Pernikahan adalah momen merayakan cinta kasih dua manusia, sekaligus penabalan komitmen hidup sehidup semati bagi pasangan tersebut. Bagi mayoritas manusia, setelah menikah, hidup idealnya “akan bahagia selama-lamanya.”
Namun, tentu pola pikir macam itu jadi tidak sederhana, ketika yang menikah adalah kaum super tajir. Keluarga konglomerat, atau yang kerap juga dijuluki crazy rich, tentu punya ambisi berbeda ketika menggelar pesta pernikahan anaknya. Ada gengsi yang harus dijaga, termasuk menyediakan berbagai kemewahan bagi para tamunya yang masih bisa dibeli dengan uang. Di India, pesta pernikahan keluarga tajir sudah pasti masuk dalam kategori perayaan gengsi kesuksesan keluarga tersebut.
VICE ngobrol dengan fotografer spesialis acara pernikahan sampai wedding organizer yang melayani klien tajir. Mereka punya banyak cerita, mengenai permintaan unik, aneh, sampai absurd, yang tidak terbayangkan dalam resepsi perkawinan orang biasa.
Videos by VICE
Contohnya, ada pasangan tajir yang menyewa jet pribadi untuk melangsungkan resepsi di udara, karena pemerintah melarang acara resepsi melibatkan puluhan orang. Ada juga cerita mempelai lelaki anak keluarga konglomerat, yang terjun payung lalu mendarat dekat di altar pernikahan.
Pesta pernikahan jadi makin jorjoran di India, karena ada tradisi bila resepsi macam ini harus digelar antara tiga sampai lima hari. Pantas saja industri pesta pernikahan di Negeri Sungai Gangga ditaksir nilainya mencapai US$50 miliar. Kalau sudah perkara pamer harta saat mengawinkan anak, orang tajir di India bisa diadu dengan konglomerat Asia lain, atau bahkan dunia.
Pandemi memang sedikit menghambat ambisi pamer gila-gilaan tersebut, karena banyak larangan berkumpul yang dicanangkan pemerintah. “Sebelum pandemi, orang kaya di India yang menggelar resepsi pernikahan biasanya menyewa aktor kulit putih, supaya pesta mereka seakan dihadiri banyak orang asing,” kata Monisha Ajgaonkar, seorang fotografer spesialis melayani acara pernikahan orang kaya saat ngobrol bersama VICE. “Sekarang sih karena pandemi, tren kayak gitu agak berkurang.”
Hal lain yang jadi ajang pamer adalah dekorasi aula resepsi, serta suvenir bagi para tamu. Sudah biasa bila ongkos untuk menyediakan suvenir di pesta pernikahan keluarga crazy rich mencapai jutaan dollar.
“Fantasi orang-orang kaya saat menggelar pernikahan itu kadang aneh sekali. Sudah seperti ambisi mewujudkan dongeng,” kata Shrey Bhagat, fotografer spesialis pernikahan lainnya yang kami wawancara. Dia pernah dipanggil memotret resepsi keluarga konglomerat India yang digelar di Danau Como, Italia.
“Saat foto-foto di Danau Como itu, keluarga mempelai sampai menyewa satu villa yang jadi setting film House of Gucci. Mempelai lelaki pengin datang ke lokasi naik helikopter, tapi tidak dapat izin dari kepolisian setempat,” kata Bhagat. “Akhirnya, terpaksa diakali helikopternya mendarat di salah satu sisi teluk danau, lalu rombongan lelaki naik speedboat yang diubah jadi lokasi foto utama resepsi.”
Naik moda transportasi yang tidak lazim menjelang pernikahan, misalnya helikopter, speedboat, atau mobil sport mewah, merupakan tren tersendiri pesta pernikahan kaum tajir India. Saking maksanya harus ada simbol kemewahan itu, para EO yang kami wawancarai mengaku seringkali konsep pestanya malah jadi berubah total.
“Kami pernah tuh diminta menggarap pesta pernikahan di salah satu pelosok Jaipur. Mempelai perempuannya ngotot harus datang ke lokasi naik mobil Bentley,” kata Bhavnesh Sawhney, wedding planner dari perusahaan FB Celebrations yang biasa melayani klien kaya raya. “Masalahnya, jalan menuju lokasi resepsi ternyata sempit banget. Sampai Bentleynya belok aja enggak bisa. Kami terpaksa menandu mempelai perempuan ke lokasi pemberkatan.”
Tentu saja, karena kita sedang bicara budaya India, pengaruh mitologi macam Ramayana atau film-film Bollywood juga mempengaruhi selera pesta pernikahan kaum tajir. Aditya Mahagaonkar, yang biasa mengurus resepsi konglomerat, menyatakan sudah biasa kalau ada mempelai request pakai kostum Rama atau Sinta saat pesta. Lengkap sama aksesoris panah, serta kereta kuda.
“Masalahnya, rekonstruksi adegan Ramayana ini harus kami garap di salah satu aula hotel Mumbai. Susah banget tuh,” kata Aditya Mahagaonkar. “Pernah juga ada klien yang minta lokasi resepsinya dibikin semirip mungkin adegan film Bollywood RamLeela, lengkap dengan adegan tarinya melibatkan ratusan orang dan koreografer khusus. Tim saya terpaksa menggarap set dan adegan tari tersebut selama dua bulan sebelum hari H resepsi.”
Saking anehnya permintaan yang diajukan sama klien tajir itu, tidak semua EO berhasil menurutinya. Mehak Sagar pernah bernasib sial, karena keluarga mempelai menuntut pestanya dibikin terlalu ekstrem.
“Saya pernah berurusan dengan mempelai perempuan yang pengin aula resepsinya di salah satu hotel dibikin jadi hutan tropis,” ujarnya. “Kami harus mengimpor kupu-kupu dan burung dari beberapa negara sekaligus. Masalahnya, setelah didatangkan, lokasi resepsinya jadi penuh tahi burung. Wah kacau banget deh acaranya.”
Sagar menilai, permintaan aneh-aneh itu seringkali sekadar untuk pamer di Instagram. Padahal tidak ada maknanya sama sekali. Sebab, apa coba manfaat mengangkut tenda resepsi untuk upacara adat dari India ke gurun di Dubai? (Ada pasangan yang pernah request kayak gitu ke EO milik Sagar).
“Pernah pula saya harus pontang-panting bikin gunungan Toblerone setinggi manusia dewasa, padahal ya tidak untuk dimakan para pengunjung,” cetusnya.
Soal biayanya bagaimana? Jangan ditanya. Sudah pasti mahal kalau semua ambisi klien tajir dituruti. Cukup lazim bila pesta pernikahan orang kaya India mengundang chef khusus dari Italia atau UK, lengkap dengan puluhan anggota tim mereka. Kalau klien demen judi, maka sudah biasa pula EO harus putar otak menerbangkan keluarga ke Las Vegas atau Makau sembari menggelar resepsi.
“Orang kaya yang saya temui tak keberatan menghabiskan anggaran sekitar US$5 juta sampai US$6 juta supaya hari pernikahan mereka tak terlupakan,” kata salah satu EO.