Sebagian besar pengalaman pertama manusia tak istimewa. Terlewatkan begitu saja. Kalian sulit mengingat momen pertama kali menyelesaikan satu novel, belajar naik sepeda, atau seperti apa rasanya makan dan minum saat bayi dulu. Tapi mustahil ada yang bisa melupakan cinta pertama. Berbagai rasa akibat jatuh cinta pertama kali sangat sulit dienyahkan. Siapapun pasti menyimpan memori manis (atau juga pahit) saat jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Karenanya redaksi VICE memilih bertanya pada banyak orang, tentang pengalaman sekali seumur hidup tersebut. Tentu tidak mudah bagi orang-orang yang saya temui untuk langsung bisa terbuka mengungkapkan kehidupan pribadinya.
Videos by VICE
Bukan cuma orang yang ditanya merasa tak nyaman. Saya juga punya risiko sendiri. Obrolan yang seharusnya singkat soal cinta pertama, bisa jadi sesi berbagi pengalaman hidup selama berjam-jam, yang bila dibukukan layak masuk dalam kompilasi #nantikitasambattentanghariini.
Dari sekian manusia yang saya temui dan wawancara di jalanan Jakarta, enam di antaranya berbaik hati tidak langsung menghindar atau mengusir saya. Mereka bersedia menceritakan berbagai detail yang bisa ingat dari cinta pertama, yang seringkali hanya berakhir menjadi kenangan itu.
Berikut pengakuan mereka, yang barangkali bisa menjadi pelajaran bagi kita—khususnya, kalian yang masih merindukan kesempatan merasakan cinta untuk pertama kalinya:
Adinda, 17 Tahun, Baru Lulus SMA
VICE: Halo dinda. Kapan kamu pertama kali merasakan jatuh cinta?
Adinda: Pertama kali ngerasain jatuh cinta itu pas masuk SMA. Lagi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa, terus lihat ketua OSIS tuh kagum. Terus lama-lama lihat sikapnya, agamanya bagus. Tertarik aja gitu. Orangnya juga cuek. Jadi suka aja cowok kayak gitu.
Dia tahu kamu naksir?
Enggak tau deh. Tapi aku lihat dia suka merhatiin [aku], tapi diam aja. Enggak pernah dia bilang suka.
Menurutmu, si Ketua OSIS ini layak disebut cinta pertamamu, bukan cuma gebetan?
Iya. Awalnya sih suka aja. Tapi setelah semakin tahu tentang dia, sikapnya bagus, agamanya bagus. Jadi lama-lama jatuh cinta.
Bertahun-tahun kelak, menurutmu kamu akan masih ingat dia?
Kayaknya masih. Iya, masih akan keingat lah.
Adi, 25 Tahun, Bankir
VICE: Masih menyimpan kenangan cinta pertamamu?
Adi: Gue masih 17 tahun waktu itu, belum pernah punya pacar sebelumnya. Lucu sih, dia itu temannya adik gue. Dia sering mampir ke rumah kami kalau weekend. Tiap dia datang ke rumah, terus gue lihat sepatunya di rak, gue bisa salting sendiri.
Kamu berani PDKT dan nembak dia?
Iya. Awalnya ya main-main doang. Ya buat bahan ceng-cengan adik gue sama temen-temennya. Terus gue ajak dia jalan bareng. Setelah tiga minggu jalan, gue masih muda waktu itu jadi tolong dipahami ya, gue bilang ke dia ‘I love you’. Dia jawab, “me too.” Ya udah, kami pacaran enam tahun.
Enam tahun lama dong. Kenapa harus berakhir?
Kami sama-sama masih muda. Ada banyak hal yang enggak berkembang. Setelah lewat empat tahun, hubungan kami terlanjur dingin dan membosankan.
Bisa dijelaskan kayak gimana tuh maksudnya ‘enggak berkembang’?
Pas elo masih muda, pasti pengin dong jalan-jalan sama pacar berdua doang. Tapi sebagai orang Indonesia, pasti sudah menjelaskan ke keluarga rencana kayak gitu. Makanya, rumit buat kami untuk punya tahapan baru dalam hubungan tersebut. Perkembangan lain, menurut gue, adalah harusnya kami belajar hidup bareng, lalu gue ngelamar dia, dan nantinya kami menikah. Itu semua tahap-tahap yang menurut gue idealnya ada dalam suatu hubungan. Sayangnya semua itu tidak terjadi dalam hubungan gue sama dia.
Tatik, 61 Tahun, Ibu Rumah Tangga
VICE: Bu Tatik, di usia berapa pertama kali jatuh cinta?
Tatik: Pas SMP. Kira-kira 12-13 tahun. Atau kayaknya 15 tahun. Sudah lama sekali. Kan ada lagu yang, “aku kenal dia, dalam suatu masa…” Kadang-kadang ya masih teringat.
Apa yang paling ibu ingat dari kenangan cinta pertama itu?
Rasanya indah. Rasanya ceria dan bahagia gitu. Dia kayaknya enggak tahu kalau saya suka, tapi dia kayaknya juga senang sama saya, tapi dia juga enggak lanjut [pendekatan]. Dia cuma nanya-nanya [teman] aja soal saya. Setelah dia naik kelas ya sudah [enggak naksir lagi].
Sarmili, 45 Tahun, Petugas Satpam
VICE: Halo Pak Sarmili! Masih ingat momen anda pertama kali jatuh cinta?
Sarmili: Tahun 1994, pertama kali jatuh cinta. Itu saya masih SMP kelas 2.
Apa yang paling anda ingat dari momen itu?
Senang aja. Bahagia dan gembira. [Saya dan pacar] sama-sama masih puber, ya. Kami sama-sama jatuh cinta pertama. Ya seperti itu. Sebutannya cinta monyet.
Masih sering kontak-kontakan sama doi?
Sudah tidak. Kami sudah punya kehidupan pribadi masing-masing. [Kami] putus pas mau masuk SMA. Kita tidak melanjutkan hubungan karena dia mau married sama pria lain.
Sampai sekarang masih teringat sama sosok cinta pertama tadi?
Ya iyalah. Siapapun pasti teringat masa lalu. Itu masa lalu yang tidak bisa dilupakan.
Zahra, 20 Tahun, Mahasiswi
VICE: Di usia berapa kamu pertama kali jatuh cinta?
Zahra: Aku mulai suka sama orang, di mana aku merasa “he’s the one” itu pas masuk kuliah sih. Umur-umur 18, tahun pertama masuk kuliah. Tapi kalau first crush, ya kayaknya pas SMP. Mungkin 14-15 tahun. When I see my crush, deg-degan banget, bisa ngeliat orang yang suka rasanya happy.
Apakah perasaanmu bersambut? Apakah hubungan kalian lanjut atau akhirnya putus?
Ada yang kayak gitu. Sempat pacaran sama first crush, tapi putus karena kita mulai berantem-berantem soal masalah sepele. Sampai aku ngerasa hubungannya udah enggak sehat. Terus ya udah deh aku putus.
Masih sering keingat sama cinta pertama?
Kalau the first crush nggak sih. Tapi kalau dibilang nyesel juga nggak. Masih suka kontakan, masih suka balas-balasan Instagram story. Kita biasa aja. Tapi kalau yang relationship yang terakhir ini masih [teringat] sih.
Dimas, 30 Tahun, Konsultan
VICE: Halo Dimas. Apa yang masih kamu kenang dari momen cinta pertamamu?
Dimas: Gebetan pertama yang aku taksir itu dari zaman SMA. Biasa lah, hormon lagi kenceng-kencengnya, aku akhirnya ngalamin ngerasa suka sama cewek. Terus kadang mikir, “Oh is that person looking at me? Are we having a moment?” Gitu lah. Persoalan khas anak SMA. Aku sering naksir orang pas single. Tapi sekarang aku udah enggak single lagi.
Masih ingat pertama kali ada perasaan yang berbeda terhadap sosok yang kamu sukai?
Perasaannya ceria banget gitu, butterflies in my stomach. Kayak perasaan cinta pada umumnya di buku-buku lah. Tapi, setelah beberapa saat, memang perasaan itu enggak sama lagi. Karena naksir selalu awalnya dari fisik doang. Setelah tahu sifatnya kayak gimana, kadang mikir ‘hmm, enggak deh.’
Masih sering teringat sama sosok yang jadi cinta pertamamu?
Aku sedang pacaran sekarang. Jujur, ini kayaknya pertama kali kayaknya aku punya perasaan suka kayak gini. Aku sempat mikir pernah jatuh cinta. Tapi sama hubungan yang sekarang tuh beda banget. Aku ngerasanya ini real banget. Sama pasanganku yang sekarang, aku ngerasa bisa jadi diri sendiri dan aku sayang banget sama dia. I used to settle for whatever came my way. Sekarang aku merasa, aku ingin dan butuh banget tetap sama dia, aku menemukan pasangan yang menurutku cinta sejati di sosoknya. So the person I’m with right now is actually my first love.
Wawancara ini telah disunting agar lebih ringkas dan enak dibaca