FYI.

This story is over 5 years old.

Health

Warga Mesir Mengubah Twitter Jadi Sarana Berbagi Obat-Obat Penyakit Kronis

Tagar #Twitter_Pharmacy digunakan secara swadaya oleh netizen berbagi resep hingga obat-obatan secara gratis untuk penyakit berat seperti kanker, diabetes, dan lain sebagainya. Apotek Mesir kehabisan pasokan setahun terakhir.
Contoh twit mengabarkan kebutuhan obat tertentu di Mesir. Sumber gambar: Twitter

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Warga Mesir menggunakan Twitter untuk mengunggah foto resep obat dan pil untuk saling berbagi obat-obatan yang pasokannya habis di apotek-apotek. Mesir dua tahun terakhir dilanda kelangkaan obat-obatan, terutama untuk penderita penyakit kronis.

Tagar #Twitter_Pharmacy menjadi penyelamat bagi mereka yang mencari obat-obatan penyakit berat, mulai dari insulin mengatasi diabetes hingga obat-obat kanker. Sejak November 2016, Twitter menjadi semacam ruang virtual bagi warga Mesir saling membantu sama lain. Penduduk yang memiliki obat berlebih kerap membagikannya ke warga lain yang membutuhkan—kadang secara cuma-cuma.

Iklan

Kelangkaan obat-obatan di Mesir terjadi akibat perekonomian yang tidak stabil. Kondisi ini memburuk setelah nilai mata uang pound Mesir jeblok setelah pemerintah menerapkan sistem kurs mengambang demi mendapatkan bantuan dana pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar $12 juta (setara Rp159 triliun).

Terjemahan: "Semua ini adalah obat-obatan yang diperlukan penderita kanker, rheumatoid, pelemahan otot, atau darah tinggi. Jika ada yang membutuhkannya, tolong kirim resepnya ke saya, akan saya berikan cuma-cuma."

Kementerian Kesehatan Mesir mengatakan 146 jenis obat-obatan, terutama untuk penyakit-penyakit kronis, tidak tersedia lagi di pasar. Mereka mengaku akan mengatasi masalah ini dengan cara mengimpor obat-obatan senilai $186 juta (Rp2 triliun). Tim Motherboard berkali-kali menghubungi pemerintah Mesir untuk konfirmasi, tapi tidak ada respon.

Dengan nilai mata uang yang rendah, perusahaan-perusahaan farmasi Mesir tidak sanggup membayar biaya produksi obat yang melunjak serta mengimpor bahan-bahan obat yang dibutuhkan. Akibatnya, mereka harus menghentikan proses produksi obat-obatan.

Jaringan Apoteker Mesir mendesak Presiden Abdel Fattah El Sisi melakukan intervensi pasar dan membantu perusahaan-perusahaan farmasi dengan cara meningkatkan harga obat-obatan. Sebanyak 1.688 jenis obat-obatan generik yang membutuhkan bahan-bahan impor semakin langka di pasaran.

Satu jam setelah tagar #Twitter_Pharmacy mulai ramai, Khaled Omar, pria 35 tahun, membuat akun demi membantu proses penyebaran informasi dan menghubungkan orang-orang yang membutuhkan obat-obat itu.

"Ketika kami memulai donasi online, banyak apoteker dan dokter mulai bergabung dan memberikan informasi tentang di mana obat-obat tertentu bisa dibeli," katanya kepada Motherboard.

Iklan

Omar, seorang manajer produksi di sebuah perusahaan percetakan di Ibu Kota Kairo mengaku gembira saat mendengar pihak kementerian kesehatan mengapresiasi upaya swadaya warga. Namun dia tetap belum pernah dihubungi langsung oleh aparat pemerintahan. Kementerian kesehatan Mesir sempat menuding kelangkaan obat-obatan adalah 'permainan' perusahaan farmasi untuk memainkan harga.

"Kami justru melakukan peran pemerintah di sini. Mereka lambat sekali menghadapi krisis ini," ungkap Omar.

Solusi farmasi Twitter ini pun tidak serta-merta bisa langsung menyelesaikan masalah kelangkaan obat-obatan. Penduduk Mesir memiliki resiko tertinggi mengindap Hepatitis C di dunia, obesitas dan hipertensi. Lebih parahnya lagi, masyarakat tidak dilindungi oleh sistem asuransi kesehatan Mesir yang relatif buruk pelayanannya.

"Banyak pasien meminta obat-obat penyakit jantung dan tekanan darah," kata Ahmed Ali, seorang pemilik apotek di kawasan elit Kairo.

Dia menyebutkan berbagai jenis obat yang sekarang sedang sangat sulit didapatkan. Di antaranya adalah obat-obatan mencegah penggumpalan darah, obat stroke, dan obat pencegah penurunan kondisi bayi yang baru dilahirkan, yang bisa memicu kematian.

"Dulu penduduk bisa datang dan membeli satu kotak penuh obat-obatan tapi sekarang pembelian sangat dibatasi. Saya khawatir akan nasib orang-orang yang kelaparan dan membutuhkan di tengah krisis obat-obatan ini," katanya.

Ketua Parlemen Mesir Ali Abdel Aal berjanji solusi yang konkret akan dikeluarkan pemerintah sebelum pertengahan Desember. Kenyataannya, Menteri Kesehatan Ahmed Rady mengatakan dalam konferensi pers bahwa harga obat-obatan tidak akan berubah hingga nilai tukar pound Mesir membaik. Pernyataan ini jelas tidak menenangkan pasien-pasien yang harus membeli obat-obatan dengan harga selangit.

Ali dan Omar mengutarakan kekhawatiran mereka tentang para pedagang pasar gelap yang memanfaatkan krisis obat-obatan ini.

Awal 2016, militer Mesir sempat turun tangan menangani krisis kelangkaan susu bayi. Bulan lalu, gula pun mulai sulit didapatkan. Kini, kelangkaan obat-obatan menjadi masalah yang paling mendesak bagi Mesir yang keadaan ekonominya sangat mungkinakan bertambah buruk.

"Orang-orang yang gak punya uang untuk beli obat-obatan mesti gimana? Mereka bakal mati semua," kata Ali.