FYI.

This story is over 5 years old.

Populasi Penduduk

Akankah Ramalan Suram Soal Populasi Penduduk Indonesia Melampaui AS Terwujud?

Ledakan penduduk bagi negara ini artinya kiamat yang semakin dekat. Kami bertanya pada pakar dari Badan Pusat Statistik untuk mencari jawabannya.

Di banyak kebudayaan, kelahiran setiap bayi selalu disambut kebahagiaan. Namun mengingat populasi Planet Bumi segera akan mencapai 9 miliar jiwa pada 2050 mendatang, ditambah data bahwa mayoritas penduduk akan tinggal di kota-kota padat yang hampir pasti berujung pada kehancuran lingkungan dalam skala massif, tak perlu heran jika setiap kelahiran kini dipandang negatif. Membahas topik populasi penduduk seakan membicarakan proses datangnya kiamat. Sederhana saja, jika manusia terus bertambah, padahal jumlah lapangan kerja tak bisa mengikuti, beragam permasalahan sosial akan segera lahir.

Iklan

Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat populasi manusia di negara kaya dan maju menghasilkan tingkat pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran bergerak minus. Sementara di negara berkembang dan tertinggal dengan pertumbuhan ekonomi alakadarnya, justru pertumbuhan penduduknya meroket pesat. Titik ekstrem itulah yang selama ini menyeimbangkan populasi bumi. Masalahnya Indonesia dengan 254,9 juta penduduk dan kini semakin bertambah makmur, serta masuk G20, ternyata memperoleh ramalan suram yang tidak biasa. Seiring membaiknya perekonomian, Bloomberg melansir temuan bahwa populasi Indonesia akan melampaui Amerika Serikat. Prediksi ini memperkirakan skenario pertambahan jumlah penduduk Tanah Air tidak akan melambat, sekalipun perekonomian Indonesia stagnan.

Pemerintah Indonesia bukannya abai pada persoalan ledakan penduduk. Keluarga Berencana merupakan kebijakan andalan negara mencegah populasi berkembang di luar jangkauan kue ekonomi. Pemerintah membanggakan program pengendalian penduduk itu sebagai yang paling sukses di muka bumi, sampai menerima penghargaan dari PBB.

Indonesia sempat memiliki angka Total Fertility Rate lebih dari 5. Artinya, setiap perempuan di Indonesia dalam rerata punya potensi melahirkan lebih dari 5 anak. Kemudian, program Keluarga Berencana digalakan pada akhir dekade 60-an. Semasa Orde Baru, program ini dianggap menjadi salah satu keberhasilan terbesar Soeharto sebagai presiden. Rerata TFR Indonesia kini turun ke level 2,49.

Iklan

Tentu saja, program KB tidak hanya memuat narasi mengenai kesuksesan Soeharto menyeimbangkan jumlah penduduk dengan ideologi pembangunan yang dia anut. Ada banyak laporan menyebutkan betapa pemaksaan perempuan mengonsumsi pil dan memasang spiral, serta kampanye dua anak cukup, sebetulnya memperoleh resistensi dari beberapa pihak. Terutama kalangan penduduk dari demografi pemeluk Islam. Tak hanya itu, keterlibatan tentara memaksa penduduk ikut program KB juga diamini oleh penyuluh para era 1980-an, seperti dikutip dari BBC Indonesia.

Lantas kini, setelah Orde Baru runtuh dan KB tidak bisa lagi dijalankan dengan mekanisme top down, apakah memang ramalan Bloomberg terbukti bahwa kita akan menyalip AS sebagai negara dengan penduduk terbanyak ketiga di dunia? Benarkah penduduk Indonesia tidak lagi peduli pada slogan-slogan dua anak cukup?

Kami menemui Deputi Bidang Statistik Sosial, Badan Pusat Statistik M. Sairi Hasbullah yang sehari-hari menghitung prediksi laju pertambahan penduduk, untuk mencari jawabannya.

Secara umum bagaimana pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini? Bagaimana kecenderungannya ke depan?
Sebetulnya itu tergantung fertilitas dan mortalitas. Jadi bukan hanya karena angka kelahiran tapi juga faktor kematian, dan ini sebetulnya dua-duanya turunnya agak landai. Dulu di tahun 2010 fertilitas kita itu, angka TFR-nya 2,49. TFR artinya, rata-rata anak yang bakal dilahirkan oleh perempuan usia produktif 15-49 tahun selama hidupnya. Ini yang merupakan indikator dari pertumbuhan penduduk nantinya

Iklan

Artinya satu perempuan produktif Indonesia punya potensi melahirkan 2,49 anak. Apakah terlihat ada tren perubahan ke depan?
2,49 artinya satu perempuan secara rata-rata akan punya 2,49 anak. Jadi antara dua dan tiga anak. Kemudian, angka tersebut akan turun pada tahun 2025 dengan mencapai angka 2,14, kemudian di tahun 2035 itu mencapai 2,1, sampai kemudian dia akan melandai sampai 2045 (kecenderungannya) tidak akan turun dari 2,1. Jadi intinya memang terjadi penurunan fertilitas tapi enggak terlalu tinggi.

Bagaimana dengan data mortalitas Indonesia? 
Mortalitas juga turunnya agak landai. Angka harapan hidup Indonesia juga akan lebih tinggi. Walaupun sebenarnya angka harapan hidup kita juga enggak tinggi-tinggi banget tahun 2015 juga di angka 71 tahun.

Jika demikian, seperti apa laju penduduk Indonesia di masa depan?
Dengan bergantung pada komponen dan indikator  TFR dan IMR yang berhubungkan dengan pertumbuhan penduduk, maka kecenderungannya akan terjadi penurunan.

Lembaga demografi Universitas Indonesia memperkirakan pertumbuhan penduduk Indonesia justru akan turun dalam beberapa waktu ke depan, bagaimana realitanya?
Jadi mungkin posisi saya enggak menyalahkan hitungan teman-teman UI, tetapi saya sudah baca juga sepertinya mereka terlalu cepat penurunannya, menurut saya enggak terlalu cepat penurunannya tetapi memang bakal turun.

Program Keluarga Berencana seringkali dianggap sebagai faktor utama keberhasilan penahan laju kelahiran. Bagaimana peranan KB saat ini? Apa fakta penurunan pertumbuhan penduduk dipengaruhi besar oleh Program KB?
Ukuran keberhasilan KB, berhasil atau tidaknya program penurunan kelahiran, tergantung pada Total Fertility Rate tadi, nah memang terjadi penurunan. Tetapi perlu menjadi catatan, bahwa (kesadaran) keluarga berencana itu ada yang karena program pemerintah, ada juga yang karena kesadaran sendiri. (Keberhasilan) keluarga berencana itu bukan berarti karena program pemerintah loh ya. Misalnya, generasi produktif saat ini mungkin sudah enggak (mau) lagi untuk punya anak empat, lima, walaupun tidak ikut program KB (pemerintah) tapi mereka menjalankan KB sendiri. Contohnya di negara-negara Barat itu terjadi penurunan fertilitas, tidak sama sekali oleh program pemerintah kan. Semakin tinggi kesadaran perempuan bahwa dia harus bisa bekerja di luar rumah, itu otomatis kesadaran pembatasan kelahiran itu menjadi tinggi. Jadi memang terjadi penurunan fertilitas, tapi belum tentu efek karena program pemerintah. Harus hati-hati menterjemahkannya, apakah ini program pemerintah atau karena secara natural dengan terjadinya kemajuan sosial ekonomi tadi, orang punya kesadaran sendiri.

Iklan

Secara statistik, sebenarnya pengaruh program KB dari pemerintah di era Orde Baru sebesar apa?
Memang menurun, dulu TFR kita itu 5 sampai 6. Perubahan drastis terjadi, ketika program KB digalakan khususnya pada tahun 80-90an. Dan waktu itu, efek dari program pemerintah itu tinggi sekali. Kenapa tinggi? Karena waktu itu tingkat pendidikan perempuan kita masih rendah. Kemudian ada program (yang digalakan pemerintah). Jadi waktu zaman Orde Baru, orang ber-KB karena program pemerintah.

Bagaimana dengan program KB (dari pemerintah) saat ini?
Sekarang dengan semakin modern terutama makin modern kaum ibu, kaum perempuan, KB itu belum tentu karena program pemerintah, bisa jadi karena kesadarannya sendiri. Tetapi memang, enggak bisa dipisahkan dengan pendidikan penduduk Indonesia, walaupun saya katakan sudah banyak kemajuan di kota, tapi di pedesaan kan masih tinggi yang buta huruf dan lainnya, nah di sinilah efek dari program KB oleh pemerintah itu (berperan). Program KB itu sebaiknya menyasar yang pendidikannya masih di bawah rata-rata nasional, itu yang efektif.

Bagaimana dengan angka pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini?
Sekarang pertumbuhan kita 1,3 persen untuk angka pastinya pada 2015-2020. Yang pastinya di 2017 sekitar 1,19 persen lah, karena hitungannya itu dalam interval. Saya bahkan sudah menghitung bersama tim Bappenas. Pertumbuhan ini namanya pertumbuhan moderat dan kami sudah memprediksi dengan pertumbuhan seperti ini memang akan terjadi pertumbuhan yang 2035 itu akan menjadi sekitar 0,62 persen. Kemudian itu akan bertahan bahkan turun menjadi 0,60 persen di tahun 2045. Yang menarik di 2045 itu adalah 100 tahun kemerdekaan Indonesia. 100 tahun Indonesia merdeka itu penduduk Indonesia akan mencapai 323 juta. Karena itu saya menolak ramalan kita akan menyusul Amerika. Sampai 2045 tidak akan (melampaui) Amerika, tapi setelah 2045 kami belum tahu.

Mengapa menurut Anda populasi Indonesia tidak akan melampaui Amerika Serikat setidaknya hingga 2045?
Karena Amerika berbeda dengan Eropa Barat. Eropa Barat memang akan terus tertinggal jumlah penduduknya karena di sana TFR-nya sudah di bawah 1, apalagi negara Skandinavia, pertumbuhan penduduk minus sekarang. Karena itu Angela Merkel (Kanselir Jerman-red) masih ngotot menerima imigran, kenapa dia ngotot, penduduk Jerman kalau tanpa migrasi dia akan terus minus padahal ekonominya terus tumbuh.

Saat ini, Indonesia sedang dalam masa bonus demografi, lantas bagaimana Indonesia memanfaatkan potensi ini?
Pengertian bonus demografi itu ketika dependency ratio, kurang dari 50. Perbandingan antara penduduk usia produktif dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Bonus demografi itu peluang loh, ini 'window of opportunity'. Karena penduduk produktif kita lagi banyak-banyaknya dibanding yang tidak produktif. Selalu dikatakan, masa sekarang dengan dependency ratio kurang dari 50, ini peluang besar bagi Indonesia untuk bergerak ekonominya karena penduduk usia produktif kita lebih banyak. Tapi pertanyaannya betulkah penduduk usia produktif Indonesia itu menghasilkan? Dengan pendidikan yang masih rendah, dengan etos kerja yang perlu terus ditingkatkan, bonus demografi bisa tidak punya arti banyak bagi pertumbuhan penduduk Indonesia"

Lalu bagaimana dengan penyerapan tenaga kerja?
Penyerapan tenaga kerja itu cukup bagus ya sebetulnya, tetapi ke depan ini ada gejala yang harus diantisipasi, salah satunya adalah semakin tinggi pendidikan perempuan kita, coba lihat kualitas lulusan perempuan juga lebih banyak dan bagus. Jadi n ratio kita mulai tinggi. Artinya sudah mulai terdidik perempuan kita, nah ini ada konsekuensi terhadap penyerapan tenaga kerja, apabila perempuan muda Indonesia masuk ke dunia kerja, berarti berlipat-lipat supply tenaga kerja yang masuk ke pasar kerja, tadinya kan dominasi laki-laki, sekarang perempuan mengimbangi laki-laki untuk mencari pekerjaan dan bekerja. Berati investasi harus besar-besaran. Angkatan kerja perempuan yang masuk lapangan kerja ini semakin tinggi, semakin tinggi, dan semakin tinggi. Apalagi terjadi perubahan dimensi sosiologisnya. Tadinya orang mengatakan kalau perempuan di rumah saja, sekarang perempuan Indonesia sudah lebih punya power.