Tech

Warren Buffett: Saran Penasehat Keuangan Tak Lebih Baik dari Bertaruh pada Monyet

prinsip investasi saham Warren Buffett jangan beli untuk trading jangka pendek lewat analisis fundamental biarkan tumbuh

Investor kawakan asal Amerika Serikat Warren Buffett dalam momen rapat pemegang saham tahunan yang digelar 2 Mei 2022, melontarkan pernyataan provokatif. Dia mengklaim investasi saham sesungguhnya tidak rumit. Bagi lelaki 91 tahun yang kekayaannya melebihi US$125 miliar (setara Rp1,8 kuadriliun) itu, dia lebih baik memilih saham sendiri daripada meminta bantuan penasehat keuangan.

Dia mengingatkan, bahwa berharap pada saran profesional demi mendapat saham yang selalu menguntungkan sebetulnya sulit. Selain itu para spekulan bursa, macam manajer investasi atau financial advisor, lazimnya memasang tarif jasa cukup besar dari setiap keuntungan investasi kalian. Jadi, strategi berinvestasi atas masukan dari pihak ketiga profitnya tidak akan pernah maksimal bagi si investor itu sendiri.

Videos by VICE

“Alangkah herannya melihat orang mempersulit permainan yang sederhana ini,” tandas Buffett. “Anda semua bisa lho memilih sendiri saham dengan sama baiknya [seperti para penasihat keuangan] tanpa harus dibebani biaya manajemen pengelolaan saham dan segala tetek bengeknya itu.”

Bagi Buffett, investor sepatutnya senantiasa memiliki pola pikir untuk membeli saham perusahaan yang dianggap bagus secara fundamental. Tidak kurang, tidak lebih. Dia lalu bilang prinsip utama investasinya adalah memprioritaskan pencarian saham perusahaan asal Amerika Serikat yang neraca keuangannya bagus.

“Saya sebetulnya tidak terlalu nyaman menggunakan analogi berikut. Tapi sejujurnya anda semua bisa memilih bertaruh pada monyet yang melempar busur ke saham tertentu untuk dijadikan pilihan [investasi saham], dibanding selalu mengikuti saran dari manajer investasi yang masih harus kita hitung ongkos jasanya. Dihadapkan situasi macam itu, saya memilih mengikuti pilihan acak dari si monyet.”

Buffett lantas menambahkan prinsip investasi lain yang dia pakai sampai sekarang, yakni menghindari mentalitas trading jangka pendek, yang terpaku pada momentum kapan menjual saham saat harganya naik di sesi perdagangan harian.

“Saya tidak pernah menentukan waktu [jual saham],” imbuhnya. Buffett terkenal sering menahan saham yang dibeli hingga nilainya tumbuh. Dia pernah mempertaruhkan US$1 juta (Rp14,5 miliar) dengan asumsi indeks S&P 500, yang terdiri dari saham 500 perusahaan teratas Amerika Serikat, bakal mengungguli strategi trading hedge fund dalam 10 tahun ke depan tanpa harus diperjualbelikan secara aktif di bursa.

Kebanyakan hedge fund dan investor ritel aktif jual beli saham dengan mempertimbangkan waktu melantai di bursa. Dengan kata lain, investor semacam ini cenderung terobsesi membeli saham dengan harga rendah, dan menjualnya ketika harga tinggi. Strategi ini menurut Buffett sebetulnya sulit dilakukan secara konsisten.

Selama ini, Buffett sangat diagung-agungkan para pelaku dunia keuangan. Setiap tutur katanya selalu dijadikan panutan para pakar investasi dan penyiar podcast yang mengedukasi masyarakat soal permainan saham. Analogi terbarunya soal monyet vs manajer investasi sudah pasti akan banyak diperdebatkan di kalangan pelaku maupun pengamat bursa hingga sekian bulan ke depan.

Taruhan Buffett soal indeks S&P tahun lalu terbukti benar adanya, dan menginspirasi banyak penyiar podcast mengampanyekan taktik reksadana indeks pasif—investor membeli sejumlah saham dan menahannya selama bertahun-tahun—sebagai strategi investasi pilihan bagi penganut gerakan pensiun dini, Financial Independence Retire Early (FIRE).

Strategi menahan aset juga diterapkan dalam kegiatan jual beli uang kripto, tapi sayangnya kebanyakan investor kripto mempertaruhkan seluruh uang mereka pada satu jenis aset saja.