WTF

Di Jawa Timur, Sejumlah Perceraian Berakhir Dengan Penghancuran Rumah Pakai Ekskavator

Kasus terakhir terjadi di Trenggalek. Mantan suami-istri memilih merobohkan rumah bersama, ketimbang terus berselisih. Sayang banget ya, padahal mending dikontrakkan terus uangnya dibagi dua.
Karena Bercerai, Lelaki Trenggalek Jawa Timur Hancurkan Rumah Pakai Eskavator
Ilustrasi penghancuran rumah pakai eskavator via Wikimedia Commons/lisensi CC 3.0

Sepuluh tahun menjalani hubungan jarak jauh beda negara, SS dihadapi kenyataan pahit. Ketika sang istri pulang, hal pertama yang ia terima bukanlah belaian kasih sayang, melainkan gugatan cerai. SE, sang istri, selama ini bermukim di Malaysia karena bekerja sebagai buruh migran, sedangkan SS dan anaknya berdomisili di Kecamatan Watulimo, Trenggalek, Jawa Timur.

Permintaan SE disambut SS dengan syarat klise: Kalau emang mau berpisah, SE dituntut mengganti kerugian SS yang udah ikut nyumbang dalam pembangunan rumah mereka senilai Rp200 juta.

Iklan

Rupanya SE ogah memberi ganti rugi sehingga keduanya sepakat menghancurkan saja rumah yang terlalu banyak menyimpan kenangan-kenangan selama mereka menikah meskipun, ya… 10 tahun terakhir bisa diasumsikan tak banyak kenangan juga sih di rumah itu.

Proses penghancuran rumah dengan alat berat eskavator ini sudah pasti dong direkam warga sekitar lalu diunggah ke media sosial. Jadilah urusan rumah tangga orang ini kita nikmati sambil nyeruput kopi.

Kepala Desa Tasikmadu Wignyo Handoyo mengonfirmasi berita yang beredar dan menceritakan kronologi permasalahannya.

"SE sudah sekitar 10 tahun bekerja sebagai TKI di Malaysia, pulang-pulang minta cerai kepada suaminya. Sudah saya bilang, jangan dibongkar [rumahnya]. Masih ada anak dan hak waris bisa ke anak pasangan SS dan SE. Pada mediasi awal sudah disepakati [rumah tidak dibongkar]. Kemudian dilakukan mediasi lagi karena masih ada perselisihan," ujar Wignyo kepada Kompas.com. Rumah dirobohkan pada 1 Januari 2020 karena mungkin dipengaruhi semangat tahun-baru-kehidupan-baru.

Wignyo mengaku sudah memediasi kedua belah pihak untuk meninjau ulang keputusan cerai ini. SE sebenarnya di awal menawar untuk mengganti rugi Rp40 juta saja, namun pada pertemuan berikutnya SE berubah pikiran: Daripada harus keluar uang, mending kita sama-sama enggak dapet apa-apa saja. Padahal, rumah kayak gitu kan bisa jadi peluang bisnis yang baik. Dikontrakin atau jadi rental PlayStation, misalnya.

Iklan

Meskipun kurang bisa diterima nalar, nyatanya penghancuran rumah sering jadi solusi para pasangan yang biduk rumah tangganya kandas. Pada Juni 2019, Budiono dan Lindawati sepakat meratakan rumah mereka dengan tanah ketika memutuskan bercerai. Pasangan ini sama-sama dari Jawa Timur.

Kapolsek Donomulyo, Malang, AKP Gianto menyatakan, keputusan ini diambil secara damai karena rumah tersebut dibangun di atas tanah milik orang tua si istri. Hasil penjualan perabotan rumah tangga kemudian dipakai untuk melunasi utang dan membiayai hidup anak pertama mereka yang masih TK.

Pindah ke Tulungagung, seorang pria bernama Sumar menghancurkan rumahnya yang selama ini ia tinggali bersama istri dan anaknya karena sang istri, Asih (juga seorang TKI), mengirimkan surat cerai dari Taiwan.

Diputusin lewat surat emang menyakitkan, Sumar yang enggak rela membayangkan rumah tersebut ditempati Asih dan suami barunya kelak tak mengacuhkan nasihat kepala desa untuk mengurungkan niat dan memberikan rumah kepada anak mereka. Alhasil, rumah dihancurkan.

"Bahkan batu bata satu pun enggak tersisa. Tidak tahu, semua material diangkut ke mana," ucap Jiah, mertua Sumar.

Mungkin Sumar mengumpulkan semua material tersebut untuk membangun rumahnya yang baru nan terpencil, jauh dari mantan istrinya yang minta cerai lewat surat dari Taiwan itu.