Sains

Ilmuwan LIPI Temukan Kecoak Raksasa di Laut Selat Sunda

Peneliti LIPI dan National University of Singapore sudah menemukannya sejak 2018, namun infonya ramai lagi karena dipublikasikan jurnal ZooKeys. Pertanyaan penting: kecoak purba ini bisa terbang ga ya?
Ilmuwan LIPI Temukan Kecoak Raksasa di Laut Selat Sunda
Ini cuma ilustrasi kecoak raksasa di daratan. Yang di Selat Sunda jauh lebih besar. Foto via Pixabay

Pada Rabu (15/7), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengumumkan telah menemukan hewan krustasea (udang-udangan) jenis baru di Selat Sunda pada kedalaman 1 kilometer. Dari video dan fotonya yang beredar, hewan ini emang mirip banget sama kecoak yang dikasih sinar pembesar Doraemon.

Penemuan ini jelas menegangkan bagi sebagian orang gara-gara baru aja dapat berita kelelawar raksasa, kini kecoak juga ikut-ikutan tumbuh besar. Sebagai anggota dari perkumpulan muda-mudi takut kecoak, yang lebih bikin bergidik daripada melihat kecoak adalah melihat kecoak raksasa.

Iklan

Nama resminya Bathynomus raksasa karena ia masuk genus Bathynomus dan berukuran besar. Hewan ini ditemukan oleh ekspedisi South Java Deep Sea Biodiversity Expedition (SJADES), kolaborasi LIPI dan National University of Singapore pimpinan Dwi Listyo Rahayu dan Peter Ng, pada 2018 di Selat Sunda.

Temuan ini kemudian dipublikasikan di jurnal ZooKeys pada 8 Juli 2020. Kata “raksasa” disepakati LIPI dan NUS sebagai nama belakang hewan ini karena ia ditemukan di perairan Indonesia.

Ada enam ekor Bathynomus raksasa yang ditemukan Tim Ekspedisi SJADES. Posisinya saat ini, peneliti baru bisa mengidentifikasi dua ekor, satu jantan sepanjang 36,3 cm, satunya betina sepanjang 29,8 cm. Empat lainnya belum diketahui karena belum dewasa.

"Ukurannya memang sangat besar dan menduduki posisi kedua terbesar dari genus Bathynomus," kata Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Conni Margaretha Sidabalok dalam keterangan tertulis LIPI. Dengan penemuan ini, maka spesies Bathynomus bertambah dari 19 menjadi 20 anggota.

Si kecoak raksasa adalah pemakan daging namun tidak berburu. Ia cenderung memakan daging sisa makanan cumi-cumi, ikan, atau hewan laut lain. Astaga, kecoak di mana-mana sama aja.

Bathynomus sendiri adalah kategori makhluk laut yang berkerabat dengan kepiting dan udang, namun tidak memiliki cangkang/punggung keras sebagai pelindung organ. Kata LIPI, Bathynomus raksasa sekilas mirip kerabatnya yang lebih dulu ditemukan: Bathynomus giganteus dan Bathynomus lowry. Namun, perbedaan sang kecoak raksasa dengan kedua jenis Bathynomus tersebut ada pada karakter antena, organ ujung kepala, tekstur tubuh, dan duri di ekor.

"Spesimen tersebut tidak dapat kami identifikasi ke tingkat jenis karena karakter diagnostik jenis biasanya belum berkembang pada tahap pra-dewasa atau lebih muda. Tetapi yang pasti spesimen ini [yang lebih dulu ditemukan] bukan Bathynomus raksasa karena adanya perbedaan bentuk ekor, ekor samping, dan duri ekor," jelas Conni, dilansir Kompas.

Pelaksana Tugas Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Cahyo Rahmadi berharap penemuan penting ini semakin menarik perhatian banyak orang terkait keberagaman ekosistem laut Indonesia yang masih belum terungkap banyak. Apalagi, para taksonom juga berkejaran dengan waktu sebagai garda terdepan menekan laju kepunahan hayati laut.

Baik, terima kasih banyak LIPI atas penemuannya. Namun, dilihat dari perspektif perkumpulan muda-mudi takut kecoak, izinkan saya menyampaikan kekhawatiran organisasi kami.

Kalau di daratan ada kecoak terbang, sedangkan di lautan ada kecoak yang jago berenang (raksasa pula!), di mana lagi kami bisa mencari perlindungan atas hajat hidup kami?