Kebanyakan orang dulu menggunakan Instagram dan Snapchat untuk pamer foto liburan, selfie, badan atau video-video lucu. Namun kini, kedua platform tersebut juga dijadikan tempat bertransaksi narkoba Kelas A, senjata dan amunisi. Pengedar berjualan secara terang-terangan. Postingan mereka bisa dilihat siapa saja. DM selalu terbuka kepada calon pembeli.
Laporan Pasar Narkoba Eropa melihat fenomena ini sebagai “uberisasi” narkoba. Transaksinya kini tak lagi merepotkan dan semudah membeli pizza lewat layanan pesan antar. Berdasarkan penelusuran VICE, para pengedar bahkan mengiklankan produknya dengan tampilan menarik dan mengadakan giveaway.
Videos by VICE
Menurut kelompok advokasi pengurangan bahaya narkotika Volteface, satu dari empat anak muda pernah melihat iklan obat-obatan terlarang di media sosial. Ganja menjadi produk mayoritas, tapi kokain, MDMA, Xanax dan gas tertawa juga banyak ditemukan. Hanya butuh lima menit bagi kontributor VICE Tir Dhondy untuk melakukan penawaran dengan seorang pengedar di Instagram.
Seorang pengedar memberitahunya, “Siapa saja bisa jualan sekarang. Anak kecil seumuran 12 tahun pun sudah bisa membuat akun. Segampang itu. Kamu bisa menghasilkan uang dari rumah. Orang macam apa yang tidak tertarik?”
Masalahnya, pemasaran dan penjualan narkoba di media sosial memiliki konsekuensi nyata pada generasi muda. Data National Health Service (NHS) menunjukkan peningkatan penggunaan narkoba Kelas A di kalangan remaja 11-15 tahun. Tak hanya itu, ada sejumlah kasus anak-anak mengalami overdosis fatal.
Putri Kerry Williams, Eboney, meninggal dunia di usia 13 karena overdosis MDMA. Dia yakin platform semacam Instagram atau Snapchat takkan melakukan apa-apa soal ini. “Saya rasa tak banyak yang bisa dilakukan, kecuali orang tergerak melaporkannya langsung.”
Pihak Instagram dan Snapchat mengatakan transaksi jual beli obat-obatan dilarang dalam platform. Mereka mendorong pengguna untuk melaporkan postingan yang melibatkan aktivitas semacam ini.
Saksikan episode terbaru High Society untuk lebih memahami bagaimana praktik ini bisa menyebar luas di jejaring sosial.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK