Pembaca VICE Berbagi Konsep Magang Ideal buat ‘Mas Nadiem’ Dalam Enam Kata Saja

Polemik kebijakan magang mahasiswa tiga semester Mendikbud Nadiem Makarim

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menawarkan sekian pendekatan baru yang untuk ruang kelas dan kuliah di Indonesia. Itu tentu bukan sekadar dia minta dipanggil “Mas Nadiem” saja oleh koleganya, alih-alih “pak”. Sebut saja penghapusan Ujian Nasional yang akan disubstitusi menjadi asesmen kompetensi minimum dan survei karakter, hingga perombakan penerapan sistem zonasi dalam Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru.

Dari sekian regulasi anyar yang diusulkan Nadiem, salah satu yang menuai perdebatan adalah rancangan aturan permagangan untuk mahasiswa. Ketika debat kusir mengenai sistem upah peserta magang belum juga kelar, mantan CEO GO-JEK itu membuka pintu kemungkinan lain yang berpotensi memperparah nasib peserta magang: perpanjangan periode magang menjadi tiga semester.

Videos by VICE

Dari tiga semester tersebut, dua semester di antaranya dapat dimanfaatkan untuk mengambil kegiatan di luar kampus. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa praktik kerja, mengajar di sekolah, penelitian, pertukaran pelajar, proyek desa, hingga wirausaha.

Program di luar kelas tersebut tidak harus linear dengan program studi yang diambil oleh mahasiswa. Menurut Nadiem kepada KataData, kebutuhan kerja saat ini membutuhkan lulusan yang memahami ilmu lintas studi. “Mayoritas mahasiswa berkarier di tempat yang berbeda [dari program studinya],” ujar Nadiem.

Kabar ini mungkin melegakan bagi mereka yang tak bisa menahan kantuk mendengar materi dari dosen yang penyampaiannya cenderung masih satu arah. Angin segar bagi mereka yang membenci tulisan-tulisan ilmiah yang menjadi makanan sehari-hari di mayoritas perguruan tinggi Indonesia. Juga bagi mereka yang mempercayai bahwa dunia lebih luas dari ruang kelas. Tapi, tunggu dulu, magang tiga semester dapat melahirkan masalah baru.

Ada celah bagi perusahaan-perusahaan nakal untuk menyalahgunakan program ini dengan mempekerjakan karyawan tanpa membayar sesuai UU. Kewajiban memberikan uang saku dan transportasi pada anak magang memang sudah tercatat di Undang-undang (UU) Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Nyatanya masih banyak perusahaan yang melihat anak magang sebagai tenaga kerja murah bahkan gratis.

Kerja tanpa upah selama tiga bulan—periode rata-rata kerja magang saat ini—tentu bukan hanya menguras kocek dalam melainkan juga menyengsarakan jiwa dan raga. Apa kabar kalau peraturan ini diresmikan dan diperpanjang menjadi satu setengah tahun?

Melihat polemik kerja magang yang permasalahannya belum tuntas justru malah diperparah dengan kemungkinan masalah-masalah baru, VICE bertanya mengenai kerja magang yang ideal kepada para pembaca yang sudah maupun belum sempat merasakan makan asam garam dunia permagangan. Jawaban mereka kami kumpulkan dalam format khas “Six Words”.

Dari jawaban-jawaban dalam enam kata ini, semoga tergambar kerja magang yang diidam-idamkan oleh para pelaku calon pekerja magang, yang bisa jadi pertimbangan Mas Nadiem.

“Dapat ilmu dapat uang dapat koneksi.” – Harris (21)

“Yang ngasih pengetahuan dan pengalaman baru.” – Rafael (24)

“Belajar dan dibayar sambil cuci mata.” – Gilgid (21)

“Walaupun hanya magang, harus tetap dihargai.” – Billy (21)

“Bayaran kurang gapapa tapi harus seru!!!!”- Ruth (21)

“Harus ikhlas walau ujung-ujungnya nombok.” – Abo (22)

“Two-way dan banyak dilibatin ini itu.” – Narendra (23)

“Dari kampusnya jangan malah ngeribetin.” – Sarah (21)

“Selama ada regulasi gaji, gapapa sih.” – Nabila (21)

“Kesehatan fisik, mental, batin bisa terjaga.” – Olga (22)

“Beban kerja jangan sama kayak full-timer.” – Bastian (21)

“Jangan sampe ngelupain tentang hak permagangan.” – Keenan (21)

“Dibayar sambil belajar adalah kunci kebahagiaan.” – Runi (23)

“Yang penting masih dikasih uang saku.” – Johan (21)

“Gaji jangan abis buat transport doang.” – Adrian (23)

“Semoga dikasih kerjaan yang sepantasnya.” – Saymen (21)

“Yang penting paid, supportive, and encouraging.” – Reva (21)

“Dibayar plus makan gratis pulang tenggo.” – Tiffany (21)

“Yang banyak jajanan enak deket kantor.” – Danti (21)

“Kasih pengalaman dan bayaran yang layak.” – Hilel (21)

“Ajak aku gosip jangan gosipin aku.” – Yunita (21)

“Enhancing capabilities while encouraging personal growth.” – Mudita (22)