kalimat yang keluar kalau ada boomer sok paham soal pendidikan generasi di bawahnya.