Guðni Th. Jóhannesson adalah Presiden Islandia saat ini. Dia politikus keenam sepanjang sejarah republik ini yang terpilih menjadi presiden di kampungnya Sigur Ros. Jika tidak disingkat, nama tengahnya adalah Thorlacius. Keponakannya, Jói Pé, adalah rapper populer di Islandia. Sebelum terjun ke kancah politik, orang nomor satu di Islandia ini berprofesi sebagai sejarawan yang tengah menyusun sejarah Perang Ikan Cod—alias sengketa hak penangkapan ikan antara Inggris dan Islandia di kawasan Atlantik Utara.
Lima menit lalu, saya mana tahu fakta-fakta ini jika tak dibantu Google. Satu-satunya hal yang saya tahu tentang Presiden Jóhannesson adalah bahwa dirinya pernah ngomong akan melarang pizza nanas dari seluruh Islandia. Bagi saya atau orang lain yang tinggal di luar Islandia, kabar tentang kebijakan aneh itu adalah berita yang penting-enggak-penting. Artinya, sekontroversial apapun, kita pasti sudah lupa akan hal ini. Sebaliknya, Jóhannesson masih ingat—ya iyalah kan dia penggagasnya. Akan tetapi, Presiden Islandia itu berharap tak pernah sesumbar tentang pelarangan pizza nanas.
Videos by VICE
Pasalnya, Jóhannesson mungkin sampai akhir hayatnya akan dikait-kaitkan taburan pizza yang paling dia benci itu. Semua itu gara-gara sebuah kunjungan pada sebuah sekolah di Islandia Februari lalu. Dalam kesempatan itu, seorang siswa bertanya apa pendapat Jóhannesson tentang taburan nanas di atas pizza, Jóhannesson menjawab dirinya sangat membenci topping macam itu.
Bahkan, jika bisa, dia ingin melarang peredaran pizza dengan topping nanas. Siapa sangka, ucapan sepele Jóhannesson disorot publik karena seorang Presiden lain yang tinggal lebih dari 4.500 Km di barat daya Reykjavik (maksudnya Donald Trump) lagi gencar-gencarnya menggunakan kata “melarang.”
Jóhannesson segera menarik pernyataannya. Kepada MUNCHIES, Jóhannesson mengaku pernyataanya “cuma guyonan atau upaya untuk bercanda.” Dia lantas menolak untuk berkomentar lebih jauh. “Saya tak punya kuasa untuk melarang orang menaburkan nanas di atas Pizza,” ujarnya lewat akun Facebook pribadinya. “Saya senang tak punya kekuasaan seperti itu. Kekuasaan presiden harusnya memang dibatasi. Khusus untuk topping pizza, saya merekomendasikan pizza seafood.”
Sayangnya, nasi sudah menjadi bubur. Beragam tanggapan atas pernyataan Jóhannesson bertebaran di internet. Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau lewat akun Twitter pribadinya menyatakan “mendukung pizza nanas.” Sam Panopoulos, pencipta pizza nanas yang akan berusia 82 tahun ini sampai-sampai terseret dalam kontroversi ini. “Jóhannesson bisa makan apapun yang dia mau—saya sih enggak peduli,” ungkapnya pada CBC. “Setahu saya, dia bisa melakukan apa saja semau dia.” (Panopoulos meninggal pada pada Juni 2017, semoga beliau bisa menemui penciptanya dengan tenang.)
Dalam sesi wawancara dengan CBC, Jóhannesson akhirnya menyerah dan menunjukkan penyesalan “Inilah apa yang terjadi jika jabatan saya terlalu mendikte segala yang saya perbuat,” katanya. “Intinya saya memang kelewatan. (Meski menyesal, ternyata pandangannya terhadap pizza nanas tetap sama. “Lembek banget,” katanya).
Satu hal yang tak Jóhannesson tarik adalah pernyatan bahwa seafood seharusnya jadi topping yang paling ideal bagi pizza. “Islandia itu negari nelayan. Makanya, bila semua orang menaburkan seafood di atas pizza mereka, itu akan sangat membantu kami,” ungkap Jóhannesson.
Baiqlah, tapi dongengin kami soal Perang Ikan Cod dulu dong Om.
Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES