Sudah dua kali berturut-turut aku maraton nonton It’s Okay to Not Be Okay, drama Korea baru yang lagi hits di Netflix. Sebelum ini aku habis menamatkan beberapa serial drakor lain. Sungguh aneh, biasanya aku enggak pernah seintens ini menghajar delapan tontonan sekaligus dalam sebulan, terlebih lagi semuanya drakor. Sama seperti kebanyakan pencinta Korea lainnya, aku sudah cukup lama menggandrungi drakor, tapi aku yakin kebanyakan waktu kosong menjelaskan kenapa ini menjadi tontonan utamaku selama pandemi.
Aku pun berusaha mencari teman, ingin memastikan bukan cuma aku seorang yang demam drakor. Banyak juga ternyata yang hobi menonton drakor sejak pandemi. Lebih mengejutkannya lagi, mereka datang dari berbagai kalangan: pasangan paruh baya, cinebro yang demen film horor, penggemar serial The Office, teman-teman internet, teman satu kantor dan masih banyak lagi lainnya.
Videos by VICE
Kami lalu mendiskusikan serial drama Kingdom yang penuh zombie; Crash Landing on You yang banjir kritikan karena menyentil hubungan antara Korut dan Korsel; It’s Okay to Not be Okay yang selama berminggu-minggu menduduki peringkat 10 teratas di Netflix India dan bahkan berada di posisi tiga teratas selama beberapa hari.
“Saudara perempuan mengenalkanku pada The Eternal Monarch waktu awal-awal pandemi. Aku jadi kecanduan drakor sejak itu,” kata mahasiswa bernama Khushi. “Akun Netflix-ku isinya drakor semua sekarang.” Khushi hanyalah satu dari sekian banyaknya orang yang sukses bikin drama Korea booming di mana-mana, bahkan di negara yang paling tak terduga sekalipun seperti India.
Sejak platform streaming itu menaruh minat pada drakor beberapa tahun lalu, koleksinya kini cukup lengkap di Netflix — mulai dari drama klasik macam Boys Over Flowers sampai serial original seperti Kingdom. Di subreddit r/crashlandingonyou, banyak penonton mengaku Crash Landing on You adalah drakor pertama yang mereka jajal. Sebelum ada drama ini, tak banyak yang tahu soal drakor. “Selain karena pandemi, aku jadi suka serial drama karena pilihannya sangat beragam di Netflix,” tutur seniman Sameksha.
Teman-temanku yang penggemar berat serial Barat pun enggak menyangka bakalan suka drakor. “Aku sudah menyelesaikan semua serial Barat yang seru, jadi sekarang aku beralih ke drama Korea,” seorang teman mengaku. “Drakor gampang ditonton dan temanya macam-macam,” kata yang lain. Meski drama Korea bukan satu-satunya tontonan berbahasa asing yang meraup kesuksesannya selama pandemi, drakor tetap menjadi yang paling populer sejauh ini. Di Indonesia sendiri, yang hampir belasan tahun terserang Hallyu (Gelombang Korea), peminat drakor makin meningkat. Yang tadinya rata-rata menonton drakor 2,7 jam setiap hari naik menjadi 4,6 jam sejak PSBB.
“Ini kabar baik. Tak hanya untuk konten Korea saja, tetapi juga bagi konten berbahasa asing lainnya,” juru bicara Netflix memberi tahu VICE. Drama Korea bisa mendunia sebagian karena Netflix, yang membuat kontennya semakin mudah diakses di mana saja penonton berada. Hubungan budaya mungkin juga menjadi alasan konten berbahasa Spanyol, Korea dan Jepang mendorong penayangan tertinggi di India. “Bahasa tak lagi menghambat orang untuk menikmati sesuatu. Penonton juga menemukan berbagai tontonan keren dari seluruh dunia. Netflix telah melipatgandakan investasi pada konten berbahasa Korea, dan kami berharap bisa menciptakan lebih banyak tontonan Korea yang memukau.”
Kesepakatan ini memang menguntungkan kedua belah pihak—terutama bagi pasar hiburan Korea yang terpukul oleh saingan terberatnya Tiongkok karena alasan politik—tapi raksasa streaming tersebut sebaiknya tak hanya fokus menjadikan drama Korea sebagai lawannya drama Barat.
Dunia drakor sangat luas, tak jauh berbeda dari anime. Penonton bisa menjelajahi berbagai jenis genre yang tersedia di dalamnya. Kalian menjadi lebih mudah memilih tontonan seperti apa yang ingin disaksikan. Ngefans sama seorang aktor Korea? Kalian bisa menyaksikan serial lain yang mereka bintangi. Atau kalian menyukai penyajian drama tertentu, seperti slice of life atau murder mystery misalnya?
Ada beberapa drama yang mengeksplornya dengan cara berbeda. Kalian juga bisa menonton karya-karya sutradara favorit kalau memang kepengin. Dengan kata lain, kalian takkan pernah kehabisan bahan tontonan. Pilihan demi pilihan terus bermunculan begitu kalian menyukai drama tertentu — mirip dengan tayangan dalam bahasa lain. Ini sangat cocok buat orang-orang seperti aku yang punya banyak waktu luang tapi malas memikirkan mau nonton apa.
Drama Korea rata-rata dikemas dalam 16-20 episode saja, enggak kayak serial Barat yang bisa sampai bermusim-musim. Mengantisipasi season baru memang menyenangkan, tapi tak jarang bikin frustrasi. Sudah gitu ceritanya jadi enggak keruan karena kebanyakan musim. Dengan jumlah episode yang sedikit, kalian bisa cepat mengkhatamkan satu drakor, lalu pindah ke drakor lain.
Menonton secara maraton pun enggak terlalu memakan waktu. Drakor jauh dari kata monoton. Kalian bisa menyelami dunia baru setiap minggunya, dan enggak terjebak dalam satu serial tak berujung seperti pandemi corona. Mungkin inilah alasannya semakin banyak orang menikmati drakor. “Pakar media menemukan bentuk miniseri pada kebanyakan drama Korea dapat membuat penonton ‘kecanduan’, tak seperti serial TV Amerika yang memiliki banyak musim,” Dr Bonnie Tilland, guru besar Kajian Asia Timur di Yonsei University Mirae, memberi tahu VICE.
Tetapi hal yang perlu diperhatikan di sini adalah kita sedang membutuhkan selingan sekarang. Selingan apalagi yang cocok kalau bukan kisah romansa manis khas drama Korea?
“Walaupun menonton film rom-com enggak termasuk terapi mengurangi stres, cara ini tetap bisa membantu seseorang melupakan sejenak masalah di dunia nyata, seperti pemotongan gaji, PHK, dan krisis ekonomi serta kesehatan,” tutur psikolog klinis Dr Prerna Kohli. “Tontonan menghibur adalah pilihan terbaik buat yang ingin menghindari kenyataan. Endorfin akan terlepas ketika tertawa, dan memberikan perasaan bahagia.”
Meskipun begitu, belum diketahui apa implikasi budaya dari obsesi kita terhadap drakor. “Orang Amerika mungkin menonton drama Korea di Netflix sebagai pelarian, membantu mereka melupakan ketegangan dan kekerasan yang terjadi belakangan ini,” imbuh Bonnie.
“Beberapa orang bercerita mereka sudah muak dengan serial TV Amerika yang sangat intens baik pengambilan gambar maupun musiknya. Meski drama zombie seperti Kingdom juga intens, temponya berbeda dari drama buatan Amerika. Hal ini menarik bagi penonton yang sudah lelah dengan kegilaan dunia nyata.” Pakar media Asia mengungkapkan drama Korea jarang menampilkan adegan seks secara eksplisit, sehingga cocok bagi penonton Asia yang lebih menyukai tontonan ramah keluarga.
Yang paling penting, obsesi ini mungkin hasil dari keinginan kita untuk lebih terhubung secara emosional pada tingkat universal. Keserakahan, kemarahan, seksualitas, cinta dan kecemburuan adalah sesuatu yang dialami siapa saja, tak peduli apa latar belakang ras, negara dan budaya mereka. Kecintaan kita pada drakor mungkin bisa menjelaskan keinginan itu.
Follow Satviki di Instagram.