Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia
Sebuah penelitian baru yang diterbitkan jurnal Computers in Human Behaviour menemukan indikasi bila keputusan memiliki banyak akun media sosial bisa memicu kecemasan dan depresi. Hanya saja para peneliti ini belum meneliti Instagram. Mereka menyarankan rekan psikolog lainnya untuk melakukan penelitian lebih dalam bagaimana aktif di berbagai media sosial bisa memengaruhi kondisi mental seseorang.
Videos by VICE
Responden penelitian yang memiliki tujuh sampai 11 akun medsos berisiko menderita depresi dan kecemasan tiga kali lipat lebih tinggi dibanding yang hanya punya dua akun atau tidak sama sekali.
“Asosiasi ini cukup kuat sehingga psikolog bisa menanyakan penderita depresi dan kecemasan seberapa banyak akun media sosial yang mereka punya dan memberikan konseling berdasarkan faktor ini,” seperti dikutip dari kesimpulan penelitian tersebut.
Penelitian ini diterbitkan di Pusat Penelitian Media, Teknologi dan Kesehatan University of Pittsburgh, di mana peneliti melakukan survei terhadap 1.787 orang dewasa Amerika berusia 19 sampai 32.
Hanya saja hasil penelitian tadi belum menunjukkan bukti kuat agar manusia modern sebaiknya mengurangi penggunaan media sosial. Penelitian tersebut tidak berusaha menjawab pertanyaan korelasi vs kausalitas. Kita perlu mengingat bahwa korelasi antara dua variabel tidak serta merta membuat satu variabel mempengaruhi variabel lain.
Dalam kasus ini, kita masih belum yakin apakah penggunaan media sosial yang berlebihan memang bisa membuat seseorang depresi dan cemas. Kalau ya, maka penelitian ini lebih condong ke kausasi. Tapi, apabila penelitian menemukan bahwa penderita depresi dan cemas cenderung menjangkau komunitas online yang berbeda, maka penelitian ini termasuk korelasi.
Sang peneliti pun masih belum yakin dengan hasil penelitiannya. “Kami belum bisa menentukan apakah orang depresi dan cemas cenderung berkomunikasi di berbagai media sosial, atau memiliki terlalu banyak akun bisa menyebabkan depresi dan cemas. Keduanya bisa memiliki hasil yang berarti,” Peneliti utama, Brian A. Primack, mengakui.