Potret Enam Hari Sesudah Gempa Melanda Palu, Harapan Coba Terus Dinyalakan

Di lapangan, pada akhirnya pencarian korban bukan hanya tugas para personel Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas). Yang paling sabar dan tabah dalam mencari korban adalah sanak keluarga, yang terus mencari walau tak tahu pasti akan apa nasib familinya.

Hamzah sudah lima hari bertahan di area Hotel Mercure, penginapan yang letaknya persis di tepi pantai Palu. Ia belum ingin pulang sampai tahu betul nasib keponakan yang ia yakini sedang bekerja di hotel lima lantai itu saat gempa terjadi. “Namanya Didi Ismail, dia resepsionis hotel Mercure,” kata Hamzah saat ditemui VICE di sekitar hotel. Ia mengaku diamanatkan orang tua Didi untuk memastikan nasib korban.

Keyakinan Hamzah bukan tanpa dasar. Unggahan terakhir Didi di Facebook sebelum gempa dan tsunami menghancurkan tanah Palu menunjukkan dia sedang berada di hotel itu. “Sore hari sebelum gempa dia sempat posting, dia lagi tugas,” kata Hamzah.

Memasuki hari kelima, harapan Hamzah tak surut meski ia pasrah akan apapun yang terjadi kepada sanak familinya itu. Ia menaruh harapan besar pada tim Basarnas yang setiap hari ia lihat bersusah payah mengevakuasi korban dari dalam reruntuhan. Staf manajemen hotel yang selamat mengatakan ada empat karyawan yang belum diketahui rimbanya. Hamzah menduga Didi adalah salah satunya.

Videos by VICE

“Mudah-mudahan korban bisa ditemukan dalam keadaan apapun, kami sudah pasrah. Yang penting ditemukan saja dulu,” katanya.

Selang enam hari setelah gempa sebesar 7,4 magnitudo mengguncang tanah Sulawesi, sebagian besar daerah di Palu, Donggala, dan Sigi masih dalam keadaan darurat. Keadaan kota belum sepenuhnya pulih karena infrastruktur utama pada umumnya masih dalam keadaan rusak berat. Tapi perlahan fasilitas primer seperti listrik, sambungan telepon, BBM, dan distribusi logistik mulai terpenuhi.

Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan seluruh jajaran regu penolong masih memprioritaskan pencarian korban selamat, terutama mereka yang diduga tertimbun di reruntuhan. Secara simultan BNPB juga memfokuskan penanganan medis bagi korban luka-luka sambil memastikan pendistribusian logistik sampai ke semua posko pengungsian yang tersebar di 141 titik.

“Listrik sebagian sudah menyala, komunikasi sebagian sudah menyala. Distribusi air dan BBM masih terus dilakukan,” kata Sutopo dalam konferensi pers di kantor BNPB, Jakarta, Kamis (4/10) siang tadi.

Beberapa warga mengawal evakuasi yang dilakukan Basarnas di Hotel Mercure, Palu, tak kuasa menahan tangis begitu mengetahui nasib anggota keluarga yang terjebak di dalam.

BNPB mencatat hingga hari ini ada setidaknya 1.424 korban meninggal akibat gempa, sebagian besar berasal dari Kota Palu dan Kabupaten Donggala. Penanganan dan penguburan jenazah juga jadi salah satu tugas yang diprioritaskan BNPB di samping menangani 70 ribu pengungsi yang sebagian besar berdiam di posko-posko ruang terbuka.

Kepala Biro Perencanaan Basarnas, Abdul Harris, menjelaskan regu penyelamat masih terus mengupayakan pencarian korban yang terjebak reruntuhan meski sudah lewat nyaris sepekan setelah gempa terjadi. Basarnas, kata Harris, percaya pada riset yang menyatakan korban bencana yang terjebak melewati setidaknya tujuh hari tanpa makan dan minum. “Masih ada kemungkinan korban selamat setelah tujuh hari tertimbun,” katanya.

Beberapa lokasi yang jadi prioritas Basarnas dalam mencari korban selamat di antaranya area sekitar Hotel Roa Roa, Hotel Grand Mercure, Balaroa, Sigi, Petobo, dan Balaroa. “Yang jadi prioritas adalah korban yang terjebak di reruntuhan, bukan yang tertimbun (tanah),” kata Harris dalam konferensi pers yang sama.

Simak beberapa foto hasil liputan kontributor VICE Iqbal Lubis saat mengelilingi Palu, Donggala, dan Sigi pascagempa:

Kondisi perkampungan Balaroa yang tadinya dipenuhi rumah warga, porak-poranda oleh gempa
Juru Bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan yang terjadi di Balaroa bukanlah likuifikasi – proses melempungnya tanah padat karena asupan air yang masif dan mendadak- melainkan tanah mengalami pergeseran sehingga timbul patahan-patahan. “Ada tanah yang amblas tiga meter, ada yang naik dua meter,” kata Sutopo dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis 4 Oktober.
Situasi di Petobo, Sigi, yang tanahnya mengalami patahan dan likuifikasi
Beberapa lansia ditangani petugas medis dari TNI
Antrean pencari BBM yang mengular. Antrean masih terjadi hingga tiga hari setelah bencana.