sains dan teknologi

Menurut Ilmuwan, Lapisan Es Komet Lebih Lembut dari Buih Cappuccino

Detail ini diungkapkan oleh robot Philae yang gagal mendarat di komet beberapa tahun lalu.
buih cappuccino
Foto: Westend61 via Getty

Sudah hampir enam tahun sejak wahana antariksa Philae mendarat di komet, menjadikannya pendarat buatan manusia pertama yang menyentuh permukaan objek luar angkasa ini. Namun, amat disayangkan pendaratan itu tidak berjalan mulus. 

Philae sempat memantulkan sinyal sebelum mati, yang sinyalnya kini mengungkapkan fakta baru tentang lapisan es kuno pada komet 67P/Churyumov-Gerasimenko.

“[Esnya] lebih ringan daripada salju dan lebih lembut daripada buih cappuccino atau bahkan busa bubble bath,” Laurence O’Rourke, ilmuwan Badan Antariksa Eropa (ESA) di Madrid, memberi tahu Nature.

Iklan

Para peneliti sampai pada kesimpulan ini setelah menyelidiki “situs pendaratan kedua yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Philae menghabiskan hampir dua menit di sana,” menurut studi yang dipimpin oleh O’Rourke dan diterbitkan di jurnal ilmiah Nature.

Tim O’Rourke telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk merekonstruksi jejak pendarat di permukaan komet 67P. Diluncurkan dari pesawat induk Rosetta, Philae mengalami pendaratan yang tak sempurna. Tombak yang seharusnya menjadi jangkar gagal menancap di permukaan komet.

Setelah terpental dua kali dan tergelincir, Philae menghantam batu besar dan terdampar di luar jalur pada posisi miring. Akibatnya, robot pendarat tidak dapat menjalankan beberapa misinya.

Komet memiliki gaya gravitasi yang rendah, sehingga tabrakan yang tidak disengaja ini terjadi secara lambat selama dua jam. Ketika akhirnya Philae berhenti di bawah tebing area Abydos, robot pendarat itu masih bisa memantulkan sinyal dan mengambil foto. Akan tetapi, lintasan perjalanannya tetap menjadi misteri.

O’Rourke dan rekan-rekan mengamati hasil jepretan Rosetta di sekitar lokasi pendaratan Philae. Mereka menemukan “struktur es tidak biasa” di antara dua permukaan batuan besar bernama Skull Top Ridge. Mereka yakin itu ada kaitannya dengan robot pendarat.

Para peneliti menghitung kekuatan es berdasarkan kedalaman tabrakan Philae dan waktu yang dibutuhkan untuk meninggalkan bekas pada Skull Top Ridge, yang dicatat oleh pendarat pada data sensor magnetiknya.

“Di ujung celah, Philae meninggalkan bekas sedalam 0,25 meter pada lapisan es. Hal ini memastikan es primitif memiliki kekuatan tekan yang sangat rendah (kurang dari 12 pascal, lebih lembut dari salju yang baru jatuh),” peneliti menjelaskan dalam studi.

Pendarat juga mengekspos lapisan es primitif yang sudah ada sejak pembentukan komet di tata surya awal 4,5 miliar tahun lalu. Meski Philae gagal mengebor permukaan komet 67P, kecelakaan ini justru mengungkapkan rahasia lain tentangnya.

O’Rourke berujar dalam video, Philae secara tidak langsung “menggali es” di bawah permukaan komet dengan menabrak batuan.

“Pendarat membongkar lapisan es yang telah tertutup debu selama miliaran tahun,” lanjutnya. “Bagian dalam komet ini tersembunyi sejak pembentukannya.”