FYI.

This story is over 5 years old.

Berita

Anak Muda Merespons Ide Presiden Jokowi Tunjuk Bule Jadi CEO BUMN

Gagasan presiden muncul saat xenophobia merebak di Indonesia. Apa anak-anak muda yang kami tanya sepakat bila perusahaan pelat merah strategis dipimpin orang asing?
Image via flickr/thisisinbalitimur

Presiden Joko Widodo baru saja mengusulkan ide merekrut warga negara asing, terutama dari ras kaukasian, sebagai pucuk pimpinan Badan Usaha Milik Negara. Menurut presiden akrab disapa Jokowi itu, beberapa perusahaan pelat merah akan diuntungkan oleh kepemimpinan CEO berstatus WNA kulit putih asal Eropa atau Amerika Serikat. Hal itu secara spesifik dia sebutkan, dengan istilah 'bule'. "Saya bahkan ingin ada tiga atau empat bule profesional yang memimpin perusahaan BUMN," kata presiden.

Iklan

Jokowi mengatakan idenya ini muncul setelah bertemu pejabat dari Uni Emirat Arab. Negeri di kawasan Teluk itu berhasil melakukan reformasi dan profesionalisasi BUMN melalui perekrutan CEO asing.

"Intinya, WNA bisa memimpin beberapa perusahaan BUMN untuk beberapa saat agar perusahaan-perusahaan tersebut bisa berkembang pesat, tapi kepemilikan tetap kita yang pegang—perusahaan BUMN tetap milik negara," kata presiden seperti dikutip media.

Pemerhati BUMN sejak jauh-jauh hari mendambakan pemerintah lekas melakukan perombakan manajemen bisnis pelat merah. Di negara ini, ada lebih dari 100 perusahaan BUMN. Selain Garuda Indonesia yang dinilai memiliki performa memuaskan, masih banyak perusahaan pelat merah memiliki tata kelola dan performa buruk

Masalahnya, momentum Jokowi melontarkan ide itu ketika sentimen kebencian terhadap orang asing sedang meningkat di Tanah Air. Di media sosial, menyebar isu tentang pekerja asing mengambil alih lapangan kerja penduduk lokal. Kekhawatiran akan pelaksanaan masyarakat ekonomi ASEAN yang membuka ruang hadirnya tenaga terampil asing, semakin mengipasi berkembangnya berita hoax tentang jutaan pekerja dari Cina daratan membanjiri Indonesia.

Lalu, bagaimana masyarakat menanggapi usulan Jokowi tentang kemungkinan 'bule' jadi  CEO BUMN? Kami sengaja menemui anak muda dan profesional di bawah 30 tahun untuk mengetahui pandangan mereka terhadap wacana presiden. Berikut respons mereka:

Iklan

Abiya Tahira, 23, bankir, Hana Bank

VICE Indonesia: 3 januari lalu, Jokowi mengusulkan bule bisa jadi CEO BUMN. Pendapat kamu tentang usulan ini bagaimana?
Abiya: Kayaknya sih engga apa-apa.

VICE Indonesia: Kenapa?
Abiya: Karena gimana ya, kayaknya sih selama kepemilikannya tetap punya negara kita ya engga jadi masalah. Kalau misalnya cuma mimpin doang dan tujuannya untuk membangun negara sih kayaknya oke-oke aja.

VICE Indonesia: Banyak yang bilang, bakal banyak WNA menyerobot lahan pekerjaan di Indonesia. Bukannya ini bakal bikin penduduk Indonesia susah dapat pekerjaan?
Abiya: Ya mungkin dengan nanti dipimpin sama warga negara asing bukan kita engga berkompeten tapi mungkin kita jadinya bisa lebih belajar buat jadi lebih baik lagi. Maksudnya ngeliat mereka gitu lho.

VICE Indonesia: Jadi yang penting kita bisa belajar dari mereka?
Abiya: Nah iya, dijadiin pembelajaran.

Genta Gandha, 26, Manajer Restoran Ruci

VICE Indonesia: Apa pendapat kamu tentang rencana Jokowi yang ingin bule jadi CEO BUMN?
Genta: Kalau menurut gue, Pak Jokowi mungkin lebih berkeinginan wacananya itu jadi ajang bersaing untuk orang-orang di Indonesia ataupun  pemimpin-pemimpin agar lebih termotivasi gitu. Tapi gue sih engga setuju. Masa BUMN dipegang sama asing? Gue lebih setuju kalau [bule] jadi konsultan untuk sementara waktu, memberikan masukan, atau memberikan pelatihan untuk calon-calon pemimpin BUMN sendiri.

VICE Indonesia: Tapi, Jokowi bilang cara ini berhasil di Uni Emirat Arab. Di sana, Bank nasional dan perusahaan minyak negara dipimpin ekspatriat Barat. Kamu masih keberatan meski pendekatan ini berhasil di negara lain?
Genta: Transfer ilmu untuk sementara engga masalah. Tapi kalo dipimpin secara langsung kan pendapat  orang  di negara kita masih anti banget dengan asing ya. Jadi mindset mereka kan belum sampai seterbuka itu, bisa menerima 'oh BUMN kita dipimpin orang asing'. Jadi untuk menghindari  konflik dan sekarang kan gampang banget nih yang namanya konflik tentang hal-hal asing, menurut gue sih lebih baiknya jadi konsultan ataupun penasehat apapun lah itu. Asalkan jangan dipimpin langsung.

Iklan

Ramadhanta Airlangga, 24, pilot trainee, Citilink Indonesia

VICE Indonesia: Dalam pidatonya, Jokowi bilang menunjuk CEO bule akan membuat perusahaan BUMN jadi lebih profesional. Pendapat kamu bagaimana?
Rama: Saya sih setuju sama Pak Jokowi.

VICE Indonesia: Kenapa?
Rama: Kayak yang pak jokowi bilang, kita kan bisa ambil ilmunya. Orang bule kita tahu eagerness-nya sangat tinggi, engga seperti orang sini yang sedikit bermalas-malasan. Sama culture disiplinnya bisa kita ambil untuk improve lagi ke depannya.

VICE Indonesia: Tapi kamu sadar kan, wacana ini bakal dianggap masalah banyak orang Indonesia? Mereka bisa saja bilang bule ngerebut lahan pekerjaan kita!
Rama: Oh, iyalah. Pasti. [tertawa]

VICE Indonesia: Kamu tetap yakin kalau direalisasikan engga jadi masalah?
Rama:  Ya orang-orang lamanya orang-orang yang megang [BUMN] pasti denger keputusan kayak gitu, kan dia merasa terancam tuh. Cuma sebagai presiden harus tegas untuk membuang bibit-bibit lamanya.

Daeve David Litang, 23, Mahasiswa

VICE Indonesia: Kamu kayaknya jenis yang senang dengar rencana Jokowi ingin menunjuk bule jadi CEO BUMN.
Daeve: gue sih engga setuju ya.

VICE Indonesia: Boleh tahu alasannya?
Daeve: Soalnya kalau dibandingin sama Dubai atau sama Singapura saja, mentalnya kita beda. Misalkan dipimpin sama asing, negara ini kan masih kayak apa ya, masih kurang stabil. Gue takutnya entar malah diatur-atur gitu kebijakannya segala macem. Yang ada bukannya kita dapet ilmu malah kita diatur-atur.

Iklan

VICE Indonesia: Idenya agar perusahaan BUMN jadi lebih bagus performanya seperti pengalaman Dubai. Nanti setelah belajar dari para bule, manajemen BUMN itu ya kembali dipegang orang lokal.
Daeve: Itu kan di Dubai, kalau menurut gua beda sama di Indonesia. Gue takutnya orang Indonesia terlalu diarahin malah jadi kebutuhan gitu. Mereka engga bisa berdiri sendiri nanti. Kalau memang mau belajar dari asing, kenapa kita engga ke luar negeri aja belajar?

Dhira Narayana, 29, aktivis/petani

VICE Indonesia: Presiden Jokowi ingin bule jadi CEO BUMN, apa pendapat kamu?
Dhira: Jadi ini bentuknya gagasan ya, gagasan  presiden ya?

VICE Indonesia: Belum jadi keputusan resmi sih. Jokowi ngomong gitu pas pidato.
Dhira: Secara personal gue engga alergi sama orang asing. Gue cuma alergi sama pemikiran asing. Orang Indonesia yang pemikirannya asing juga banyak, orang asing yang pemikirannya Indonesia banget menurut gue rasa juga banyak. Jadi kalo gue pribadi siapapun orangnya ya, secara fisik ini kan? Ini ngomong fisik. Secara fisik siapapun orangnya engga masalah,

VICE Indonesia: Pendapat kamu tentang anggapan 'orang asing mencuri lahan pekerjaan WNI'?
Dhira: Anjrit, cuma satu orang doang juga.

VICE Indonesia: Engga cuma satu CEO saja rencananya. Tapi kan sudah banyak yang ngomong begitu, tanpa perlu ada wacana bule jadi petinggi BUMN.
Dhira:  Hmm, kadang-kadang tuh ya pemimpin tuh harus membuat sesuatu yang agak-agak nyeleneh begitu lho. Di satu sisi juga bisa ngajarin orang atau ngasih tau ke orang "woi elo kalau kerja engga serius ini gua kasih ke [bule]". Nanti keputusannya apa, kan kita belum tahu. Di satu sisi, gue suka ngeliat sebagai pemimpin kadang-kadang harus gitu tuh supaya orang-orang asli Indonesia yang ngerasa punya kompetensi jadi agak tersinggung dikit. Jadi mereka mikir, "anjrit gue mestinya bisa nih, apa gua aja ya."

VICE Indonesia: Jadi, wacana presiden menurutmu bikin iklim BUMN lebih kompetitif?
Dhira: Gue ngeliatnya gitu.