Prediksi Alternatif VICE Mengenai Jalannya Premier League 2017/2018

Banyak yang bilang sepakbola adalah candu masyarakat. Ungkapan ini sebenarnya agak merendahkan. Marwah sepakbola lebih dari itu. Alih-alih sekadar candu, sepakbola lebih tepat disebut sebagai MDMA-nya masyarakat yang dioplos dengan ketamine. Gara-gara sepakbola, kita bisa betah melek di akhir pekan—sehabis digojlok kerjaan lima hari berturut-turut—dan betah pula duduk di kursi berlama-lama.

Dengan bakal dimulainya kembali keriuhan sepakbola minggu ini—Premier League dimulai kembali—semua capaian manusia yang enggak berhenti dibahas—mulai dari Rafatar hingga tren ganjil macam eta terangkanlah—bakal tersingkir. Seperti lazimnya sepakbola, laga-laga ciamik Liga Inggris—serta yang mengecewakan—bakal memanjakan mata, mengalir dalam pembunuh darah dan menyengat sel-sel otak kamu lagi.

Videos by VICE

Berikut prediksi kami mengenai jalannya Premier League musim ini.

Jadi Mau Gimana nih, Mas Wayne?

Ada dua opsi ujung karir Wayne Rooney, apalagi setelah kembali ke kampung halamannya di Everton. Mana pun yang bakal dipilih Rooney akan membawa striker gaek ini ke titik apotheosis, titik yang mengantarkannya menjadi seorang legenda hidup.
Skenario ujung karir Rooney pertama bakal berjalan seperti ini: Rooney ngegolin di laga perdananya dengan Everton, fans berat Everton yang susah move on dari masa lalu mengelu-elukan Rooney, Rooney kedapatan menghisap berbatang-batang rokok mentol di luar sebuah klab malam, foto Rooney yang tampak kobam terpacak di halaman depan The Sun, diolok oleh semua fan Everton yang kembali sadar mereka pernah begitu membenci selama satu, Rooney mengajak dirinya ribut di Twitter bulan Mei depan dan akhirnya bernasib mirip Alan Brazil.

Dalam skeneario opsi kedua, Rooney mengalami masa renaissance di akhir karirnya, didukung darah muda yang baru menjejakkan kakinya di Goodison Park seperti Davy Klaassen, Sandro Ramirez dan—hmm— Michael Keane. Rooney bakal memimpin Everton finish di posisi 4 besar atau—siapa tahu—malah lebih tinggi lagi. Dua tahun lalu, kita punya pahlwanan macam ini. Namanya James Vardy. Katakanlah Tuhan adalah orang Inggris tulen, beliau akan menghadiahi pahlawan baru bernama Rooney.

Everton bakal jadi kampiun Premier League musim kompetisi depan, cuma agar Wayne Rooney masuk skuad timnas Inggris untuk Piala Dunia 2018. Jika ini terjadi, kita bakal banyak membaca komentar fans Toffees ngomel-ngomel seperti “Woy Southgate bangsat kapan Rooney diturunkan?” Atau “Woy Southgate bangsat kapan Rooney dikasih ban kapten?”
Jadi pliss deh Pak Southgate, beri hormat pada Rooney. Ketahuilah sepakbola sudah pulang kampung dan dia datang bersama Rooney?


VICE punya banyak cerita dengan sudut pandang unik mengenai sepakbola. Baca juga artikel ini:

Keabadian Bernama Arsene Wenger

“DASAR TUA BANGKA TAK BERGUNA, WENGER” teriak seorang pria tepat dari balik bilik istirahat di stadion Emirates. “DASAR RELIK KUNO TAK BERHARGA!” ujar lelaki itu. Kali ini kurang garam. Ini terjadi Februari lalu. Arsenal sedang dapat ujian: kalah dua kali berturut-turut. Muncul perpecahan di antara pendukun Arsenal yang ditandai dengan teriakan. “MINGGAT DARI KLUB KAMI, WENGER!” jerit seorang pria yang melafalkan nama pelatih Arsenal menjadi “VEN-GA” atau “WENG-ER”. “GUE ANTER SENDIRI DEH KE AIRPORT!” lagi-lagi pria itu berteriak. Dia lupa Arsene Wenger sudah tinggal di wilayah suburban London—bukannya di Perancis—selama lebih dari 20 tahun.

Fans Arsenal yang ngamuk-ngamuk lupa satu prinsip penting: Arsene Wenger itu abadi. Di balik jas chic yang menutupi tubuhnya yang ramping, tak ada dada seperti manusia biasa. Yang ada adalah jam antik yang terus berdetak menuju akhir dunia. Okay jadi intinya begini: Arsene Wenger enggak akan dipecat muim ini. Dia enggak bakal ke mana-mana. Jadi yang bisa kamu lakukan adalah duduk manis di depan TV-mu, beli snack secukupnya dan nikmati saja pertandingan dari liga-liga Eropa.

Cara lain untuk menikmati kekekalan Wenger adalah bergaul sama fans berat Arsenal yang ingin Wenger tetap di Emirates. Sambangi kafe tempat mereka obar. Ngobrolah tentang era emas Patrick Viera atau tertawakan Igors Stepanovs. Ada satu hal yang perlu dipegang erat oleh suporter Arsenal: Arsene Wenger bakal tetap jadi manajer tim kesayanganmu bahkan tubuh-tubuh kita diturunkan ke liang lahat.

Pujaan Hipster Sepakbola

Apa sih definisi hipster sepakbola? Kalau menurut orang yang ngomel-ngomel tentang ketidakbecusan Wenger sih, hipster sepakbola adalah penyimak sepakbola yang mati-matian menyangkal superioritas pola “EMPAT EMPAT DUA!” Nah, jika mengacu pada pengertian ini, saya berani taruhan adalah beberapa jersey sepakbola yang bakal diburu sampai ke ujung dunia oleh para hipster ini. Tebakan saya, kalau bukan jersey away Fiorentina yang punya empat strip, paling banter ya jersey timnas Jerman Barat di dekade 80an.

Sementara itu, saya tebak skuad Huddersfield bakal jadi tambatan hati hipster sepakbola di Premier League. Ditukangi oleh seorang berdarah Jerman bernama David Wagner, Huddersfield dipastikan akan punya pilihan taktik tersendiri. Dugaan ini makin bukan tanpa bukti. Sebelum berkantor di Huddersfiel, Wagner pernah jadi manajer tim cadangan Borussia Dortmund di bahwa Jurgen Klop. Fakta ini saja sudah bikin kredensial kehipsteran Wagner melonjak. Tambahan lagi, Wagner dikenal sering menurunkan formasi 4-2-3-1 formation, yang menurut saya sih lumayan revolusioner. Lebih dari itu, nama David Wagner kerap diucapkan setarikan nafas dengan gegenpressing. Kalau fakta ini tak bikin kamu bersorak, saya pastikan kamu bukan hipster sepakbola.

Paul Pogba adalah kandidat pemain ‘tukang tepu’ yang dihargai kemahalan. Foto oleh Mike Egerton/EMPICS Sport.

Terbongkarnya Kedok Tukang Tipu Musim Ini

Untuk menentukan senista apa Premier League setelah Brian Clough bikin Nottingham Forest namun tetap dipuja bak dewa, kita harus menentukan siapa sih “fraud” tahun kompetisi depan. Bagi penonton sepakbola awam, “fraud” adalah sebutan bagi setiap pemain atau pelatih yang gagal memenuhi ekspektasi terhadap mereka, apalagi jika mereka sudah punya reputasi yang mengagumkan, dan dibrandol—ini bukan salah mereka juga sih—dengan harga selangit. Di kalangan pelatih, tampaknya tak dosa-dosa amat menyebut Pep Guardiolla “Fraud” sementara seterunya, Mourinho, perlu meningkatkan capaiannya dari apa yang disuguhkan tahun lalu. Namun, menjadi pelatih yang solid dan baik punya keuntungannya tersendiri di Premier League. Sean Dyche bisa saja tak memberi Burnley barang sepoinpun tapi publik masih menganggapnya pelatih yang jujur.

Sementara di kalangan pemain, Paul Pogba adalah kandidat terkuat “fraud of the year” jika tak menyetor lebih dari 9 gol (raihan golnya musim lalu). Nasib yang sama bisa menimpa Romelu Lukaku jika tampil memble di musim pertamanya. Alvaro Morata harus lebih turun bersama Chelsea—selayaknya Benjamin Mendi di Manchester City. yang menyatukan keempat adalah bandrol mereka yang tinggi. Secara berturut-turut harga mereka adalah £89 juta (setara Rp1,5 triliun), £75 juta (setara Rp1,2 triliun), £58 juta (setara Rp1 triliun)and £52 juta (setara Rp900 miliar). Angka-angka ini mengingatkan bahwa kita begitu kismin sementara Premier League makin jor-joran menggaet pemain.

Sebenarnya, keempat pemain ini bukanlah Fraud sama sekali. Mereka—seperti juga kita—punya guratan nasib yang sama: dilepeh setelah dikoyak-koyak mesin kapitalisme.
Akhirul kalam, selamat menyambut tahun kompetisi lalu. Bergairah menonton dan mentweet sepakbola. Hastag #MatchofTheDay kadang memang bisa bikin kangen.