Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.
Organisasi hak asasi manusia awal pekan ini, mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa segera mengambil tindakan tegas menyangkut perang melawan Narkoba Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Pemicunya adalah tewasnya dua orang anak yang terang-terangan jadi target pembunuhan tanpa peradilan bulan lalu.
Videos by VICE
Sekitar 54 orang anak terbunuh selama kampanye Duterte melawan Narkoba, yang dimulai sejak dia menjadi orang nomor satu di Filipina, Juni 2016.
Sembari menegaskan pentingnya PBB untuk melakukan penyelidikan terhadap tindak kekerasan dalam penerapan kebijakan perang Narkoba di Filipina, Phelim Kine, Wakil Direktur Kawasan Asia Human Rights Watch, mengatakan “kesedian aparat menyasar anak-anak menandai tingkatan baru dalam kekejian perang Narkoba di Filipina.”
“Hingga Duterte menyudahi kebijakan perang Narkoba yang sewena-wena dan mengizinkan PBB melaksanakan penyelidikan internasional, para pembunuh anak-anak di aparat Filipina bisa lolos begitu saja tanpa harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka,” tambah Kine.
Pada 8 Agustus lalu, Reynaldo de Guzman yang baru 14 tahun meregang nyawa setelah ditusuk 30 kali oleh seorang penyerang. Kepala bocah ini lantas dibungkus dengan lakban, sebuah tren yang kerap dijumpai di jenazah korban perang Narkoba Duterte.
Dua hari sebelumnya, polisi anti narkoba di Caloocan City membunuh Kian delos Santos yang baru berusia 17 tahun.
Aparat Filipina berdalih Santos lebih dahulu melepas tembakan. Namun, pernyataan itu bertentangan dengan keterangan seorang saksi mata dan rekaman CCTV yang menunjukkan polisi mengeksekusi Santos dalam tahanan. Mayat Santos lantas dibuang di sebuah gang sempit.
More
From VICE
-

Photo: Brunomartinsimagens / Getty Images -

Photo: fotostorm / Getty Images


