Sudan Selatan

Penyebab Bisnis Penculikan dan Perdagangan Anak 'Booming' di Sudan Selatan

Seorang mantan pemimpin gerilyawan dimintai tolong orang tua menghentikan kegilaan ini, agar para korban penculikan bisa kembali ke rumah.

Sekitar 10 tahun lalu, Mary Oleyo bersembunyi di balik semak-semak ketika kelompok bersenjata melancarkan serangan selama berhari-hari di Pibor, Sudan Selatan. Dia menyaksikan para berandalan merampas hewan ternak warga. Di saat ketegangan mereda, Mary baru sadar dua anaknya juga diculik.

"Saya hampir gila waktu itu," tuturnya. "Saya tidak tahu keberadaan mereka, apakah masih hidup atau tidak."

Mereka hanyalah dua dari puluhan ribu anak di Sudan Selatan yang diculik dan dijual sebagai pengantin anak atau pekerja paksa. Korban penculikan juga tak jarang dijadikan barang barter dengan sapi.

Iklan

Di Sudan Selatan, penculikan anak telah terjadi berabad lamanya. Akan tetapi, kasusnya semakin memburuk selama perang saudara yang berlangsung enam tahun terakhir. Hampir 20.000 anak dipaksa berperang di garis depan pada waktu itu. Ketika perangnya berakhir dua bulan lalu, banyak dari tentara anak yang pulang ke rumahnya.

Namun, bagi mereka yang diculik karena alasan lain seperti kedua anak Mary, nasibnya tidak seberuntung itu. Mereka belum ditemukan, dan pemerintah tak berupaya menemukannya.

Putus asa, Mary akhirnya meminta pertolongan mantan panglima perang David Yau Yau untuk mencari anak-anaknya.

“[Penculikan anak] menjadi semacam bisnis,” ujar David yang kini menjabat sebagai gubernur Pibor. “Anak yang diculik dari wilayah sekitar akan dijual ke pasar.”

David memimpin kelompok pemberontak Cobra Faction, salah satu milisi anti-pemerintah paling sengit di Sudan Selatan, pada saat anak-anak Mary diculik 10 tahun silam. Selama masa kepemimpinan David, lebih dari 1.700 anak—beberapa semuda 10 tahun—dipaksa bergabung dengan kelompoknya.

David membubarkan kelompok pemberontaknya beberapa tahun kemudian. Dia juga mengembalikan prajurit cilik ke keluarga mereka masing-masing.

David memanfaatkan tindakan itu untuk memperbaiki reputasinya dan menjadi Gubernur Negara Bagian Boma. Dia sekarang sangat vokal menentang praktik penculikan anak di Sudan Selatan.

“Kami sadar perbuatan itu tidak bisa dibenarkan,” terang David. “Kami harus melakukan segalanya untuk memulangkan anak-anak tersebut.”

Iklan

Namun, David baru berhasil mengembalikan 54 anak setelah dua tahun menjalani upaya ini. Mary masih menunggu kepulangan anak-anaknya.

“Banyak perempuan akan mati jika tidak ada harapan lagi,” kata Mary, ketika ditanyakan apakah David bisa menemukan kedua buah hatinya.

Simak dokumenter praktik perdagangan anak yang kejam di Sudan Selatan lewat tautan di awal artikel

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.