Artikel ini pertama kali tayang di Noisey UK
Entah sejak kapan, bagi saya, tiap kata memiliki warna. Unik warna tiap kata selalu sama dan tak pernah tertukar, sama seperti susunan fonem yang menyusunnya. Misal, Kata “Pal (teman)” selau berwarna hijau neon. Lain lagi dengan kata “bollock,” warnanya selalu biru. Sementara itu, kata “agreeable” selalu berwarna merah.
Videos by VICE
Saya pikir semua orang memiliki pengalaman seperti saya sampai suatu hari saya bilang ke seorang teman kalau “Rabu itu itu pasti warnanya kuning.” teman saya jelas kaget dan melihatku seperti saya baru saja melakukan aborsi. Setelah kejadian itu, saya mulai meng-google kondisi yang saya miliki. Selidik punya selidik, saya mengidap—tak parah-parah sih—salah satu bentuk synaesthesia yang paling umum. Namanya grapheme-colour synaesthesia. Tenang saudara-saudara, ini bukan jenis kanker otak mematikan yang tak bisa diobati—padahal saya sempet khawatir begitu sih.
Yang lebih langka adalah jenis sinaesthesia lainnya. Lexical-gustatory sinesthesia, misalnya, diidap oleh kurang dari 0,2 populasi dunia. Itu sebutan bagi kondisi yang membuat seseorang saat mendengar bunyi seperti sedang mengecap makanan. Dengan kata lain, bagi para pengidap sinesthesia jenis ini, lagunya Stromzy bakal terasa seperti biskuit jahe dan daging barbekyu, sementara lagu lama Aaliyah punya cita rasa layaknya blueberry manis.
Kami jelas penasaran dengan fenomena aneh yang mirip kemampuan superhero ini. Makanya, kami mengontak UK Synaesthesia Association. Mereka lantas mengenalkan kami pada salah satu anggota komitenya, James Wannerton, yang bisa mengecap bunyi sampai tahap yang ekstrem. Wannerton berkolaborasi dengan MusicMagpie untuk melakukan riset tentang kondisi yang dialami syaraf otaknya.
Nah, agar bisa menggambarkan seperti punya “anugerah” bernama Lexical-gustatory synesthesia, kami mengirimi Wannerton beberapa lagu. Setelahnya, dia akan memberitahu kami rasa khas dari setiap lagu tersebut.
Dave and J Hus – “Samantha”
Noisey: Okay, ayo kita mulai dengan lagunya Dave and J Hus.
James Wannerton: Ah iya, lagu ini punya intro piano yang kuat. Buat saya, piano selalu punya rasa dan tekstur seperti potongan nanas. Biasanya seperti buah nanas kalengan. Tapi, dalam kasus lagu ini, yang saya rasakan adalah nanas potong besar.
Kalau liriknya gimana?
Saya kurang suka lagu dengan lagu yang penuh dengan lirik karena biasanya lagu macam ini rasanya campur aduk. Untung di lagu ini, vokalnya kaya orang ngedumel, jadi enggak terlalu merepotkan. Bagian vokal lagu ini terasa seperti Garibaldi biscuits. Dan oh ya, ada rasa Madeira cake juga di dalamnya.
ini lagu yang manis dong? Bukan lagu yang mengganggu?
Lagunya yang jelas enggak jelek, tapi biar saya kasih tahu kenapa saya enggak suka-suka amat lagu ini: rasanya datar. Okay lah, lagu ini punya potongan nanas cuma setelah itu rasanya tak begitu kuat lagi.
The Lemon Twigs – “These Words”
Aku penasaran seperti apa rasa lagu The Lemon Twigs ini karena banyak bangat yang terjadi dalam lagu ini.
Ah iya, lucunya, mungkin ini ada hubungannya dengan semantik, lagu ini punya cita rasa sorbet lemon dan biji lemon. Tak banyak tekstur yang terasa sepanjang lagu. Cuma dari liriknya, saya mendapatkan rasa kopi dan beberapa permen buah. Tahu permen Rowntree’s Fruit Gums? Ada rasa permen ini dalam lagi The Lemon Twigs
Dari saya dengar, kamu kelihatan sering dapat rasa manis?
Sejauh ini iya. Begitu ada liriknya, lagunya jadi kurang manis.
Kalau nama saya gimana rasanya?
Kayak mentega. Waktu kamu ngobrol denganku, rasanya agak berbeda, bergeser menjadi antara margarin dan mentega. Tiap kali kita ketemu, rasa namamu akan berbeda tergantung penampilanmu hari itu, tapi rasa dasarnya selalu mentega.
Piero Piccioni – “Camille 2000”
Bagaimana pendapatmu tentang lagu Piero Piccioni? Yang jelas, lagu ini tak ada vokalnya..
Saya suka sekali intro orkestranya. Ada rasa dagingnya, tapi seperti biasa rasanya manis. Cuma, suaranya kayak kependem jadi udah turun kualitasnya. Rasanya seperti wine gum yang sudah kamu emut lama, jadi rasanya sudah hilang
Terus bagaimana rasanya saat ketukannya masuk?
Saya merasa ada kacang olahan. Mungkin dari suara drum yang mirip suara kaleng tipis. Ada juga potongan nanas—agak kecil sih. Jadi mungkin ada suara piano di dalam lagu ini.
Slipknot – “Wait and Bleed”
Sekarang kita dengar musik yang beda banget: Slipknot
Lagu ini rasanya aneh. Ada segala macam coklat di dalamnya—coklat padat, coklat keras dan mungkin Yorkie bar. Lalu ada pinggiran roti coklat. Pinggirannya doang sih.
Sepertinya masuk akal, apakah rasanya berubah-ubah sepanjang lagu?
Pastinya. Ada banyak marzipan di dalamnya, yang ada hubungannay dengan vocal. Lirik lagu ini enggak bisa aku mengerti karena penyanyinya terus berteriak. Tapi, biar saya kasih tahu apa yang aneh dari lagu ini, Wait and Bleed punya rasa manis permen yang dulu saya konsumsi kalau lagi sakit tenggorokan. Entahlah. Mungkin karena penyanyinya terus-terusan berteriak sehingga memunculkan kenangan masa kecil dulu. Rasa ini mengacaukan segalanya sih kalau boleh jujur.
Kalau kamu mencoba makanan baru, apakah rasanya bakal muncul di lagu yang setelahnya kamu dengarkan?
Kadang seperti itu. Cuma kadang, saya merasakan sesuatu yang kadang dan saya enggak tahu apa yang saya kecap. Saya cuma mikir “Ini apaan sih?” Yang macam ini kadang bikin saya penasaran cukup lama.
Alice Deejay – “Better Off Alone”
Kalau lagu Alice Deejay gimana rasanya?
Saya suka lagu ini! Dulu, sekitar dekade ‘80an dan ‘90an, saya suka pergi ke klab malam dan lagu-lagu macam ini yang saya suka. Musik macam ini—saya ngomongin intro lagu bukan vokalnya—sangat bersih, jelas dan enak didengar. Produksinya yang pol-polan menambah rasanya nikmatnya. Lagu macam ini bisa saya dengarkan sepanjang hari karena pengalaman
Kalau synthesizer di awal lagu itu bagaimana rasanya?
Semuanya manis banget dan ada rasa kacang di dalamnya. Jadi, kayaknya sih dari beat lagunya. Tapi sepanjang lagu, rasanya seperti ngemil macam-macam permen sekaligus: opal fruit, wine gum, fruit gum sampai fruit pastiles pakai gula…asik banget pokoknya.
Terus bagaimana rasanya pas Alice Deejay ngulang lirik “better off alone”?
Mirip selada.
Johnny Cash – “Hurt”
Saya penasaran seperti rasanya lagu Johny Cash…
Ini salah satu lagu favorit saya, karena ada intro gitarnya. Rasanya seperti potongan apel. Sebagian dimasak, sebagian lagi tidak. Sama satu lagi: dengan lagu Johny Cash, saya merasa seperti mencicipi bulu karbon yang suka di bagian bawah ketel. Suaranya kayak keluar dari kuburan, mungkin dari situ kali ya.
Ehm, ada rasa lain dari suara Johny Cash?
Jadi, aku merasakan apel, karbon di bawah ketel—yang enggak jelek-jelek amat—saya juga mengecap rasa liquorice, daging cincang dan kentang. Tapi, secara umum, rasanya apel banget.
Wah kentang macam apa nih?
Kentang tumbuk sih. Saya penasaran jangan-jangan itu ada hubungannya dengan nama “Cash”. Kadang, ada hubungan langsung antara sebuah kata dengan rasanya. Nama makanan biasanya punya rasa seperti aslinya. Kata “cheese” terasa seperti keju betulan. Kata itu punya rasa keju—yang enggak pernah saya ketahui keju macam apa. Yang jelas rasanya seperti keju.
Smash Mouth – “All Star”
Oke, yang terakhir Smash Mouth. Semoga yang ini lebih enak dari track sebelumnya
Yang ini kesukaan saya. Setelah mendengarkannya, saya mikir “aku bakal dengerin lagu ini terus menerus.’ intronya, atau di versi yang kamu kirimkan, punya semacam perkenalan verbal. Rasa intro ini terbawa sampai ke dalam lagu.
Bagaimana rasanya? Kok kamu kayaknya suka banget?
All Star punya banyak rasa biskuit. Ada walnut whip, beragam krim dan coklat. Oh ya ada rasa wine gum juga loh. Yang bikin aku sua banget adalah lagu ini memisahkan rasa-rasa itu dengan bagus dan bersih karena sound lagu ini jernih sekali. Oh ya, aksen Amerika Serikat dalam lagu ini dilafalkan dengan sangat baik. Alhasil rasanya tetap kuat sepanjang lagu.
Terimakasih banyak. Selamat makan James.
You can follow Daisy di Twitter.