FYI.

This story is over 5 years old.

Ketimpangan

Bisakah Fisika Menjelaskan Penyebab Ketimpangan Ekonomi?

Kayaknya engga, tapi mari kita cek yuk.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Bagi penggemar sains, ketimpangan ekonomi itu ternyata masalah fisika belaka. Begitu juga biologi, teknologi, dan organisasi sosial. Semuanya cuma masalah fisika. Kalau mau lebih jauh lagi, seluruh isi semesta sebenarnya bisa direduksi menjadi sistem aliran sesuai yang dipahami fisikawan. Lagian, ekonomi hanyalah pecahan aliran sebuah sungai besar. Bedanya yang mengalir adalah uang bukan air. Nah kan, ujung-ujungnya fisika.

Iklan

Tapi pendapat ini bisa saja salah. Coba kita cek lagi deh.

Ide yang menyebut disparitas kekayaan di muka bumi cuma persoalan fisika, pertama kali dilontarkan oleh sepasang insinyur dari Federal University of Paraná in Brazil dan Duke University. Pendapat itu mereka jelaskan dalam sebuah makalah yang dimat dalam Journal of Applied Physics.

Percayalah, isinya bisa bikin kamu nahan ketawa.

Sepasang ilmuwan itu mendasarkan makalahnya pada teori Constructal. Hukum yang pertama kali diformulasikan pada 1996 berbunyi; "Agar aliran sistem yang terbatas bisa mempertahankan konfigurasinya, dia harus berevolusi sedemikian rupa sehingga memberikan akses yang lebih mudah."

Pusing? Tenang, teori kontruktral memang ambigu dan terus diperdebatkan. Jadi bukan kalian saja yang dibikin pusing olehnya. Intinya sih begini: teori ini membayangkan bahwa semua sistem atau struktur memiliki aliran internal karena semua sistem cenderung berevolusi menuju satu arah. Alam semesta, seperti benda-benda lainnya, berusaha membuat semuanya mengalir dengan lebih mudah melalui proses evolusi dan "pembentukan desain baru." misalnya, beberapa anak sungai bergabung untuk memperlancar aluran air. Kilatan petir juga menyatu agar aliran listrik bisa meloncat dengan lancar dari awan ke permukaan bumi. Teori ini pada dasarnya ingin menunjukan percabangan sebuah sistem di alam ini adalah suatu yang lazim.

Hukum Konstruktral diajukan oleh profesor dari Duke University, Adrian Dejan, yang juga menulis makalah yang sedang kita bicarakan.

Iklan

"'Ketimpangan' merupakan telaah tentang manusia yang paling tua sekaligus sering menimbulkan perdebatan," begitulah satu kalimat yang tertera dalam makalah itu. "Tak ada topik yang lebih memecah belah selain ketimpangan ekonomi dalam percapakan belakangan ini. Langkah teoretis untuk memahami ketimpangan dalam makalah ini jadi relevan. Makalah ini menggunakan ilmu fisika untuk memprediksi gerakan hirarki dan kemakmuran di bumi."

Pergerakan dalam sistem ekonomi global berujung pada kemakmuran. Karenanya muncul sebuah desain yang memfasilitas pergerakan itu. Kekayaan mengalir bersama karena dengan begitu alirannya jadi lebih lancar. "Distribusi kekayaan yang tak seragam makin menonjol ketika ekonomi tumbuh pesat," tulis Bejan. "Dengan kata lain, arsitektur alirannya jadi makin kompleks untuk melingkupi celah-celah kecil sebuah teritori tertentu."

Kira-kira itu saja inti makalah itu. Kalau boleh jujur, ini adalah makanan paling enteng yang pernah saya temui dalam jurnal fisika. Di sisi lain, makalah ini terasa sok-sok penting, berulang kali menegaskan penyatuan ekonomi dan fisika, padahal ya belum tentu nyambung.

Jujur saja, sebenarnya ini bukan makalah yang mengesankan sih.

Jadi, disparitas kekayaan itu cuma perkara fisika? Saya harap sih tidak. Kalau teori ini disetujui ilmuwan, sama saja bilang ketimpangan apapun itu—ekonomi hingga sosial—adalah hal yang alamiah. Pandangan begini bakal disukai kaum konservatif, tak beda jauh dengan gagasan darwinisme sosial yang sudah populer beberapa dekade lalu. Seakan-akan wajar saja ada orang superkaya, lalu 99 persen lain populasi berkubang dalam kemiskinan dan tagihan utang mencekik karena diupah sangat rendah. Semoga saja—saya berdoa dengan sepenuh hati—kalangan pro-kapitalisme dan orang superkaya belum membaca makalah ini.