FYI.

This story is over 5 years old.

Wawancara Musisi

Vokalis Converge Jacob Bannon Merilis Album Solo Penuh Kejutan ‘Wear Your Wounds’

Simak wawancara kami bersama tokoh ternama scene hardcore, Jacob Bannon, yang kini menjajal dunia rock eksperimental penuh emosi.

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.

Tanggal 7 April besok (lewat Deathwish Records), tokoh legenda musik hardcore Jacob Bannon akan merilis salah satu album paling heavy tahun ini—tapi bukan jenis heavy yang sama dengan musik band yang dia tunggangi, Converge. Di album solo debutnya, Wear Your Wounds, Bannon keluar dari zona nyamannya sebagai vokalis band hardcore punk. Penulisan WYW sudah dimulai beberapa tahun yang lalu, sesaat setelah Converge merilis album ikonik Jane Doe di 2001. Di album solonya, tanpa bersembunyi di balik raungan distorsi wall of noise, Bannon berhasil menciptakan sebuah karya yang lebih mentah dan emosional.

Iklan

Menggabungkan musik rock eksperimental, post-rock, psikedelia, dan folk, Bannon memasukkan elemen dentingan piano yang mengalir ke drum yang intens diiringi vokal penuh distorsi yang menari-menari ditemani pengaruh musik elektronik tanpa kehilangan elemen lo-fi. Anda tidak akan lagi mendengar gonggongan agresif khas Bannon—yang dia biasa lakukan di Converge—namun justru gaya vokal merintih yang gelap nan etereal, mengingatkan kita akan Nick Cave dan Swans, atau menurut kata Bannon "memuja Pink Floyd." Hasilnya? Album ini terdengar rumit dan menyeramkan.

Namun karya barunya ini pun bukan tanpa bantuan. Di WYW, Bannon dibantu oleh sederetan nama veteran scene musik ekstrem seperti Kurt Ballou (Converge), Chris Maggio (Trap Them), Sean Martin (Twitching Tounges) dan Mike McKenzie (The Red Chord). Keluar dari zona nyaman masing-masing, kolaborator diizinkan untuk menghembuskan emosi mereka sendiri ke dalam proyek solo Bannon yang kini sudah hampir berumur 15 tahun.

Wear Your Wounds akan ditampilkan secara live untuk pertama kalinya bulan ini di berbagai acara festival musik underground, di antaranya Roadburn, Desertfest dan Dudefest. Ini adalah pertama kalinya Bannon memainkan lagu-lagu ini di depan penonton—sendirian, memproyeksikan perasaan pribadinya di atas panggung. Saya ngobrol dengan Bannon tentang alasan dia memulai proyek solo tersebut, dan hal-hal apa yang menjadi tema liriknya. Coba streaming salah satu track andalan album WYW di bawah ini—jangan lupa, preorder album sudah dibuka lho.

Iklan

Noisey: Apa artinya frase 'Wear Your Wounds' bagi anda pribadi?
Jacob Bannon: Wah udah lama saya tidak memikirkan hal ini, tapi nama album ini muncul dari lirik yang pernah saya tulis. Saya sering menulis puisi ketika sedang pengen, ketika saya sedang tidak bergairah menciptakan illustrasi. Frase ini adalah sebuah metafora yang artinya menunjukkan 'luka' dan pengalaman pahit anda di hidup, keberhasilan anda melalui itu semua, dan berbangga dengan diri anda sekarang. Semua orang pasti bisa mengerti pesan dasar itu.

Gimana rasanya keluar dari Converge sejenak dan menciptakan musik yang jauh berbeda?
Lucu memang, banyak orang tahu Converge musiknya agresif dan intens, tapi sebetulnya banyak juga part-part melodik yang dinamis di setiap album Converge yang pernah kami tulis dalam 15 tahun terakhir. Jadi saya melihat album solo ini sebagai kelanjutan dari bagian-bagian yang lebih 'pelan' tadi. Ketika saya mendengarkan kembali beberapa lagu di WYW, rasanya tidak jauh berbeda dengan Converge. Hanya saja di sini saya yang mengemudikan kapalnya, kalau Converge itu lebih demokratis. Saya tidak suka mengatur-ngatur orang lain ketika rekaman musik.

Wear Your Wounds itu lebih bebas. Jadi misalnya saya ada ide lagu dan kolaborator ada ide untuk melodi, bagian gitar atau semacam riff, ya ayo-ayo aja, kita bebas-bebas aja. Kalau Converge ada lebih banyak proses memahat dan menyempurnakan lagu-lagunya. Kita bisa duduk dan mengerjakan satu bagian dari lagu berdurasi enam detik dan menghabiskan seluruh sesi latihan dan mencoba berbagai versi sampai ketemu yang cocok. Jadi proyek solo ini bukan jamming juga sih, tapi memang pendekatannya lebih bebas.

Iklan

Banyak lagu-lagu di album solo ini terasa lebih emosional dibanding Converge.
Saya sering menulis puisi-puisi personal untuk Converge, tapi banyak orang yang tidak sadar akan hal itu karena kami memainkan musik yang keras dan kencang. Lirik yang sama akan terdengar berbeda ketika diteriakkan seperti monster—di Converge—dan ketika dinyanyikan dengan lebih santai dan melodius. Kadang sebuah narasi bisa hilang ditelan volume musik itu sendiri.

Musik album WYW sangat gelap dan menerawang, kadang masuk ke ranah eksperimentasi. Apakah anda sengaja menciptakan musik yang membuat pendengar tidak nyaman?
Enggak juga, karena ketika menciptakan musik, saya tidak memikirkan pendengar. Baik Converge maupun Wear You Wounds memiliki elemen itu. Emang egois banget sih. Kami menulis musik untuk kami sendiri dan kami menikmati suasana yang kami ciptakan. Nah di Wear Your Wounds, ada lebih banyak fokus di suasana dan mengeksplor ruang, dan pendekatannya juga lebih bebas, tanpa aturan. Ada lagu-lagu yang berat dan lambat, tapi ada juga yang lebih cepat dan upbeat, album ini punya semuanya. Memang tidak ada lagu yang 'happy' tapi album ini banyak bermain di dinamika.

Anda sempat menyebut soal suasana. WYW mempunyai suasana yang sangat spiritual. Apakah anda ini bisa dibilang orang yang spiritual?
Enggak sih. Malah saya itu seorang pesimis. Ada banyak lagu tentang masalah-masalah saya yang sangat pribadi. Saya juga cenderung realis. Kalau ada satu hal yang saya inginkan, itu adalah untuk menjadi pribadi yang bahagia, dan menurut saya orang-orang yang menciptakan seni dan musik yang gelap itu sebetulnya berusaha mengeluarkan pikiran-pikiran gelap dari kepalanya dan menciptakan hal yang positif. Sebetulnya disinilah banyak orang salah kaprah tentang musik 'heavy', banyak yang tidak bisa menilai lebih dari sekedar volume musiknya—mereka melihat sosok musik yang berat terus langsung menilai, 'Oh oke, ini musik ginian. Ya ya ya.' Wear Your Wounds lebih sulit didefinisikan karena pendekatannya yang berbeda. Semoga pendengar bisa menghubungkan tema-tema liriknya ke kehidupan mereka sendiri dan merasa terhubung, tapi sebetulnya itu bukan tujuan saya. Saya sih cuman pengen ngeluarin unek-unek aja.

Adakah tema-tema yang anda jelajahi di album ini yang belum pernah anda tulis sebelumnya?
Saya sering menulis tentang rasa kehilangan dan penderitaan, dan amarah dan kehidupan… Lucu soalnya banyak orang mengira semakin anda tua, anda akan kehilangan ide-ide atau motivasi untuk menciptakan seni. Ini tidak benar. Semakin anda bertambah umur, hidup akan semakin rumit, dunia akan terasa semakin luas dan belum tentu anda akan menemukan kedamaian. Anda akan merasakan amarah baru, emosi-emosi yang berbeda. Hidup anda akan berliku-liku. Album ini merupakan bentuk pengalaman saya melalui fase hidup itu.

Lagu penutup album ini adalah lagu yang saya tulis untuk seorang teman yang meninggal beberapa tahun yang lalu dan saya tidak tahu bagaimana mengutarakan emosi saya tentang hal ini ke siapapun. Berat sekali rasanya, tapi saya ingin menulis lagu tentang dan untuk dia sebagai bentuk terima kasih terhadap segala hal yang pernah dia berikan untuk saya dan istri dalam beberapa tahun terakhir. Begitulah cara saya menggunakan musik. Musik adalah tempat dimana saya bisa meletakkan hal-hal semacam ini, dimana saya bisa menghadapi mereka dengan cara yang sehat.