Sejak pertengahan 2022, pecinta musik Indonesia seperti orang yang haus di gurun berhasil menemukan oase. Dari awalnya minim acara, mendadak informasi gigs sekala kecil sampai festival musik dengan puluhan bintang tamu membanjiri linimasa. Kadang bahkan ada yang sampai bingung harus ngejar konser yang mana, karena acaranya berlangsung barengan dan sama serunya.
Intinya, 2022 adalah masa pascapandemi sesungguhnya bagi pecinta maupun insan musik Tanah Air. Akhirnya konser skala besar diizinkan lagi. Animo menonton pertunjukan musik membuncah setelah dua tahun sebagian besar orang cuma bisa ngendon di rumah. Seharusnya ini hal positif. Sayangnya, beberapa insiden membuat momentum positif itu tercoreng. Bahkan, banyak orang yang jadi rada ilfil untuk membeli tiket festival musik di masa mendatang.
Biang keroknya jelas, adanya beberapa festival yang batal tanpa skema refund uang tiket yang jelas, atau berlangsung tapi kacau pelaksanannya, serta yang terburuk sempat jalan lalu berhenti di tengah jalan. Festival Berdendang Bergoyang, contohnya, terpaksa dihentikan Polda Metro Jaya pada 30 Oktober 2022, karena standar keamanan lokasi dianggap tidak memadai. Fosfen Festival yang sedianya digelar di Bandung pada 12-13 November 2022 juga batal sebelum hari H, akibat panitia yang tidak cukup punya dana untuk melunasi kewajiban. Pembatalan (atau pengunduran jadwal) juga sempat terjadi di Tegal, serta festival Gudfest.
Kabar-kabar miring itu sampai membuat Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) turut angkat suara, meminta para EO memperbaiki profesionalitas, sembari mendesak pemerintah juga sedikit melonggarkan perizinan di masa pascapandemi. Lalu kenapa beberapa acara itu terkesan jadi bapuk barengan?
Salah satu sosok yang layak untuk menjawabnya adalah Wendi Putranto, mantan jurnalis musik sekaligus manajer Seringai, yang sudah bergelut dengan kancah musik Indonesia selama nyaris tiga dekade. Sebagai orang yang sudah paham seluk beluk festival musik, Wendi menilai problem beberapa festival tahun lalu dipicu berbagai faktor yang saling terkait. Namun, salah satu yang harus disorot adalah tidak adanya regulasi di Indonesia mensyaratkan EO acara musik punya standar profesional.
”Tidak ada kewajiban untuk promotor bergabung dengan asosiasi profesi seperti APMI. Kalau di luar negeri itu wajib. Karena ada sertifikasinya untuk membuat sebuah event yang memang mendatangkan ribuan penonton,” ujar Wendi.
Videos by VICE
Ada banyak informasi kelas daging yang dibagikan Wendi selama menjadi bintang tamu INDO POP, seri podcast terbaru VICE yang dipandu oleh Basboi. Dari obrolan ini, kalian akan jadi lebih memahami gimana sih potensi bisnis musik di Tanah Air, sampai dengan penyebab kenapa sekarang kalian sebelum jam 12 malam sudah bisa sampai rumah dari acara konser yang biasanya ngaret banget.
INDO POP sendiri adalah podcast yang mengurai bermacam sisi dari dunia musik dan budaya pop Tanah Air, jadi bintang tamu yang datang enggak cuma anak skena musik doang.
Ingat ya, episode baru INDO POP tayang setiap Kamis. Tenang, ndengerin podcast ini gratis kok, intinya cukup kalian pantengin tiap episode terbarunya ekslusif di Spotify ya. Ketik aja INDO POP di kolom search-nya Spotify, pasti ketemu deh.
Yang jelas, kalian ga akan rugi dengerin podcast ini. Rapper idola anak muda, Basboi, bakal mengulik cerita-cerita yang jarang kalian tahu soal industri hiburan Tanah Air. Sebab kadang yang terjadi di balik layar itu lebih seru lho dibanding apa yang tampil di panggung atau layar.