Drugs

Agar Bebas Pengaruh Kartel, Petani di Sinaloa Meksiko Tanam Mariyuana Secara Etis

Petani Sinaloa Meksiko Menanam Ganja Secara Etis Bebas Pengaruh Kartel Narkoba

Produksi mariyuana di Meksiko sedang meningkat, dan kali ini, tanpa ada sangkut pautnya dengan kartel narkoba. Para petani secara mandiri memproduksi ganja “etis” berkualitas tinggi, tanpa harus terlibat dalam jejaring kartel yang kerap menggunakan kekerasan.

Pemerintah Meksiko berusaha mewujudkan terciptanya pasar ganja legal. Para petani dan penyalur mariyuana lokal mengatakan pada VICE bila permintaan cenderung meningkat di kota-kota besar. Ganja rumahan berkualitas tinggi yang dicari pembeli punya julukan seperti Cronica (kronik), Blue Dreams, atau Purpura (Purple).

Videos by VICE

Pasar etis mariyuana ini dijamin tak terkait sama sekali dengan kartel narkoba yang amat jahat dalam menjalankan operasinya. Produksi dan transportasi diatur sendiri oleh pihak petani dan penyalur, memotong makelar yang kerap menimbulkan masalah.

Bersama puluhan petani lainnya di negara bagian Sinaloa, Lazaro termasuk pelaku budidaya ganja etis tersebut. Kepada VICE dia mengaku menanam mariyuana, yang oleh penduduk lokal disebut sebagai ramas, dalam rumah kaca. Ganja yang dia tanam dimasukkan ke ruangan disinari lampu oranye, cahayanya memantul ke tembok putih, menimbulkan efek warna kuning sawo. Tanaman-tanaman ini bergoyang akibat sepoi-sepoi kipas angin yang dipasang setiap dua meter di tembok menghadap dalam ruangan.

Tidak satupun petani yang kami ajak ngobrol soal ini harus meminta izin dari kartel, berbeda dari biasanya ketika VICE liputan di Sinaloa. “Kami mandiri dan melakukan budidaya ini untuk diri kami sendiri,” ujar Lazaro.

Seperti pelaku budidaya ganja di California dan Colorado, petani di Meksiko menanam bibit yang dibawa dari Amerika Serikat atau Eropa guna menghasilkan produk yang lebih tahan lama dan halus citarasanya. Mereka juga akan melakukan investasi teknologi, mencakup pembelian lampu pencahayaan, pupuk, dan teknologi pengontrol suhu untuk merawat bibit tanaman mereka.

“Kami harus selalu berinovasi,” ujar Ricardo, petani ganja lain dari Sinaloa pada VICE. “Inovasi lah yang menggerakan bisnis sekarang. Bibit-bibitnya datang beberapa tahun yang lalu dari Eropa dan AS, tapi awalnya orang-orang hanya menanam sendiri di rumah dan tidak mau berbagi. Sekarang mereka harus berbagi, demi kepentingan bersama.”

Bagi petani, muncul pro dan kontra menjalani bisnis bebas kartel. Tanpa bantuan organisasi penyelundup, petani tidak bisa mengandalkan infrastruktur pihak lain dan harus menciptakan jaringan logistik sendiri. Mereka wajib memiliki kontak penyalur dan tenaga untuk mengirim produk mereka ke kota-kota besar di Meksiko.

“Saya kenal banyak penyalur mariyuana di Meksiko City, dan mereka bernegosiasi langsung dengan petani,” ujar Zara Snapp, pendiri lembaga Instituto RIA, yang mengadakan penelitian dan advokasi perihal legalisasi ganja di Meksiko. Petani dan penyalur mengatakan ganja dipindahkan dengan mobil, motor, dan bahkan jasa pengiriman dari seluruh penjuru negara.

“Sebenarnya, tidak ada untungnya sama sekali menggunakan struktur atau mekanisme perlindungan ala kartel,” ujar Jaime Lopez, seorang ahli keamanan setempat. Mengingat saat ini pasar ganja berkualitas tinggi masih kecil, berarti lebih mudah bagi petani agar bisnisnya tidak mencolok. “Selama petani tetap kecil dan tidak terlalu menonjol, lebih mudah menghindari urusan dengan pihak-pihak yang tidak diinginkan. Tapi itu kalau memungkinkan ya.”

Bergerak sendiri tentu tetap ada hambatannya. Petani seperti Ricardo dan Lazaro hanya minoritas. Kebanyakan petani gunung sederhana di negara bagian yang dikenal karena produksi narkoba seperti Sinaloa dan Guerrero tidak memiliki modal memproduksi ganja berkualitas tinggi.

“Kami menanam [cronica] di dalam rumah dengan pupuk dan lampu dan kontrol temperatur yang membuat biayanya lebih mahal,” ujar Lazaro. Apabila petani memutuskan untuk menanam di luar rumah, biaya bibitnya lebih mahal.

Biarpun begitu, petani kini memiliki lebih banyak kendali atas bisnis mereka dan tidak harus menuruti harga rendah pasaran yang diatur oleh pihak kartel sebagai perantara. Mereka juga bisa menjual volume ganja sesuai selera.

“Saya rasa mariyuana yang dipasarkan sebagai ‘bebas kekerasan’ atau etis bakal lebih laku. Orang di masa sekarang sering menanyakan asal muasal ganja yang mereka beli, dan itu bisa dibilang perubahan besar dari sisi perilaku konsumen,” ujar Snapp.

Sekalipun investasi yang dibutuhkan lebih tinggi, keuntungannya pun cenderung besar. Semua profit tadi tentunya tidak harus dibagi-bagi dengan kartel atau geng. Petani yang menjual ganja berkualitas tinggi menghasilkan jauh lebih banyak uang dibanding lewat sistem lama yang melibatkan kartel.

Seorang penyalur ganja di Kota Meksiko mengatakan ke VICE bila dia beberapa kali membeli setengah kilo mariyuana berkualitas tinggi asal Sinaloa seharga 30 ribu – 40 ribu Peso (setara Rp9,2 juta – Rp10,3 juta). Selisih harganya amat besar, dibandingkan jumlah uang yang Lazaro dan Ricardo biasa dapat dari penjualan ganja gunung biasa, yang dibanderol 600 Peso (sekitar Rp185 ribu) per kilogram.

“Saya menerima produk bernama Blue Dreams dari petani individu asal Sinaloa, dan itu produk yang paling banyak dicari pembeli,” ujar si penyalur yang beroperasi di Meksiko City. Blue Dreams dijual seharga 200 Peso (setara Rp61 ribu) per gram. Si bandar juga membeli ganja berkualitas tinggi lainnya dari penyalur lain di berbagai daerah pelosok Meksiko, karena harganya lebih murah.

Sindikat kejahatan seperti Kartel Sinaloa dan Kartel Jalisco satu dekade terakhir lebih memprioritaskan produksi kokain dan heroin dan narkoba sintetik, seperti metamfetamin dan fentanil. Taktik bisnis itu ditempuh, seiring permintaan pasar Amerika Serikat untuk mariyuana berkurang setelah beberapa negara bagian di sana melegalisasi ganja. Ganja sudah dianggap bukan lagi pasar yang menjanjikan.

Di pegunungan Sinaloa, tempat Lazaro tinggal, pemandangan petani menanam tanaman ganja setinggi pinggang manusia dewasa sejatinya sudah sulit ditemui. Legalisasi ganja di Amerika Serikat—pasar utama ganja Meksiko selama beberapa dekade terakhir—mematikan pasar ganja bagi petani-petani Meksiko seperti Lazaro. Di masa lalu, kartel akan membeli produk dari dirinya, lalu menyelundupkannya melewati perbatasan AS. Karena permintaan pasar mengering, banyak petani yang berhenti menanam mariyuana.

Kondisi produksi narkoba Meksiko banyak berubah satu dekade terakhir. Heroin menjadi sumber uang baru bagi organisasi kriminal. Namun melimpahnya pasokan, dikombinasikan dengan munculnya tren konsumsi opioid sintetik fentanil di AS, akhirnya memukul turun nilai adonan popi dan mengurangi keuntungan dari bisnis haram tersebut.

Para pengedar di Kota Meksiko melihat kenaikan permintaan untuk ganja berkualitas tinggi sebagai fenomena baru. Namun setelah beberapa bulan mengalami “rekor penjualan”, merujuk keterangan penyalur, pertumbuhan pasar perlahan macet akibat lockdown virus corona.

Pertanyaannya sekarang, mungkinkah perdagangan mariyuana etis skala kecil Meksiko terus bertahan? Semakin besar pasarnya, semakin besar pula kemungkinan para petani menarik perhatian predator—khususnya mereka yang ingin memanfaatkan situasi demi keuntungan pribadi. “Apabila produk-produk ini ternyata benar-benar menguntungkan, para petani bisa jadi akan mulai didatangi pihak ketiga yang menenteng enjata,” ujar Lopez.

Bila kelak legalisasi ganja diterapkan di Meksiko, yang diduga akan terwujud akhir 2020, peluang bagi para petani kecil ini pasti tertutup seiring kekuatan besar mulai masuk dalam industri tersebut, termasuk kartel. Tidak ada yang sanggup menghentikan ambisi kartel terlibat dalam perdagangan legal narkoba jenis apapun, apabila mereka anggap menguntungkan. Selain kartel, sudah banyak perusahaan-perusahaan resmi spesialis mariyuana siap terlibat juga dalam bisnis di Meksiko.

“Pertanyaannya adalah seberapa besar pasar produk ganja berkualitas tinggi dan seberapa mampu pihak-pihak resmi yang terlibat sekarang memenuhi kebutuhan pasar setelah legalisasi. Kalau pasarnya dibuka lebar, kita akan melihat arus modal investasi besar-besaran datang dari Amerika Serikat,” ujar Lopez.

Menurut Lopez, untuk sekarang, para petani individu sebaiknya tetap menekankan aspek “bebas-kartel” dari produk mereka. “Berdasarkan pemahaman saya tentang bagaimana konsumen milenial dan post-milenial menghabiskan uang, branding yang berhubungan dengan sisi etis produksi merupakan langkah yang bagus. Buat saya pun, promosi kayak gini akan menjadi faktor menentukan.”

Follow Deborah di Twitter

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.