Berjarak 800 kilometer di sisi timur Kota Pesisir Christchurch, kau akan mendapati sebuah pulau bernama Chatham. Atau Rēkohu, jika mengacu pada bahasa lokal penduduk Suku Maori. Pulau ini begitu terisolir. Jauh dari pulau-pulau lainnya. Alam menempa pulau ini berulang kali dari berbagai sisi. Gelombang laut terus menghujam, sementara angin bertiup kencang nyaris tiada henti.
Di sisi timur pulau Chatham, kau akan langsung berhadapan dengan samudra lepas. Tak ada apapun di ufuk, kecuali pemandangan Samudra Pasifik. Pulau ini menjadi batas wilayah terakhir antara Selandia Baru dengan berbagai negara di Amerika Selatan.
Videos by VICE
Pulau Chatham, di tengah isolasinya, masih memiliki penduduk. Sekurang-kurangnya 600 orang menyebutnya sebagai rumah. Mereka bekerja sebagai nelayan, menjadi buruh pabrik seafood olahan, dan juga menggarap ladang. Pendudu Pulau Chatham secara geografis maupun mental cukup terputus dari dunia luar
Kepulauan utama Selandia Baru, mencakup Ibu Kota Wellington atau kota bisnis Auckland, berjarak dua jam naik pesawat—kalau cuaca sedang bersahabat, padahal cuaca buruk sudah biasa terjadi sehingga pesawat batal terbang. Kota-kota besar Selandia Baru itu, buat penduduk Pulau Chatham, punya ritme kehidupan yang asing, jauh, dan tidak mereka kenal. Apalagi ritme kota besar melibatkan keteraturan jam 9 sampai jam 17.00, penuh ketergesa-gesaan. Tak ada semua kekacauan kota besar itu di Chatham.
Hari di pulau ini, amat ditentukan oleh cuaca. Jika alam sedang bersahabat padamu, maka kau bisa melaut, kau bisa bekerja di pabrik, kau bisa mengelola ladang. Jika tidak, maka kau menikmati harimu di rumah.
Pemandangan terbaik bisa kalian dapatkan dari atas tebing, yang di bawahnya terhampar kapal-kapal nelayan kecil bersandar di teluk Waitangi. Satu-satunya kota di Chatham, kalaupun bisa disebut begitu, berdiri di perbukitan atas teluk tersebut.
Motor roda empat bersliweran di pantai. Ada juga yang mengendarai kuda. Keramaian itu dalam rangka persiapan balap kuda tahunan Chatham. Di kejauhan, kalian bisa melihat menara mercusuar merah menyala dihantam gelombang yang amat ganas. Seakan-akan laut ingin bangunan itu runtuh. Di bawah gelombang itu, kalian tak pernah tahu, sangat mungkin hiu putih berenang gembira mencari mangsa.
Ini adalah pulau yang tak punya siapapun di sekitarnya. Dia sendirian, sejak beribu-ribu tahun lalu. Kalian mungkin berpikir, di pesisir barat, akan ada yang nampak karena ada kepulauan utama Selandia Baru. Kalian salah.
Chatham hanya punya Samudra Pasifik di sekelilingnya, sampai ke ufuk. Dia adalah rumah yang sendiri. Batas-batas begitu kabur di sana. Tapi, setidaknya, bagi para penghuni, ini adalah surga di bumi.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE Selandia Baru