Kita tidak hanya menangis ketika bersedih. Manusia seringkali menangis haru ketika akhirnya berjumpa lagi dengan orang terkasih, yang sebelumnya tak kita lihat bertahun-tahun. Itu sebabnya, kita mengenal istilah “tangis bahagia”.
Selama ini, munculnya air mata sebagai pertanda emosi tertentu diasosiasikan sebagai kemampuan unik manusia. Namun, penelitian yang belum lama terbit di Jepang menyimpulkan hewan mamalia lain, tepatnya anjing, memiliki kemampuan serupa. Anjing disebut-sebut dapat menangis bahagia ketika melihat tuannya kembali ke rumah.
Videos by VICE
Anjing, sama seperti manusia, memiliki saluran air mata, yang fungsi utamanya melindungi retina dari debu dan kotoran lain. Tapi, air mata yang muncul di anjing tak pernah dikaitkan dengan aktivitas emosi mereka. Dalam artikel yang terbit di Jurnal Current Biology, sekelompok peneliti di Jepang mendapat bukti cukup kuat bila anjing bisa menitikkan air mata karena rangsangan emosional.
“Kami cukup gembira karena bisa dengan meyakinkan menyebut bahwa anjing, dalam momen tertentu yang emosional bagi mereka, menitikkan air mata haru,” ujar Takefumi Kikusui, salah satu anggota tim penelitian itu, melalui keterangan tertulis. Kikusui adalah guru besar kajian interaksi manusia dan binatang dari Azabu University.
Kikusui dan timnya sudah mendapat indikasi bila anjing bisa menangis karena sedih atau bahagia sejak enam bulan lalu. Namun kala itu sampel penelitian hanya satu pudel, sehingga tidak bisa didapat kesimpulan yang kokoh secara ilmiah.
“Setidaknya, dari temuan awal dulu kami mendapat petunjuk bila oksitosin, hormon yang mempengaruhi emosi, dapat meningkatkan jumlah air mata di anjing,” ujar Kikusui.
Sekian tahun berlalu, Kikusui dan timnya meneliti 18 anjing dari ras berbeda saat menitikkan air mata. Semua penelitian itu berlangsung pada anjing yang dipelihara. Interaksi para anjing saat menangis dengan majikannya turut diobservasi.
Salah satu momen yang paling kentara adalah ketika sampel air mata para anjing tersebut didapat setelah mereka bertemu lagi majikan sesudah satu hari ditinggal pergi. Data muncul secara konsisten, menunjukkan para anjing yang bertemu lagi pemiliknya menangis 10 persen lebih banyak ketimbang saat mereka menitikkan air mata tanpa alasan jelas.
Data tersebut kemudian dibandingkan dengan sampel lain, melibatkan 20 anjing berbeda yang diobservasi tangisannya. Anjing-anjing tersebut juga peliharaan, tapi tidak dipertemukan dengan sang majikan. Jikapun menangis, jumlah air mata para anjing dari penelitian terpisah ini tidak sebanyak sampel sebelumnya.
Ketika kondisi hormonal para anjing diteliti, diketahui tebakan Kikusui dkk tepat. Oksitosin para anjing yang menangis saat bertemu lagi majikannya meningkat, mempengaruhi saluran air mata. Kesimpulan penelitian di Jepang ini melengkapi studi lain yang sudah terbit dua tahun lalu, bahwa anjing bisa memahami berbagai jenis emosi manusia. Kala itu disimpulkan bahwa anjing paham apakah tuannya sedang marah, bahagia, atau bersedih dan karenanya berusaha merespons sesuai kondisi. Berbagai tes ini semakin menegaskan alasan anjing layak disebut sahabat terbaik manusia.