Filipina

Polisi Filipina Nge-Prank Warga, Pura-Pura Menangkap Lalu Kasih Kado Natal

Alih-alih mendapat pujian, kepolisian Filipina justru dikritik karena prank-nya “ga lucu”.
Tujuh polisi mengangkat kertas bertuliskan peringatan di rumah saja untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 di Manila pada 31 Maret 2020. Foto: Maria Tan / AFP
Tujuh polisi mengangkat kertas bertuliskan peringatan di rumah saja untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 di Manila pada 31 Maret 2020. Foto: Maria Tan / AFP

Dua petugas SPBU di Filipina kaget bukan kepalang ketika polisi menangkap mereka pada Kamis pekan lalu. Mereka dituduh telah membunuh seseorang. Namun, adegan penangkapan itu rupanya bukan sungguhan. Mereka tidak pernah melakukan kejahatan sama sekali. Ketika seseorang menangis dan memohon ampun, polisi mulai bernyanyi “We wish you a Merry Christmas, we wish you a Merry Christmas!” 

Iklan

Prank tersebut dilakukan oleh Kepolisian Cebu dalam rangka mengucapkan terima kasih kepada para pekerja yang telah bekerja keras selama pandemi. Polisi juga memberikan hadiah kepada mereka. Selain di SPBU, prank dilakukan di restoran cepat saji dan dealer mobil.

Hari Natal dirayakan besar-besaran di negara mayoritas beragama Katolik. Namun, perayaan tahun ini terpaksa dihentikan atau dikurangi guna mencegah penularan virus corona jenis baru. Polisi Filipina mungkin bermaksud baik, tapi tindakan mereka justru memicu amarah. Terlebih lagi jika mengingat negara ini terkenal akan perang melawan narkoba yang telah menewaskan ribuan orang.

“Saya takut diborgol,” kata seorang petugas SPBU dalam video Facebook Live yang diunggah ke akun resmi Kepolisian Cebu. Pihak berwajib lalu mengungkapkan mereka tidak akan ditangkap setelah dibacakan hak-haknya dan dibawa ke mobil polisi.

Dalam sebuah video siaran langsung, polisi tampak membacakan surat perintah penangkapan palsu dengan menyebut nama hakim asli.

Tak ayal lagi, prank polisi menuai sindiran keras dari netizen dan masyarakat sipil pada umumnya.

“Tidak lucu,” Edre Olalia selaku pengacara dan pimpinan National Union of People’s Lawyers menegaskan kepada VICE World News. “Di saat polisi menghadapi kritik karena tidak profesional dan terlalu dipolitisasi, [prank] itu sangat tidak pantas dan dapat menciptakan trauma pada warga yang tak bersalah, terutama mengingat rekam jejak dan persepsi publik yang buruk tentang polisi.”

Iklan

Komisi Hak Asasi Filipina mengecam “penampilan kekuasaan yang tidak pantas” dan memperingatkan polisi untuk menghormati proses hukum.

“Melayangkan surat perintah penangkapan adalah proses penegakan hukum yang wajib dilakukan secara ketat dan atas nama aturan hukum,” komisi HAM menjelaskan dalam surat pernyataannya. “Proses seperti itu tidak boleh dijadikan prank karena dapat berdampak pada hak-hak fundamental. Penegakan hukum bukanlah bahan tertawaan.”

Di bawah arahan Presiden Rodrigo Duterte, aparat Filipina telah dikecam atas tindakan brutalnya terhadap perdagangan narkoba sejak 2016. Beberapa petugas bahkan tertangkap basah menanamkan bukti atau terlibat dalam pembunuhan.

Josefino Ligan, Kepala Kepolisian Cebu, berkilah prank-nya telah dilakukan sejak tiga tahun terakhir. Dia mengklaim penerima kejutannya telah dipilih dalam kemitraan dengan bisnis. 

“Kondisi kesehatan pekerja telah dinilai dengan baik sebelum kena prank,” tuturnya dalam siaran pers.

Alfredo Tan, ketua Police Advisory Council, memberi tahu media lokal tujuannya “murni” ingin membahagiakan orang.

“Kami ingin memberikan pengalaman yang berkesan dan menyenangkan kepada penerima,” ujarnya.

Kepolisian Nasional Filipina tidak menanggapi permintaan VICE World News untuk berkomentar. Akan tetapi, kepala polisi telah menghentikan program kejutannya. Dia lebih lanjut menjelaskan dalam wawancara televisi akan menyelidiki masalah tersebut.