Dikutip dari The New York Times, beberapa hasil penelitian terbaru menyimpulkan apabila pendidikan usia dini dilakukan secara benar, anak peserta program diprediksi akan memiliki penghasilan lebih tinggi setelah dewasa dibanding mereka yang tidak ikut. Pendidikan dini diyakini membuat anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah bisa mengejar ketertinggalannya dari anak berkecukupan yang lebih banyak memiliki akses pengetahuan.
Enggak berhenti sampai situ, pendidikan dini juga terbukti meningkatkan jumlah lulusan SMA dan sarjana, sembari mengurangi angka orang tua muda, ketergantungan finansial kepada keluarga, dan aktivitas kriminal.
Videos by VICE
Pentingnya peran pendidikan dini sayangnya tidak diikuti dengan besaran gaji untuk para guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia. Hal ini membuat profesi guru PAUD tidak populer dan jarang dijadikan cita-cita. Kalau sudah kayak gitu, otomatis kualitas guru dan materi pendidikan yang ada ikut terpengaruh.
Kondisi menyedihkan guru PAUD di Indonesia bisa dilihat dari beberapa kasus ini. Kartini, guru di PAUD Tunas Bangsa Simboro, Mamuju, Sulawesi Barat, mengaku tidak menerima gaji sejak 2016. Gaes, itu tiga tahun lalu lho. Ditemani rekannya, Syamsiah, Kartini mengasuh 20 murid berusia 4-5 tahun sebagai tenaga sukarela. Sebelumnya, ia sempat digaji sebesar Rp1,5 juta setahun. Meski angkanya sudah mengenaskan, angka tersebut nyatanya pelan-pelan turun hingga terakhir menjadi Rp700 ribu pada 2016.
Dari 1,5 juta ke 700 ribu, lalu jadi nol. Sesurem itu.
“Dulu kami bertiga mengajar di PAUD (ini), namun satu pengajar terangkat sebagai ASN dan pindah ke tempat lain. Sebagai warga di sini, tentu kami harus tetap melanjutkan mengajar anak-anak di PAUD,” ujar Kartini kepada Kumparan. Kini, Kartini dan Syamsiah terpaksa memungut iuran Rp20 ribu per bulan dari para murid demi keberlangsungan proses belajar-mengajar.
Kecilnya gaji para guru PAUD berimbas pada cara Narim (56), pemilik PAUD di Kecamatan Setu, Jawa Barat, untuk mengevaluasi kinerja guru-guru di tempatnya. Ia tidak bisa menuntut peningkatan kinerja karena masih ada yang mau jadi guru aja udah syukur. Upah guru di PAUD Narim juga sangat rendah, kurang dari Rp200 ribu per bulan, yang uangnya didapat lewat pungutan ke orang tua murid sebesar Rp50 ribu per bulan.
Narim punya niat untuk lebih menyejahterakan guru dengan menaikkan iuran sekolah, namun ia khawatir nanti orang tua tak mau lagi menyekolahkah anak di PAUD.
“Sebab yang namanya melanjutkan sekolah ke SD itu tidak dituntut PAUD. Akhirnya orang-orang langsung SD saja. Padahal [PAUD] sangat penting. Kalau anak langsung ke SD, (mereka) suka takut atau minder dengan teman-temannya. Kalau sudah di PAUD mereka sudah belajar mandiri,” ujar Narim kepada CNN Indonesia.
Saat ditanyai soal ini, Direktur Pembinaan dan Pendidikan Anak Usia Dini Kemendikbud Muhammad Hasbi menjelaskan bahwa ada dua macam PAUD, yakni PAUD formal dan PAUD informal. Guru yang mengajar di PAUD formal seperti TK, Raudhatul Athfal, dan Bustanul Athfal memiliki sertifikasi tunjangan profesi, sedangkan PAUD informal macam kelompok bermain dan taman penitipan anak tidak ada sehingga gajinya emang kecil banget.
Mencoba menghibur, Hasbi mengaku harusnya guru PAUD bisa lebih sejahtera karena memperoleh upah dari empat sumber: Alokasi dana desa, APBD, APBN, dan pungutan dari orang tua. Kalau soal “seharusnya” sih kita semua sudah tahu, tapi masalahnya kan kenyataan di lapangan enggak gitu, Pak Hasbi.
Kurangnya apresiasi kepada guru PAUD ternyata bukan masalah negara ini saja. Di Amerika Serikat, seorang guru PAUD hanya mendapatkan upah sebesar US$28,5 ribu per tahun, hanya setengah dari pendapatan guru SD dan sekolah menengah yang rata-rata bergaji US$53,1 ribu per tahun.
“Mengajar anak usia dini sama sulit dan pentingnya dengan mengajar sekolah dasar dan menengah, bahkan lebih. Tapi, saat ini kita masih memperlakukan guru PAUD seperti pengasuh anak,” ujar Ketua Pusat Studi Anak di University of California, Berkeley. “Kita minta mereka menuntaskan kemiskinan sampai kita lupa mereka ada di dalamnya.”
Balik ke awal tulisan, ketika membaca bahwa pendidikan usia dini bisa membuat seseorang punya daya ekonomi lebih bagus saat dewasa, apa yang kamu pikirkan? Yak betul, PAUD bisa menjadi solusi dari debat soal kaum berprivilese vs kaum non-privilese di media sosial tempo hari.