Pengemudi Mobil Terjebak Macet Ternyata Menghirup Polusi Dalam Kadar Berbahaya

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Merayap di jalanan di dalam mobil ber-AC dan jendela tertutup mungkin memberikan kesan “terlindungi” dari polusi udara di luar, tapi penelitian baru-baru ini mengindikasikan bahwa bukan hanya itu ilusi belaka, bahkan lebih berbahaya. Sebuah penelitian baru-baru ini, terbit di Atmospheric Environment dan ditulis oleh para peneliti di Duke University, menemukan bahwa kadar zat kimia berbahaya dan partikel polusi udara yang terdeteksi dalam mobil ternyata dua kali lipat lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Alasan perbedaan temuan grup Duke dan data polisi yang sudah ada sudah jelas. Sebagian besar pengukuran polusi diambil di luar mobil. Sensor-sensor biasanya dipasang di sepanjang jalanan lalu dibiarkan untuk menghimpun data secara terus menerus selama 24 jam. Di sini, pengukurannya diambil saat pengemudi benar-benar sedang bernapas: di dalam mobil. Alat-alat pengumpul data diikatkan pada jok mobil dan dibawa jalan-jalan melewati lalu lintas padat pada pagi hari dan seputaran Kota Atlanta.

Para pengemudi membawa mobil ke beragam kondisi, termasuk lalu lintas tol dan kemacetan di pusat kota. Kecepatan laju mobil beragam dan pengukuran dilakukan dengan jendela tertutup dan terbuka. Pada semua kondisi tersebut, kadar polusi lebih tinggi dari perkiraan.
“Ada banyak alasan sampel udara dalam mobil mengandung tingkatan polusi tertentu lebih tinggi,” ujar Heidi Vreeland, kepala tim penelitian ini melalui keterangan tertulis. “Komposisi kimia knalpot berubah sangat cepat, bahkan di ruangan kecil. Dan sinar matahari membuat jalanan lebih panas, menyebabkan udara bergerak ke atas dan polusi tercampur udara.”

Sampel udara yang dihimpun dalam penelitian ini dianggap berhubungan dengan stres oksidatif. Hal ini bisa muncul dari keberadaan zat kimia tertentu dan zat partikulat halus yang tertahan di udara. Sel-sel tubuh tertimpa zat-zat yang salah dan seringkali menimbulkan reaksi berbahaya, seperti inflamasi dan kerusakan DNA. Mungkin ada kaitannya dengan kanker, penyakit jantung, Alzheimer, dan lain-lain.

“Pendapat saya adalah, data tingginya polusi ini merupakan bukti kegagalan perencanaan tata kota,” kata Roby Greenwald, salah satu anggota penelitian tersebut. “Dalam kasus Atlanta, kualitas buruk udara di tol disebabkan oleh fakta 6 juta orang tinggal di area pinggiran kota. Mereka hampir tak punya pilihan selain naik mobil ke kantor atau sekolah atau toko atau apalah. Perencanaan transportasi yang terlalu fokus pada kendaraan pribadi tidak sesuai dengan ukuran kota ini, dan ini adalah satu contoh betapa kemacetan mempengaruhi kesehatan kita.”

Ini baru data mengenai mobil lho ya. Sementara mengemudikan sepeda motor pada kemacetan berarti, pada dasarnya, kamu menghirup udara langsung dari knalpot. Tentunya jadi menarik untuk meninjau penelitian ini dibarengi dengan penelitian pada kesehatan pemilik kendaraan roda dua. Penelitian baru ini mungkin ingin menyarankan kita untuk kembali bersepeda ke mana-mana. Solusi yang lebih baik sepertinya.

Videos by VICE