Selama ini, bermain game selalu dikaitkan dengan hal-hal negatif. Orang tua bahkan kerap memarahi anaknya dan bertanya “mau jadi apa nanti?” kalau mereka kebanyakan main game. Padahal kenyataannya banyak sekali gamer yang jauh lebih sukses daripada kepala negara.
Usai membandingkan hasil analisis data 500 gamer profesional dari seluruh dunia dengan gaji pemimpin negaranya, situs gaming Tech Guided menemukan 70 persen gamer di beberapa negara ini berpenghasilan jauh lebih besar. Bisa dibilang, hasilnya membuktikan ada potensi emas di balik bermain game.
Videos by VICE
Gamer Ana, misalnya, adalah pemain pro Dota 2 dengan penghasilan teratas di Asia Pasifik. Remaja 19 tahun ini bisa menghasilkan pendapatan di atas $2 juta (setara Rp27,9 miliar) setiap tahunnya—tujuh kali lebih tinggi dari gaji tahunan PM Australia.
Pemain Dota 2 kaya raya lainnya berasal dari Cina. Lelaki dengan nama pengguna Somnus \ M memperoleh lebih dari $1 juta (Rp13,9 miliar), sementara Xi Jinping cuma digaji $22.000 (Rp307 juta) setahun. Dia menghasilkan 50 kali lipat dari kepala negaranya sendiri. Ini jelas merupakan kesenjangan terbesar di Asia-Pasifik.
Empat dari tujuh gamer yang pendapatannya mencapai 1 juta Dolar masih berada di satu kawasan. Beberapa gamer papan atas di negara Asia seperti Pakistan, Jepang, Malaysia dan Korea juga ada yang gajinya lebih gede dari kepala negara mereka.
Sedangkan di luar negeri ada JerAx dari Finlandia dan TFue dari Amerika Serikat. JerAx memperoleh $2.290.632 (Rp32 miliar), dan penghasilan gamer Fortnite TFue pada 2018 lebih tinggi dari gaji Donald Trump sebagai presiden.
Tech Guided mengkaji data pendapatan gamer yang tersedia untuk umum. Semua uang yang diterima datang dari sponsor dan gaji dari tim mereka. Tetapi seperti cabang olahraga lainnya, menjadi gamer profesional bukanlah perkara mudah. Kalian harus giat berlatih untuk mengasah kemampuan bermain game. Dan sepertinya mendapatkan penghasilan tinggi bisa jadi salah satu motivasi.
Game-game yang dinilai paling menguntungkan adalah Dota 2, League of Legends, StarCraft II, dan Counter-Strike. Turnamen tahunan The International menyiapkan total hadiah sebesar $29 juta (Rp405 miliar) bagi para pemenang bermain Dota 2, game yang menduduki peringkat pertama.
E-sport juga semakin berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2018, 2,3 miliar gamer di seluruh dunia diperkirakan menghabiskan $137,9 miliar (Rp19,5 triliun) untuk bermain game. Ada kenaikan 13,3 persen dari 2017.
Hal ini paling jelas terlihat di pasar Asia. Pada 2018, 49 persen pendapatan game terbesar di dunia dilaporkan berasal dari kawasan Asia-Pasifik.
Gaming sudah diakui sebagai cabang olahraga, dan akan diperlombakan untuk pertama kalinya di SEA Games 2019. Dan walaupun Komunitas Olimpiade Internasional masih meragukan “nilai-nilai” olimpiade cabor satu ini, mereka diduga akan bekerja sama dengan tokoh penting e-sport guna mengeksplorasi “proyek kolaborasi” di masa depan.
Follow Meera di Twitter dan Instagram.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.