Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.
Pernah gak sih pas main Pokémon GO, elo mikir, “njir, ini game bikin gue merana banget deh?” Nah sekarang ada lagi game baru yang bisa mikin elo lebih merana: Garfield GO, game realita alternatif yang menggunakan teknologi dasar yang sama dengan Pokémon GO.
Videos by VICE
Dari kesan pertama pun, sudah jelas bahwa memainkan Garfield GO adalah keputusan yang buruk. Ketika kamu pertama kali membuka app-nya, kamu langsung disambut oleh suara bapak-bapak tua berumur 50 tahun yang mungkin diangkut dari pinggir jalan tanpa pengalaman voice-acting sama sekali.
“Hey There! Hungry for fun?” kamu disambut suara Garfield yang kelewat dalam. Berhubung app ini membutuhkan kamu untuk mengaktifkan kamera dan akses lokasi di ponsel, rasanya mengerikan mendengar suara Garfield. Seakan-akan kamu sedang diintai oleh Garfield.
Kemiripan antara Garfield Go dan Pokémon Go lebih dari sekedar fakta bahwa keduanya adalah game realita alternatif yang menggunakan lokasi dan kamera di ponsel anda. Bahkan mekanisme gameplay utama—melempar Pokeball ke arah Pokémon guna menangkap mereka, juga dikopi dalam Garfield GO.
Bedanya? Di Garfield GO, pemain melempar potongan lasagna dengan animasi buruk ke dalam mangkok Garfield. Kalau lasagna sukses masuk ke dalam mangkok dalam tiga percobaan, Garfield akan melahap lasagna dalam sekejap. Setelah itu, dia bersendawa keras-keras dan menghilang dalam pusaran debu.
Setelah kamu memberi makan Garfield, sebuah termometer akan muncul di atas layar dengan tulisan “Colder” di satu sisi dan “Warmer” di sisi lainnya. Anda harus menggoyang-goyangkan ponsel hingga anda menghantam “Warmer”, sambil ditemani suara creepy Garfield yang sekali-sekali meneriakkan “Yeah” atau “Me-ow.” Kedengarannya gak beda jauh sama cowok-cowok brengsek yang sering catcall cewek di jalan.
Setelah kamu sukses menghantam “Warmer,” Garfield muncul dan menunjuk ke arah kotak harta karun. Di dalamnya, kamu akan menemukan koin emas Garfield dan hadiah seperti “Rare Comic,” atau sampah seperti “Couch Springs” yang kamu bisa temukan dengan mudah di jalanan Manhattan.
Hadiah kedua yang berhasil saya dapatkan adalah topi fedora putih yang kemudian dikenakan oleh Garfield. Ketika kamu mengarahkan Garfield ke “Change Hats” di user profile, kamu sadar bahwa tiga dari 8 topi yang bisa dimenangkan semuanya fedora.
Setelah mendapatkan beberapa koin yang muncul di peta dan memberi makan Garfield, kamu akan mulai kehabisan makanan. Di titik ini, kamu harus membeli makanan untuk Garfield menggunakan koin yang dimiliki. Kamu bisa membeli donut, pizza, kue atau lasagna. Semua ini adalah makanan yang disukai Garfield. Tapi apabila kamu berhasil memasukkan makanan ke dalam mangkok dalam tiga percobaan pertama, nilai harta karun kamu akan bervariasi, tergantung berapa banyak koin yang kamu habiskan untuk membeli makanan. Kalau kamu membayar 350 koin untuk lasagna, kamu akan mendapatkan kotak berlian. Tapi kalau kamu hanya membayar 100 koin untuk sebuah donut, kamu hanya akan diberikan kotak kayu.
Intinya, harga makanan yang kamu bayar menunjukkan seberapa percaya diri kamu akan kemampuan untuk melempar makanan ke dalam mangkok. Gak pede? Beli donut. Pede? Beli lasagna.
Pendek kata, Garfield GO gak beda jauh sama aplikasi judi online.
Koin bisa didapatkan di “Bistro”, mirip dengan gym di Pokémon Go. Di Bistro, anda memainkan game serupa dengan Simon game. Bedanya? Anda harus mengingat makanan yang anda berikan ke Garfield—entah donut, pizza, kue atau lasagna.
Ironis rasanya disuruh-suruh kucing overweight mengikuti aturan bermain. Setiap kali Garfield berteriak “Go get it!”, rasanya saya ingin noyor kepalanya.
Menurut pengalaman saya, Bistro-bistro ini entah kenapa biasanya berada di lokasi-lokasi yang mencurigakan. Satu saya temukan di sebuah blok dimana saya pernah di-catcall beberapa kali, dan satu lagi di jalan tempat papan “Danger-Hard Hat Area” berada. Untungnya, ketika saya kesana, lokasinya sedang sepi
Untungnya anda bisa menyiasati agar tidak perlu datang ke bistro-bistro ini. Tinggal beli koin pake duit betulan. Namanya juga game free-to-play, ya kan??!!
Setelah memainkan game ini seharian, saya bertanya-tanya Siapa sih programmer dan pebisnis brengsek yang mikir game kayak gini bagus?
Menurut saya, tidak jelas siapa target audiens game ini. Ketika Garfield mengujarkan hal-hal seperti, “Diet itu ‘die’ with a ‘T,’” anda mau tidak mau berpikir apabila game ini layak dimainkan anak-anak. Tapi orang dewasa mana juga yang bakal menikmati game seperti ini? Satu-satunya audiens yang mungkin adalah orang-orang muda yang memainkan game ini secara ironis, dan ternyata bener kejadian. Itu juga alasan saya mencoba memainkan Garfield GO.