Kebanyakan orang biasanya mulai merasakan yang namanya jatuh cinta saat masuk masa puber. Baik itu sebatas naksir teman main maupun menganggap pacar semasa kuliah adalah “belahan jiwa”, hubungan percintaan kerap diperlakukan seolah-olah sama pentingnya dengan makan atau tidur.
Di saat orang lain sudah menikah, aku baru menemukan tambatan hati pada usia 31. Masa remajaku dilalui tanpa memiliki hubungan istimewa dengan seseorang. Urusan percintaan terasa asing bagiku.
Videos by VICE
Ada beberapa alasan yang mungkin menyebabkan ini. Aku membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami seksualitas sebagai lelaki gay, tak seperti kebanyakan orang hetero di sekitarku.
Tidak berani terbuka soal orientasi seksual, aku akhirnya menenggelamkan diri dalam pekerjaan dan aktivitas ekstrakurikuler. Begitu aku bisa menerima kenyataan di akhir usia 20-an, hubungan percintaan adalah hal terakhir dalam pikiranku. Aku sibuk nge-swipe Grindr, dengan hubungan yang terlampau singkat.
Hasil penelitian Pew Research pada 2015 menemukan hanya 35 persen remaja Amerika yang pernah menjalin hubungan romantis. Itu berarti aku bukan satu-satunya yang seperti ini.
Dylan* mulai pacaran saat umurnya sudah 26. Mahasiswa MBA asal Virginia ini memiliki alasan yang sama denganku. Kita diajarkan sejak kecil bahwa hubungan manusia kodratnya berpasangan antara lelaki dengan perempuan, sehingga komunitas queer kesulitan menemukan apa yang mereka inginkan. “Setiap orang dalam kelompok LGBTQ mengalami proses perkembangan yang berbeda-beda,” renungnya. “Banyak lelaki gay yang lebih tua dari kita baru bisa menerima diri mereka sendiri setelah berusia 40 atau 50-an.”
Mencari cowok bukanlah prioritas utama bagi seorang Dylan yang introver dan sibuk berkarier. “Enaknya menjadi laki-laki, kita tidak perlu terburu-buru berhubungan serius karena tidak harus mengkhawatirkan usia ideal hamil atau punya anak.”
Kelly dari New York menjalin hubungan dengan kekasih pertamanya pada usia 26. Kurang percaya diri menjadi alasan kenapa dia tidak pernah berpacaran sebelumnya. “Setiap ada yang mengajak kencan, aku kira mereka cuma iseng,” tuturnya. “Saat pertama kali chatting dengan teman satu kuliah pun, aku benar-benar tidak menyangka ada yang menyukaiku. Itu hanyalah masalah waktu sampai aku menjadi lebih PD.”
Kenny tidak pernah merasakan punya cewek sampai dia berusia 29. Keraguannya untuk berpacaran didasarkan pada persepsi akan hubungan bermakna. “Aku terlalu menekankan pada hubungan yang spesial dan pentingnya memiliki cinta pertama,” terang lelaki asal Massachusetts ini. “Selain itu, aku selalu merasa gugup dan canggung ketika ingin mencoba. Pada akhirnya, aku menghindari hubungan romantis.”
Ada tantangan tersendiri ketika berpacaran untuk pertama kalinya di akhir usia 20-an. Kalian belum pernah merasakan patah hati, jadi kalian bersikap penuh hati-hati. Kalian juga sudah terbiasa apa-apa serba sendiri, sehingga menjaga komunikasi dengan pasangan menjadi sesuatu yang menyulitkan. Pasanganku untungnya baru pertama kali pacaran. Oleh karena itu, kami bisa belajar bersama secara perlahan-lahan.
Kenny memahami tantangan ini. Awal menjalin hubungan bukan perkara mudah untuknya. “Aku kayak anak 16 tahun lagi. Rasanya menegangkan,” ungkapnya. Walaupun begitu, Kenny langsung tancap gas saja. “Tidak sia-sia aku keluar dari zona nyaman. Segalanya menjadi sangat intens dan berlangsung begitu cepat.”
Dylan mengatakan hal serupa. “Aku cepat terikat secara emosional dengan pacar,” ujarnya. Pasangan Dylan jauh lebih berpengalaman dalam urusan percintaan. “Aku membiarkan hal berlalu begitu saja.”
Tidak ada satu cara mutlak menjalin hubungan di dunia ini. Beberapa orang mungkin takkan pernah atau tidak tertarik memiliki hubungan istimewa dengan orang lain. Masing-masing individu juga mempunyai konsep “hubungan” yang berbeda-beda, terutama jika kalian seorang aromantis atau aseksual.
Tetapi bagi mereka yang melakukannya, ada kepuasan tersendiri ketika menjalin hubungan di usia yang lebih tua. “Rasanya mendebarkan mengalami hal-hal baru yang tak pernah terpikirkan sebelumnya,” kata Kenny. “Aku merasa lebih hidup dan terhubung dengan perasaanku, baik pada saat indah maupun sulit. Menjalin hubungan tidak mudah, tapi hasilnya memuaskan.”
*Nama telah diubah.