Peneliti Sekarang Bisa ‘Mengintip’ Memori Ketika Kamu Sedang Tertidur

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Semua orang tentu perlu tidur, walaupun para peneliti belum tahu apa saja penyebab pastinya selain memberi tubuh momen istirahat. Rupanya, kini ada sedikit titik terang. Tidur diduga sangat dibutuhkan otak untuk membuat manusia mengingat suatu hal lebih baik dibanding sebelumnya.

Videos by VICE

Satu teori paling populer memprediksi tidur memainkan peran penting dalam konsolidasi ingatan manusia. Sayangnya upaya mendetailkan proses ini masih sulit. Asumsinya ketika sedang tertidur, otak manusia mengaktifkan jalur syaraf yang sama ketika ingatan tersebut terbentuk pertama kali. Proses disebut reaktivasi ini memperkuat hubungan sinaptik antar neuron otak, yang menghasilkan ingatan lebih kuat. Sudah banyak penelitian yang menunjukkan manusia sanggup mengingat informasi lebih kuat setelah ‘dibawa tidur semalam.’

“Kami lumayan yakin sekarang bila ingatan diaktifkan kembali dalam otak ketika manusia tidur, tapi kami tidak tahu proses neural apa yang mendukung terjadinya fenomena ini,” kata Scott Cairney, profesor psikologi dari University of York saat dihubungi Motherboard.

Sebuah penelian baru yang saja diterbitkan Cairney dan koleganya dalam Jurnal Current Biology menemukan kemajuan signifikan soal cara kerja otak. Mereka meneliti hubungan dari sleep spindle—ledakan spontan aktivitas otak—dengan proses ingatan dalam otak yang sedang tertidur. Para peneliti mengklaim sangat mungkin mencari tahu konten memori yang sedang diproses dengan cara analisis aktivitas otak ini.

“Sleep spindle sudah dihubungkan dengan manfaat tidur bagi ingatan di penelitian sebelumnya, jadi kami ingin menginvestigasi apabila gelombang-gelombang otak ini menengahi proses reaktivasi ingatan,” ujar Cairney. “Kalau mereka memang mendukung reaktivasi memori, kami berargumen bila ke depan sangat mungkin bagi manusia dibantu teknologi menafsirkan sinyal memori saat proses spindle ini sedang berlangsung.”

Proses sleep spindle dipantau menggunakan mesin EEG. Sumber gambar: Wikimedia Commons

Untuk menguji teorinya, Cairney dan koleganya meminta subyek penelitian mempelajari asosiasi antara kata-kata dan gambar obyek di kartu sebelum tidur siang. Misalnya, sebuah gambar apel disandingkan dengan kata ‘hidup,’ atau gambar sebuah gunung disandingkan dengan kata ‘terbuka.’ Ketika subyek tertidur, para peneliti memainkan audio dari setengah kata-kata tersebut untuk subyek guna memulai proses reaktivasi memori gambar. Di saat yang sama, mereka memonitor aktivitas elektrik dalam otak subyek penelitian, menggunakan electroencephalogram (EEG). Hasilnya, kedua peneliti tersebut menemukan data bila sleep spindle dimulai ketika memori diaktifkan kembali akibat kata-kata.

“Ketika peserta terbangun setelah tidur beberapa lama, kami kembali memberikan mereka kata-kata yang sama dan bertanya apabila mereka bisa mengingat obyek dan gambar yang disandingkan dengan kata-kata tersebut,” ujar Cairney. “Kami menemukan data yang konsisten ingatan mereka lebih kuat untuk foto-foto yang kata-katanya kami mainkan ketika mereka tidur dibandingkan dengan yang tidak.”

Temuan tersebut menyimpulkan spindle memainkan peran yang signifikan dalam proses ingatan saat tidur, tapi yang lebih keren lagi tentang penelitian ini adalah bagaimana peneliti bisa membedakan spindle berdasarkan kata-kata yang disajikan ke subyek yang tertidur. Dengan kata lain, spindle bisa menafsirkan konten memori spesifik tertentu.

Biarpun kita belum berada di tahap di mana peneliti bisa ‘membaca’ aktivitas otak hanya berdasarkan konten spindle EEG (para ilmuwan neurologi masih perlu tahu kata-kata apa saja yang dipaparkan ke subyek sebelumnya), hasil penelitian awal ini jelas mengarah ke arah tersebut. Tahun lalu, seorang peneliti asal Jerman mengembangkan algoritma yang sanggup mengeluarkan konten dari ingatan terkonsolidasi subyek yang sedang tertidur berdsarkan perubahan aktivitas otak.