Produsen vape makin lama makin skakmat. Mereka tak lagi bisa membantah produk berperisanya takkan membuat anak muda kecanduan nge-vape atau bebas nikotin, karena penelitian memperlihatkan sebaliknya.
Dalam peneleitian yang diterbitkan pekan ini di JAMA Network Open, peneliti mengamati seberapa tinggi kemungkinan perokok terus menggunakan produk tembakau jika rokok pertama mereka berperisa. Hasilnya mengungkapkan orang yang rokok pertamanya berperisa lebih cenderung kecanduan tembakau, dan sangat mungkin meningkatkan kebiasaan merokok.
Videos by VICE
Datanya dianalisis dengan membagi tanggapan survei representatif nasional tentang penggunaan tembakau yang dilaporkan sendiri menjadi dua gelombang, yakni data September 2013-Desember 2014 dan Oktober 2014-Oktober 2015. Data menunjukkan mereka-mereka yang produk tembakau pertamanya berperisa (baik itu rokok menthol, hookah maupun rokok elektrik) biasanya terus menggunakan tembakau di kemudian hari.
Peneliti menemukan produk berperisa paling disukai orang dalam rentang usia 12-25. Semakin tua usianya, semakin kurang minat dengan jenis produk tembakau ini. Studi lebih lanjut menunjukkan kebiasaan perokok elektrik berperisa akan meningkat seiring berjalannya waktu.
Ini sama sekali tak mengejutkan. Dalam pembahasan studi, penulis mencatat temuan mereka sejalan dengan strategi yang dimiliki perusahaan tembakau. Selain menggoda non-perokok, produk berperisa mampu membuat orang ketagihan. Strategi ini dibeberkan jauh sebelum JUUL laku di pasaran (JUUL baru populer akhir 2017) dan disebut “wabah” anak muda oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) awal tahun ini. Data terbaru juga menunjukkan satu dari empat siswa sekolah menengah di AS dilaporkan mulai nge-vape dalam 30 hari terakhir.
Follow Hannah Smothers di Twitter.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE US