Siapa yang tidak suka nonton video atau foto kucing dan anjing menggemaskan? Konten kayak gitu bejibun di Internet. Tapi, sebagian dari kalian mungkin merasa bersalah sama diri sendiri, mengingat di masa pandemi, intensitas kalian scrolling layar hape tanpa alasan meningkat. Artinya, lebih banyak konten binatang imut yang kalian saksikan dari Internet. “Ya ampun, kenapa aku menghabiskan waktu produktif seharian untuk nonton Instagram anjing-anjing bertingkah bodoh?”
Tenang. Kalian tidak lagi perlu merasa bersalah. Penelitian yang baru saja terbit menjabarkan alasan manusia menyukai aktivitas menyaksikan binatang lucu. Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa aktivitas menonton anjing atau kucing menggemaskan bisa mengurangi stres dan gangguan kecemasan di otak kita.
Videos by VICE
Penelitian ini dilakukan oleh tim dari University of Leeds, bekerja sama dengan Lembaga Promosi Pariwisata Western Australia. Para peneliti memeriksa tekanan darah, denyut jantung, serta gelombang otak para responden yang diminta intensif menyaksikan video hewan imut selama 30 menit. Binatang yang jadi sampel uji coba bukan cuma bayi anjing dan kucing, melainkan juga gorilla, serta Quokka, famili marsupial endemik di Australia yang sering dijuluki “hewan paling bahagia di Planet Bumi.”
Puluhan responden itu menjalani uji coba sepanjang Desember 2019, sebagian berusia muda dan sedang menjalani musim ujian akhir semester. Dari beberapa kali uji coba, didapatkan hasil yang konsisten menunjukkan tekanan darah lebih rendah, denyut jantung stabil, dan gangguan kecemasan menurun dari tiap responden sebelum dan sesudah menyaksikan video hewan imut selama setengah jam.
Rata-rata tekanan darah para responden adalah 136/88 sebelum nonton video dan foto binatang imut, yang kemudian menurun jadi 115/71 selepas 30 menit. Menurut kesimpulan para peneliti, sebagain responden bahkan mengalami efek penurunan tiga aspek di atas hingga 50 persen.
Temuan macam ini bukan hal baru. Ilmuwan sejak lama mengembangkan konsep “baby schema,” untuk menjabarkan penyebab manusia menyukai binatang-binatang yang dianggap “imut”. Karakteristik hewan imut biasanya berkepala besar, matanya belo, pipinya tembem, dan dahinya lebar.
Anjing, panda, kucing, dan beberapa primata serta marsupial masuk kategori tersebut. Karakteristik fisik binatang-binatang tersebut menyerupai manusia, sehingga alam bawah sadar kita sebagai mamalia tergerak untuk merawatnya seperti kita cenderung selalu ingin merawat bayi manusia.
Ternyata, bukan kali ini saja kegemaran menyaksikan konten binatang imut dinilai positif oleh dunia akademis. Merujuk kesimpulan penelitian psikologi yang terbit pada 2017, nonton bareng video binatang imut dapat membuat hubungan percintaan lebih harmonis.
Jadi, mulailah berhenti menganggap kesukaan nonton dan follow akun-akun IG binatang imut sebagai aktivitas menghabiskan waktu luang. Di masa pandemi, yang karena tidak jelas kapan berakhirnya mendorong orang lebih gampang stres, tentu lebih baik bila kalian senantiasa terhibur secara fisik maupun mental.
Berikut beberapa konten binatang imut supaya kita semua tetap sehat!
Follow Satviki di Instagram.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE India