The VICE Guide to Right Now

Rupanya Ada Tradisi Foto Pengurus Perempuan Organisasi Kampus Indonesia Di-Blur

Tradisi ini menuai cercaan dalam postingan instagram BEM UNJ. Pihak BEM menjelaskan blur wajah itu dilakukan atas permintaan anggota perempuannya sendiri. Aktivis perempuan bilang ini sudah sering terjadi.
Viral Tradisi Foto Pengurus Perempuan di BEM UNJ dan Organisasi Kampus UGM Di-Blur
Poster yang memicu kontroversi karena sosok pengurus perempuan di BEM UNJ diganti karakter anime atau di-blur, via akun Instagram space.unj

Cara Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta mengumumkan daftar pengurus barunya di Instagram menuai kecaman. Dalam postingan kedua BEM nyeleneh itu dibagi ulang akun IG Study and Peace UNJ @space.unj, tampak BEM FT UNJ memajang foto semua anggota baru, namun khusus anggota perempuan fotonya dibuat lebih samar. Sedangkan BEM FMIPA memilih mengganti foto anggota perempuan dengan kartun. Iya, kartun.

Iklan

Saat dikonfirmasi, Ketua BEM UNJ Abdul Basit bilang kalau itu semua merupakan hasil kesepakatan bersama dengan pihak perempuan, jadi bukan paksaan dari anggota cowok ke anggota cewek. "Kalau sepemahaman saya, itu permintaan ceweknya. Ada bagian cewek itu ada yang kayak anak-anak musala gitu. Saya juga kayak biasa aja. Biasanya bahkan enggak ada postingan kabinet, tapi ini kan kebutuhan organisasi. Cuma dia [cewek] minta. Kalau emang gitu saya diburemin aja. Mungkin dia agak enggak nyaman gitu. Orangnya juga enggak pernah punya posting mukanya dia di IG," kata Abdul kepada Kumparan. Menurut Muthia, Koordinator Kajian SPACE UNJ, organisasi internal UNJ yang pertama kali menyebarkan persoalan ini, perlakuan BEM UNJ kepada wanita sudah diskriminatif sejak dulu. Di beberapa postingan kepengurusan terbaru, foto wanita dibuat berukuran lebih kecil ketimbang laki-laki. Selain itu, saat mem- blow-up masalah ini, SPACE UNJ sudah punya ekspektasi BEM akan bersembunyi di balik tameng “kesepakatan bersama”. "Terlepas dari kebenaran ‘kesepakatan bersama’ ini, kami tetap menyayangkan aja sih. Karena menurut kami, kalau mau dijadikan kartun, sekalian semuanya aja. Kalau mau di-blur juga sekalian semuanya aja. Bisa dilihat, penilaian publik juga pasti fokus terhadap perbedaan-perbedaan seperti itu karena secara gamblang perempuan seperti dimarjinalkan," ujar Muthia kepada VICE.

Sampai saat ini pun belum ada pernyataan resmi dari institusi soal polemik ini. Humas UNJ Heni menyatakan masih harus berkoordinasi dengan para pimpinan terkait pemberitaan ini sebelum berani memberi klarifikasi. Opini bersifat pribadi malah datang dari Dosen Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNJ Andy Hadiyanto.

Iklan

"Mengapa harus seperti itu? Kalau wajah wanita dianggap bisa mendatangkan fitnah godaan terhadap lawan jenis, apakah wajah laki-laki juga tidak mendatangkan godaan bagi lawan jenis? Logika [pengurus BEM FT] lucu" tutur Andy.

Berita ini otomatis mengundang reaksi keras dari publik. Sebagian besar menyatakan, mau hasil sepakat atau tidak, kebiasaan membatasi peran perempuan untuk tidak sama atau tidak lebih dari laki-laki harus dilawan.

Setelah kasus di UNJ ini mencuat, organisasi kampus lain yang punya gaya sama jadi ikutan disorot. Salah satunya ditemukan di Universitas Gadjah Mada. Komunitas Jama’ah Muslim Geografi (JMG) UGM ternyata juga doyan menyamarkan foto pengurus perempuannya di media sosial.

Penulis buku Muslimah yang Diperdebatkan Kalis Mardiasih menganggap penyensoran gambar perempuan adalah awal dari sensor lanjutan yang berupaya meminggirkan peran perempuan. Setelah gambar, bukan tidak mungkin akan ada sensor suara, pikiran, sampai sensor eksistensi diri dengan tidak boleh hadir di ruang publik. Menurutnya, penyensoran kiprah perempuan dalam tradisi keilmuan Islam harus diakhiri. Hal tersebut mesti dimulai dengan tidak menyensor wajah, suara, dan kehadiran muslimah di ruang publik.

"Saya selalu penasaran dengan hilangnya nama-nama scholar perempuan yang hilang sejak abad ke-7. Saya menemukan banyak sekali kejanggalan dalam literatur-literatur tentang kiprah perempuan," ujar Kalis kepada VICE. Penyensoran gambar dalam foto kepengurusan bisa termasuk golongan pendukung kejanggalan-kejanggalan ini, berpeluang memusnahkan eksistensi dan peran penting perempuan dalam sejarah.

"Ummu Darda (sahabat Nabi Muhammad SAW), misalnya. Ia adalah ahli hukum yang sangat progresif di Damaskus. Ia seorang yatim perempuan ahli fikih dan hadits yang mengajar laki-laki di dalam ruang laki-laki di masjid. Salah satu khalifah pada masa Bani Umayyah adalah murid Ummu Darda. Tapi, literatur tentang Ummu Darda yang saya baca sejak remaja adalah bagaimana kesetiaan Ummu Darda kepada Abu Darda, bagaimana kesabaran Ummu Darda ketika ditimpa ujian, dan lain-lain," jelas Kalis.