Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengunjungi kapal perang Flotilla milik Rusia yang merapat di Pelabuhan Manila, Jumat (6/1). Manuver ini menunjukkan niat Duterte memperkuat hubungan dengan Rusia. Langkah tersebut tidak lazim, mengingat Filipina selalu dikenal sebagai sekutu utama Amerika Serikat di Asia Tenggara.
“Kami ucapkan selamat datang pada kawan-kawan awak kapal Rusia. Kapan saja kalian ingin mampir, mengisi ulang perbekalan, atau sekalian melindungi negara kami, jangan ragu bersandar,” kata Duterte dalam sambutannya. Pada acara ramah tamah ini, hadir Laksmana Muda Eduard Mikhailov, sebagai pimpinan Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia.
Videos by VICE
Momen itu adalah pertama kalinya AL Filipina-Rusia saling berkomunikasi. Duterte diyakini melakukannya sebagai sinyal untuk mengurangi ketergantungan negaranya pada AS. Dia mencoba membangun komunikasi lebih baik dengan Cina maupun Rusia. Berikut beberapa tanda hubungan hubungan AS-Filipina memburuk di bawah kepemimpinan Duterte:
- Sejak menjabat Juni 2016, Duterte melakukan perang narkoba berdarah di negaranya. Korban tewas lebih dari 6 ribu orang. AS mengecam kebijakan ini, membuat Duterte marah.
- Kecaman keras pemerintah AS dan Presiden Barack Obama soal perang narkoba—yang mana Obama adalah mitra utama mantan presiden Filipina Benigno Aquino III—dibalas Duterte dengan melawat ke Beijing, Cina. “Di tempat ini, saya menyatakan berpisah dari AS,” ujanya.
- Duterte berusaha membentuk aliansi baru, terutama dengan Cina dan Rusia. Dia mengesampingkan sengketa batas wilayah laut yang sempat membuat Manila menggugat Beijing ke Badan Arbitrase Internasional tahun lalu. “Jika Cina dan Rusia bersepakat membentuk tatanan dunia baru, saya adalah pemimpin pertama yang akan segera bergabung,” kata Duterte pada November 2016. Konteks pidatonya adalah sindiran sekaligus seruan membentuk organisasi tandingan PBB.
- Duterte, di luar perang narkobanya, adalah pemimpin yang sangat memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Langkah merapat ke Cina dinilai sebagai taktiknya memperoleh dana segar dan investasi.
- Akhir 2016, Duterte ditemani Menlu dan Menhan Filipina melawat ke Moskow. Mereka membicarakan potensi penjualan senjata. Langkah ini diambil setelah muncul kabar Senator AS Ben Cardin akan menggalang upaya di senat menolak penjualan 26 ribu senapan serbu buatan AS ke Filipina, sebagai protes terhadap perang narkoba Duterte yang melanggar HAM.
- Saat berpidato di Beijing tahun lalu, Duterte menjelaskan visi politik luar negerinya. “Saya membayangkan tiga negara ini menantang dunia. Cina, Filipina, dan Rusia. Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk mengubah keadaan.”
Pakar Politik Richard Heydarian meyakini lawatan kapal perang Rusia ini adalah momen yang patut digarisbawahi. “Dengan kunjungan ini, militer Rusia hadir kembali secara fisik untuk pertama kalinya di Filipina, sejak berakhirnya Perang Dingin. Ini juga tanda Rusia mulai tertarik masuk menancapkan pengaruh langsung di Asia,” ujarnya saat diwawancarai ABS-CBN.
More
From VICE
-
Screenshot: Cyborn BV -
Cancer Bats/Bandcamp