Beberapa dari kalian mungkin masih ingat single “Scary Monsters and Nice Sprites” yang mengantarkan Skrillex jadi DJ papan atas dunia, pada 2010 lalu. Lagu tersebut mendapat banyak respons positif sehingga memenangkan tiga piala Grammy Awards.
Single ini juga menandakan kebangkitan subgenre “dubstep” yang lama-lama memuakkan. Saking populernya, sekarang tak banyak orang masih menyukai “Scary Monsters and Nice Sprites”. Khususnya penggemar musik EDM yang merasa sudah insyaf dari tren dubstep abal-abal. Amat disayangkan, seharusnya mereka masih tetap suka. Sebab lagunya Skrillex rupanya terbukti ampuh untuk mengusir nyamuk.
Videos by VICE
Akhir Maret lalu, sekelompok ilmuwan menerbitkan penelitian sangat penting dalam jurnal Acta Tropica berjudul “Lagu elektronik ‘Scary Monsters and Nice Sprites’ mengurangi serangan dan keberhasilan perkawinan nyamuk demam berdarah.”
Penelitian itu menyimpulkan nyamuk jarang mengisap darah dan kawin ketika lagu Skrillex dimainkan. Para peneliti yakin musik dubstep ala Skirllex bisa menjadi “cara baru mengurangi risiko penularan penyakit melalui gigitan nyamuk.”
Peneliti menciptakan dua lingkungan buatan untuk meneliti perilaku mengisap darah dan kawin nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini tentu diakrabi penduduk Indonesia, sebagai biang kerok wabah demam berdarah dengue alias DBD. Suasana di lingkungan pertama sepi dan tenang, sementara lagu “Scary Monsters and Nice Sprites” dimainkan lewat pengeras suara di lingkungan kedua. Live Science melaporkan nyamuk betina sengaja dibuat kelaparan selama 12 jam di setiap lingkungan. Nyamuk-nyamuk tersebut lalu dikurung di dalam kandang bersama hamster.
Nyamuk lapar yang tidak terganggu musik segera mengerubungi hamster kira-kira 30 detik kemudian. Namun, para peneliti mengamati bahwa nyamuk yang terganggu lagu Skrillex “lebih lambat dalam merespons dan jarang mengerubungi [hamster].” Mereka juga menemukan data bila “aktivitas mengisap darahnya lebih rendah” dan “nyamuk dewasa jarang kawin” ketika berada di lingkungan yang memainkan lagu Skrillex.
Peneliti menduga dentuman lagu yang agresif dan bising, membuat nyamuk bingung. Nyamuk harus menyinkronkan ketukan sayap untuk mengajak pasangannya kawin. Akibatnya jumlah aktivitas kawin nyamuk yang terganggu suara bising lebih sedikit, daripada nyamuk yang ada di lingkungan uji coba tanpa suara.
“Nyamuk jantan dan betina sama-sama harus menghasilkan suara melalui ketukan sayapnya,” tulis peneliti. “Agar berhasil kawin, nyamuk jantan wajib menyelaraskan ketukan sayap dengan pasangan menggunakan sensitivitas pendengaran.”
“Nyamuk dewasa yang mendengarkan musik dubstep lebih rendah intensitas kawinnya, dibandingkan kawannya yang tidak terganggu suara apapun.”
Peneliti tampaknya juga penggemar musik EDM. Begini coba kutipan dari kesimpulan yang mereka buat: “selain memberikan wawasan tentang sensitivitas pendengaran [nyamuk] Aedes aegypti terhadap suara… penelitian ini juga menunjukkan betapa rentan sifat-sifat kemampuan nyamuk menularkan penyakit setelah dipengaruhi musik elektronik.”
Implikasi penelitian ini penting banget lho. Apabila lagu Skrillex dipastikan bisa mengusir nyamuk penular virus, maka orang-orang bisa terhindar dari risiko terinfeksi penyakit mematikan seperti Zika dan demam berdarah dengan cara lebih sering memutar lagu dubstepnya.
Silakan saja jika kalian benci Skrillex atau DJ-DJ dubstep bro lainnya. Tapi satu penelitian sudah membuktikan musik EDM bisa menyelamatkan hidup orang banyak.
Follow Gavin di Twitter dan Instagram
Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia