Artikel ini pertama kali tayang di VICE Sports.
Dalam kolom menjelang NBA musim 2017-2018, kami mengupas lima tim yang berpotensi bisa mengalahkan Warriors dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Kami turut mengulas pemain mana yang akan berperan penting di masa depan.
Videos by VICE
Permainan yang menandai perubahan Karl-Anthony Towns, dari sekadar rookie berbakat menjadi calon bintang besar sepanjang sejarah NBA, bahkan sampai mengubah persepsi tentang peran “big man” dalam skema permainan basket, muncul bukan lewat aksi dunk atau tembakan menentukan hasil pertandingan. Faktanya, momen penting itu terjadi nyaris tak diperhatikan orang, April 2016, ketika dia menghasilkan statistik yang ‘biasa’ saja (menurut standar dia loh ya): 20 poin dan 10 rebound. Catatan itu dia hasilkan ketika Minnesota Timberwolves kalah dari Golden State Warriors, klub pemecah rekor 73 kemenangan dalam satu musim.
Momen dalam pertandingan tersebut, belakangan membuat penggemar NBA bersemangat—dan sekilas memberikan kita cuplikan kelemahan Warriors—muncul ketika Timberwolves sedang bertahan. Di akhir kuarter keempat, Towns bertugas menjaga Steph Curry, dan berhasil bertahan menjaga aksi crossover sang megabintang. Potensi pertahanan Towns yang luar biasa muncul di permainan ini.
Timberwoles bukan sekedar tim NBA biasa yang sedang naik daun. Faktanya, mereka adalah satu dari sedikit tim yang tidak terlalu terpengaruh kehebatan dinasti Warriors. Kenapa bisa begitu? Sebab mereka memiliki sosok pemain langka, yang dalam situasi yang tepat, bisa meruntuhkan dinasti tersebut. Mungkin ini tidak akan terjadi sekarang, tapi sangat mungkin beberapa musim lagi, ini akan menjadi kenyataan. Pemain tersebut, sekali lagi, adalah Karl-Anthony Towns.
Dalam survei tahunan General Manager NBA, Towns terpilih menjadi “pemain pertama yang akan dikontrak GM apabila mereka akan membentuk tim dari nol.” Towns adalah pemain yang lengkap, dengan gerakan low-post yang mulus, dan sanggup mencetak angka dari belakang garis three-point. Bagi seorang pemain besar yang masih muda, dia bisa bersaing dengan siapapun. Warriors yang bisa menangkal pemain hebat manapun, belum punya jawaban untuk menghadapi Towns.
Untuk jangka waktu yang lama, Timberwolves selalu menjadi tim yang berpotensi tinggi dengan ekspektasi rendah. Tapi era tersebut sudah usai karena sekarang ada Towns, ada Andrew Wiggins. Pelatih Tom Thobodeau memasuki musik keduanya. Tiga kali anggota tim All Star, Jimmy Butler juga sudah bergabung dengan Timberwolves.
“Kalau anda terus menunggu potensi, anda akan terus kalah,” kata Thibodeau baru-baru ini ke USA Today. “Kami tidak bisa lagi menunggu potensi.”
Thibodeau dan Butler sempat akrab di Chicago. Ketika Thibodeau dipecat, Butler mengkritik pelatih barunya Fred Hoiberg yang lebih nyantai dan tidak segan-segan memberikan pendapatnya ke media. Dia tidak pernah main-main dan tidak toleran terhadap siapapun yang gagal memenuhi standarnya yang tinggi. Thibodeau, sosok yang dikenal keras, memenuhi standar Butler. Thibodeau dikenal akan sesi latihannya yang keras.
Towns menghabiskan tahun rookienya menimba ilmu dari Kevin Garnett, anggota Hall-of-Fame yang menunjukkan Towns perbedaan antara bekerja keras, dan bekerja lebih keras dari semua orang. Di bawah Thibodeau, Towns dan Butler bisa menjadi duo pemain yang sangat ulet.
Warriors bukanlah sekedar tim juara ecek-ecek. Mereka terus berlari menuju kesempurnaan, dan setelah beberapa tahun terakhir selalu tiba di final, mereka masih terus mengembangkan diri. Tim manapun yang ingin mengalahkan mereka, selain punya talenta yang cukup, juga harus memiliki organisasi yang terpadu untuk memiliki peluang.
Dengan inti tim seperti Thibodeau, Butler dan Towns, yang memiliki dorongan tinggi untuk terus maju, Wolves memiliki potensi untuk mengalahkan Warriors.
Sayang, pada tahun kedua berkarir di NBA, Towns justru mengalami kemunduran dari sisi pertahanan. Ketika Garnett pensiun, sebagai satu-satunya pemain besar di tim, dia kesulitan menjaga ring. Sistem Thibodeau masih terasa asing bagi kebanyakan pemain, dan akibatnya Towns harus bersusah-payah membantu pemain lainnya.
Timberwolves adalah tim dengan statistik rebound terbaik di NBA musim lalu. Dalam dua pertandingan pra-musim melawan Warriors, Towns kerap mengalahkan Zaza Pachulia di posisi down low, sebuah perkembangan yang sangat signifikan mengingat Towns adalah satu-satunya pemain besar yang bisa menyulitkan Warriors ketika mereka memasukkan Draymond Green, lalu menerapkan “Lineup Mematikan” mereka. Green, didaulat sebagai Pemain Defensif Terbaik musim lalu, kerap menyulitkan banyak “big men” di NBA karena kecepatannya dan kemampuannya untuk menahan mereka di dalam paint. Melawan Towns, Green sulit melakukan ini.
Biarpun belum menggunakan semua potensinya dalam bertahan, Towns tetap menyulitkan Warriors karena posturnya yang tinggi, namun tetap cukup kuat untuk beradu dengan Draymond Green, dan cukup cepat untuk menjaga Steph Curry.
Kini lebih berpengalaman, lebih berdeterminasi, dan lebih fasih dengan sistem Thibodeau, Towns bisa berubah menjadi pemain bertahan terbaik sesuai dengan ekspektasi orang di musim rookienya. Ketika Towns bisa mengeluarkan semua potensinya, tidak akan ada yang sanggup menghadapinya di sisi pertahanan. Dan kesuksesan Timberwolves di sisi penyerangan juga akan mengandalkan kemampuan Towns yang unik.
Di menit kedelapan di kuarter pertama pertandingan pra-musim pertama Minnesota melawan Warriors, Butler berhadapan dengan Klay Thompson. Dia mencoba masuk ke dalam, tapi Thompson memaksanya mengoper ke Jeff Teague. Warriors nge-switch, dan memaksa Curry menjaga Butler yang masuk menuju paint. Teague menyerbu tengah dan mengoper bola ke Taj Gibson yang gagal memasukkan tembakan three-point.
Saat dijaga Curry yang bertubuh kecil, Butler sanggup menyontek bola rebound ke arah Towns yang mengopernya kembali ke Butler. Butler nge-pump-fake, mencoba melakukan lay-up, tapi langsung dijaga oleh Green, meninggalkan Towns terbuka lebar. Butler mengoper rekan setimnya tersebut, dan menontonnya menghindari Green dengan pump fake right sebelum memasukkan tembakan three-point. Ini adalah bentuk permainan terbaik Wolves, menggunakan semua kelebihan mereka melawan Warriors.
Faktor yang akan menentukan apabila Wolves bisa mengalahkan Warriors atau tidak adalah maksimalisasi potensi mereka sendiri. Berdasarkan penampilan musim lalu, kesuksesan mereka akan bergantung pada disiplin. Mereka tidak boleh lagi menembak asal-asalan (Wiggins, awas ya). Butler harus berhati-hati ketika menjaga Curry. Ketika Towns dijaga dua orang, rekam timnya harus memastikan Towns punya ruang untuk mengoper. Offensive rebound juga harus digunakan dengan baik untuk melemahkan Warriors.
Cara terbaik untuk menyulitkan Warriors adalah dengan menggunakan sebanyak mungkin pemain dinamis. Pemain satu dimensi terlalu mudah dinetralkan oleh pertahanan Golden State—karena itulah Teague, seorang point guard yang lincah dan gemar menyusup ke paint menjadi tambahan yang pas. Memang selalu ada resiko ketika tim memiliki terlalu banyak pemain yang bisa memulai permainan, tapi toh Warriors bisa memainkan Curry, Durant, dan Green bersamaan.
Warriors sangat lihai menetralkan kekuatan tim lawan. Kalau kekuatan timmu tidak berfungsi, apa yang bisa kamu lakukan? Dan seberapa cepat?
“[Towns] memiliki semua talenta yang dibutuhkan,” jelas Prince. “Tentu saja ini tugas besar bagi pemain manapun untuk mengalahkan Warriors, tapi saya tahu KAT adalah individu yang penuh determinasi, dan Thibs adalah pelatih yang juga penuh determinasi.”
Selalu sulit untuk percaya bahwa sebuah tim bisa memaksimalkan kemampuan mereka dan menampilkan versi terbaik. Dan itulah alasan kenapa Warriors adalah tim terbaik NBA saat ini.
Tapi jangan salah, Wolves itu bukan tim NBA biasa. Dengan standar NBA pun, tim mereka memiliki motivasi yang sangat tinggi. Thibs, Butler dan Towns sudah pasti ingin bisa meninggalkan jejak sejauh mungkin. Kesuksesan mereka akan ditentukan oleh keberhasilan mereka membentuk kultur klub di mana setiap pemain memiliki gairah yang sama.
Mari kita lihat apabila Towns bisa menjadi pemain yang mengubah sejarah NBA sama ketika dia menjaga Steph Curry di 2016. Tentunya waktu akan dibutuhkan, dan bahkan mungkin beberapa tahun lamanya. Tapi Timberwolves memiliki tim yang muda, penuh talenta, dan ketika potensi mereka mencapai titik maksimal, mereka akan sanggup mengalahkan siapapun.